Mohon tunggu...
Achmad Hafizh
Achmad Hafizh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Mahasiswa

Lahir di Jakarta. Tertarik dengan Ilmu-ilmu Sosial

Selanjutnya

Tutup

Film

Analisis Seri "Squid Game" dan Film "Parasite" melalui Pendekatan Ekonomi Politik

22 November 2021   21:20 Diperbarui: 22 November 2021   21:23 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

  • Sinopsis Film "Squid Game" 

Squid Game merupakan salah satu serial Netflix yang berasal dari Korea yang sedang naik daun dengan berjuta-juta penonton serta penggemarnya. Secara garis besar, squid game menceritakan mengenai 456 orang yang sedang mengalami kesulitan dalam perekonomiannya, dimana dalam game tersebut mereka diberi kesempatan melunasi serta akan memiliki kehidupan yang lebih baik apabila memenangkan keseluruhan game yang ada. Seseorang yang memenangkan game, akan mendapatkan 45,6 miliar won setelah menyelesaikan 6 babak permainan. Namun pada dasarnya mereka tidak tahu apa yang menjadi permainan yang mereka lewati, dengan alasan keadilan serta kesempatan yang sama bagi seluruh peserta. Beragam sifat serta watak asli manusia ketika diperhadapkan dengan uang atau harta, sangat diperlihatkan melalui karakter para pemain. Tamak, licik, mengorbankan yang lemah, tidak peduli satu sama lain, egois serta individualisme, tergambarkan dalam serial ini dan sangat dipertanyakan rasa kemanusiaannya. Serial ini terdiri dari 9 episode, yang pada episode 1 dan 2 saja sudah menggambarkan sangat jelas latar belakang para pemain utama bagaimana bisa mereka sampai memilih untuk ikut permainan tersebut. Permainan dimulai pada episode 3, yaitu permainan yang disebut dengan "Lampu hijau lampu merah". Permainan ini, permainan yang sering dimainkan oleh anak-anak korea, sehingga para peserta menganggap remeh permainan tersebut, mereka tidak mengetahui bahwa ada hal yang disembunyikan dalam sistem permainan tersebut. Faktanya, dalam permainan tersebut, peserta yang terdeteksi bergerak diluar peraturan, akan ditembak mati yang berarti mereka gugur untuk mengikuti permainan selanjutnya. Semua peserta sangat terkejut, dan berpikir untuk menghentikan permainan ini, karena sebelum dilakukannya permainan pertama, telah disetujui bahwa permainan akan diakhiri apabila sebagian besar para pemain ingin menghentikannya, maka dari itu setelah dilakukannya permainan pertama, diadakan voting apakah permainan akan dilanjutkan atau tidak. Hasil voting tersebut, menunjukkan bahwa sebagian besar pemain ingin menghentikan permainannya karena takut akan hilangnya nyawa mereka. Namun, hal itu tidak berlangsung lama, karena pada akhirnya para peserta sebelumnya kembali untuk mengikuti permainan selanjutnya.

Permainan kedua yang dimainkan ialah Sugar Honeycombs atau mengukir gulali, yang cara bermainnya melepaskan bagian utama dengan gambar terdiri dari segitiga, payung, bintang dan lingkaran menggunakan jarum. Dalam permainan ini, apabila bagian utama tersebut tidak dapat diselesaikan dengan sempurna dalam waktu yang ditentukan, maka pemain akan dinyatakan gugur dan ditembak mati, yang tentunya 6 pemeran menonjol lolos pada tahap ini. Setelah selesai babak kedua, para peserta kembali ke ruang peristirahatan mereka, dimana pada malam inilah terjadi pertempuran antar peserta yang haus akan harta. Mereka saling menyerang satu sama lain, agar peserta yang ada semakin sedikit dan uang yang mereka dapatkan akan semakin bertambah, karena setiap satu peserta mati, uang akan terus bertambah. Ada beberapa peserta yang membentuk kelompok demi melindungi diri, namun akhirnya sebagian peserta terbunuh malam itu.

Permainan dilanjutkan memasuki permainan kedua, yaitu tarik tambang. Mereka diminta untuk membentuk kelompok sendiri. Seong Gi-Hun sebagai pemeran utama, mendapatkan kelompok yang jika dilihat merupakan kelompok yang lemah, namun siapa sangka bahwa mereka akan menang. Berkat kakek tua yang bernama Oh Il-nam, yang mengatur strategi secara tidak langsung, membuat mereka memenangkan permainan ketiga ini. Tarik tambang, dilakukan di atas jembatan tinggi dengan sisi lawan yang berseberangan, sehingga apabila lawan kalah akan jatuh dan mati seketika karena jembatan tersebut sangat tinggi. Kelompok yang memenangkan tarik tambang ini, akan lanjut pada babak selanjutnya yaitu permainan kelereng. Mereka diminta untuk memilih 1 orang pasangan yang nantinya akan bermain bersama. Mereka fikir, orang tersebut akan menjadi team, namun ternyata, pasangan yang dipilihlah yang menjadi lawan mereka. Peserta diberi 10 kelereng, dan boleh memainkan permainan kelereng secara bebas tanpa kekerasan namun boleh berbuat curang. Kebanyakan peserta memilih menebak jumlah kelereng, yang pada akhirnya sebagian dari jumlah peserta sebelumnya lolos untuk permainan ke 5.

Permainan ke 5 ini memakan banyak nyawa peserta yang tersisa, yaitu permainan Glass Stepping Stone atau lebih jelasnya ialah melangkah melewati jalur kaca berbentuk kotak, dan mereka harus menebak kaca yang akan dipijak. Apabila kaca yang dipijak berupa kaca tipis, maka peserta tersebut akan jatuh dan mati seperti permainan sebelumnya. Dari permainan ini, hanya 3 orang yang tersisa yaitu Seong Gi-Hun, Kang Sae-byeok dan Cho Sang-woo, namun Kang Sae-byeok mengalami luka dalam pada perutnya saat permainan kaca sebelumnya, sehingga Cho Sang-Woo memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membunuhnya. Tersisa Seong Gi-Hun dan Cho Sang-Woo, dimana mereka akan memainkan permainan terakhir yaitu Squid Game atau permainan cumi-cumi. Permainan ini dibagi menjadi dua, penjaga dan penyerang. Seong Gi-Hun memilih menjadi penyerang, yang harus melewati kepala symbol cumi-cumi yang diisi oleh Cho Sang-Woo. Mereka berdua memiliki pisau ditangan masing-masing sehingga saling menyerang satu sama lain dengan pisau yang akhirnya Seong Gi-Hun dapat mengalahkan Cho Sang-Woo, tetapi ia berubah pikiran dan meminta untuk menghentikan permainan. Saat permainan ingin dihentikan, Cho Sang-Woo memilih untuk menghabisi nyawanya sendiri. Pada menit terakhir episode ini, dijelaskan bahwa Host of the game ialah Oh Il-nam yang merupakan kakek tua peserta sebelumnya, saat dia sekarat diungkapkan dia adalah seorang yang sangat kaya raya.

  • Analisis Film "Squid Game" melalui pendekatan Ekonomi Politik

Film Squid Game menjadi salah satu film yang diperbincangkan saat ini apalagi setelah memecahkan rekor sebagai TV Series paling laris di platform Netflix. Film ini menggambarkan tingginya ketimpangan ekonomi yang terjadi. Film ini menggambarkan bahwa permasalahan-permasalahan ekonomi yang muncul bukan hanya terjadi pada kaum menengah ke bawah, namun juga pada kelas menengah ke atas. Salah satu contoh kasusnya adalah Cho Sang-woo, yang merupakan seorang pialang saham yang kaya raya namun yang akhirnya harus terjebak dalam jeratan hutang yang sangat besar.

Latar belakang permasalahan ekonomi yang dimiliki oleh para peserta mengakibatkan setiap orang berusaha untuk mengalahkan peserta lain demi mendapatkan uang. Situasi yang terjadi dapat digambarkan dengan frasa "Homo homini lupus" yang dikemukakan oleh Thomas Hobbes. Kalimat ini berarti bahwa setiap manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Penyebab terjadinya permasalahan tersebut adalah merosotnya kondisi finansial.

Hal tersebut diperburuk oleh sistem ekonomi kapitalis. Sistem ekonomi ini melepaskan campur tangan pemerintah dari perputaran roda ekonomi. Pemerintah tidak memiliki andil atas jalannya suatu kegiatan ekonomi yang menyebabkan terjadinya eksploitasi ketenagakerjaan. Dalam konsep ekonomi politik Marxisme, kaum kapitalis cenderung untuk mengeksploitasi para pekerjanya. Para kaum kapitalis memiliki kekuasaan penuh atas para pekerjanya. Akibatnya adalah kaum pemilik modal akan semakin diuntungkan namun para buruh dan pekerja akan semakin miskin hingga terlilit hutang.

Gambaran eksploitasi tenaga kerja dalam film Squid Game selaras dengan apa yang sedang terjadi di Korea Selatan saat ini. Munculnya pandemi Covid-19 membuat perusahaan berusaha untuk menekan pengeluaran mereka, akibatnya adalah eksploitasi pada tenaga kerja atau yang sering disebut "Hell Joseon" oleh masyarakat Korea Selatan . menurut OECD indeks kedalaman kemiskinan (poverty gap index) di Korea Selatan sebesar 40%, yang merupakan salah satu tertinggi diantara negara maju lainnya. Selain itu dalam arus globalisasi di masa modern seperti ini tentunya persaingan dunia kerja semakin berat, karena masyarakat tidak hanya bersaing dengan orang-orang lokal, namun juga bersain dengan orang-orang dari luar negri. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang memperparah kesenjangan ekonomi di Korea Selatan, karena masyarakat yang tidak memenuhi klasifikasi untuk bekerja pada akhirnya menjadi pengangguran atau menjadi pekerja lepas yang sangat rentan untuk di eksploitasi oleh kaum kapitalis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun