Adanya diskusi dan dialog yang dilakukan antara penyelenggara festival dan pemerintah untuk menemukan solusi agar festival ini dapat tetap terlaksana dengan tetap mempertahankan kebebasan beracara tentu dengan mempertahankan nilai-nilai sosial dan agama menunjukkan bahwa adanya upaya untuk mencari solusi yang inklusif dan toleran.
Setelah dibuka kembali festival kuliner ini menerapkan penghormatan terhadap perbedaan. Penyelenggara festival dan pihak berwenang berusaha untuk menciptakan ingkungan yang inklusif dan toleran, meskipun tetap ada perbedaan pendapat di tengah-tengah masyarakat. Kasus kontroversi festival kuliner non-halal ini menunjukkan bahwa sikap toleransi dapat diambil melalui dialog dan diskusi agar tidak adak terjadinya kesalah pahaman diantara masyarakat. Dengan demikian, kasus ini menunjukkan bahwa Indonesia masih berusaha untuk mencapai persatuan dan kesatuan di tengah keberagaman yang ada.
Kesimpulan
Kontroversi Festival Kuliner Non-Halal di Solo menggambarkan pentingnya toleransi dalam masyarakat yang beragam. Meskipun festival tersebut menimbukan protes dari sebagian masyarakat, upaya pemerintah dan penyelenggara acara dalam mencari solusi agar acara tetap dapat terlaksana tentu dengan tetap mempertahanan kebebasan beracara serta nilai-nilai sosial dan agama, menunjukkan adanya usaha untuk menciptakan lingkungan inklusif dan toleran. Melalui dialog dan koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk MUI Solo, festival tersebut dapat tetap berjalan dengan aman dan sesuai aturan. Kasus ini mencerminkan usaha Indonesia untuk mencapai persatuan dan kesatuan di tengah keberagaman, sesuai dengan semboyan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yaitu Bhinneka Tunggal Ika.Â