Pernah dengar orang bilang, "Kamu nggak ngerti filsafat karena nggak pernah kuliah filsafat"? Sebagai seseorang yang suka ngobrol tentang ide-ide besar, pernyataan semacam ini sering terdengar seperti penghalang. Padahal, filsafat itu milik semua orang, bukan cuma mereka yang punya gelar akademis di bidang ini. Kamu nggak perlu masuk fakultas filsafat untuk mulai berpikir atau berdiskusi tentang makna hidup, moralitas, atau kebenaran.
Filsafat, sejak awal keberadaannya, memang lahir di ruang-ruang publik. Socrates, misalnya, nggak pernah punya ruang kelas formal. Dia bertanya dan berdiskusi di pasar, berbicara dengan siapa saja yang mau mendengarkan. Jadi, kalau hari ini kamu mendebat soal etika di meja kopi atau merenungkan arti kebahagiaan sambil menatap langit malam, itu sudah termasuk filsafat. Kamu nggak perlu buku teks tebal untuk melakukannya.
Tentu, belajar filsafat secara akademis punya banyak manfaat. Kamu bisa memahami konteks historis, mengenal para pemikir besar, dan belajar metodologi berpikir yang terstruktur. Tapi, itu bukan syarat mutlak untuk jadi seseorang yang bisa memikirkan persoalan-persoalan mendalam. Faktanya, banyak pemikiran filosofis besar muncul dari orang-orang yang nggak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang ini. Filsafat adalah tentang bertanya, bukan sekadar menghafal jawaban.
Kadang, orang takut membahas filsafat karena merasa nggak cukup pintar atau nggak punya "kapasitas intelektual". Ini anggapan yang salah besar. Filsafat bukan tentang menunjukkan siapa yang lebih tahu, tapi tentang eksplorasi bersama. Bahkan pertanyaan sederhana seperti "Kenapa kita ada di sini?" adalah bentuk pemikiran filosofis yang sah. Nggak ada yang harus merasa minder atau dihakimi karena cara berpikirnya.
Banyak persoalan sehari-hari yang sebenarnya filosofis, dari hal kecil seperti "Kenapa kita harus jujur?" hingga pertanyaan besar seperti "Apa tujuan hidup manusia?" Kamu mungkin nggak sadar, tapi diskusi ringan soal film, politik, atau bahkan gosip bisa mengandung elemen-elemen filsafat. Jadi, jangan pernah merasa topik ini eksklusif hanya untuk mereka yang belajar filsafat di perguruan tinggi.
Yang penting adalah keberanian untuk berpikir kritis dan terbuka terhadap ide-ide baru. Kamu nggak harus tahu siapa itu Heidegger atau Derrida untuk berdiskusi tentang konsep waktu atau dekonstruksi. Justru, memulai dari apa yang kamu tahu dan merangkai pemikiran dari pengalaman sehari-hari adalah langkah awal yang bagus. Filsafat adalah tentang memperluas wawasan, bukan mengurung diri dalam kerangka formalitas akademis.
Jadi, jika ada yang mencoba mengerdilkan minatmu pada filsafat hanya karena kamu nggak punya latar belakang akademis di bidang ini, ingatlah bahwa filsafat adalah hak semua orang. Mulailah bertanya, berpikir, dan berbagi ide, karena itulah esensi sebenarnya dari filsafat. Kamu nggak butuh gelar untuk menjadi bagian dari percakapan besar tentang kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H