Namun yang paling mencolok adalah pemilihan pemain tengah. Xavi disinyalir menganak-emaskan pemain Spanyol dan produk La Masia.
Jika di belakang Jordi Alba dan Pique sudah diparkir, tidak dengan Buesquest. Walau belakangan menunjukkan performa yang kurang baik Busquest tetap menjadi pilihan utama Xavi bersama dua pemain muda yang mendapatkan trophy Golden Boy Pedri dan Gavi. Ketiganya seakan tak tersentuh meskipun di bench masih ada nama beken macam Kessie dan Frenkie de Jong.
Nama pertama bahkan belum pernah menjadi starter di kompetisi resmi musim ini, sedangkan de Jong beberapa kali sampai harus mengisi posisi bek demi tidak mengganggu Trio Spanyol Busquest, Pedri, dan Gavi. Lain halnya di lini depan, Xavi beberapa kali salah memilih dan meletakkan pemain. Dembele yang lebih aktif di kanan lebih sering ditaruh di kiri meski Dembele memang memiliki dua kaki yang sama kuat. Raphinha yangtak perform sampai saat ini terus diberi kepercayaan meski Ansu Fati, Ferran Torres sampai Memphis Depay masih ada di bench.
Dari semua hal yang saya jabarkan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa Xavi adalah yang paling bertanggung jawab atas kegagalan Barcelona menuju babak 16 besar UCL yang disinyalir juga menjadi sebuah kegagalan baginya dan juga menjadi sebuah sinyal bahaya untuknya.
Namun musim masih sangat panjang, masih banyak gelar yang bisa diperebutkan. Laliga, Copa del Rey, Europa League, dan Super Spanyol bisa menjadi ajang pembuktian Xavi bahwa ia adalah sosok yang tepat untuk membawa Barcelona ke era perubahan ke arah yang lebih baik lagi. Lantas apakah ini menjadi tanggung jawab Xavi seorang? sepertinya tidak. Lalu Apa yang sebenarnya terjadi terhadap Blaugrana? 2 musim berturut-turut mereka turun kasta ke Liga malam Jum'at. Sekali lagi, Ada Apa Dengan Barcelona?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H