Mohon tunggu...
Farhansyah Fazril
Farhansyah Fazril Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Siliwangi

Mahasiswa Pendidikan Sejarah dari Kota Tasikmalaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lebensraum : Landasan Utama Ekspansi Jerman Dalam Perang Dunia 2

17 Desember 2021   21:13 Diperbarui: 17 Desember 2021   21:18 1648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Friedrich Ratzel (Sumber : en.wikipedia.org)

Perang Dunia 2 dikenal sebagai perang dengan dampak terbesar dalam sejarah umat manusia hingga saat ini. Perang ini terjadi dalam kurun waktu sekitar 6 tahun, dimulai dari tahun 1939-1945 antara 2 blok besar, yaitu blok sekutu dan blok poros. Terjadinya pernag dunia 2 ini dimulai setelah Jerman sebagai salah satu anggota blok poros memulai ekspansinya ke negara-negara di wilayah sekitarnya. Negara pertama yang diinvasi oleh Jerman adalah Polandia pada 1 September 1939, yang secara resmi menandai dimulainya Perang Dunia 2. Adanya ekspansi Jerman ini tentunya memicu kemarahan dari negara-negara lainnya dan kejadian itu pun terus meluas hingga melibatkan banyak negara lain di luar eropa, seperti Jepang di wilayah Asia dan Amerika yang turut terlibat dalam Perang Dunia 2 pasca terjadinya penyerangan di Pearl Harbour.

Dilakukannya ekspansi oleh Jerman ini disebabkan karena adanya suatu pemikiran geopolitik yang dinamakan Lebensraum. Pemikiran ini diciptakan oleh seseorang bernama Friedrich Ratzel pada tahun 1901. Pemikiran ini pun terus berkembang di wilayah Eropa, dan mulai banyak kalangan ahli politik dari berbagai negara di eropa. Lebensraum pun semakin dikenal di dunia setelah dikembangkan lagi oleh Adolf Hitler dan dijadikan sebagai landasan utama dalam proses invasi Jerman ke negara-negara Eropa.

Definisi dan Perkembangan Lebensraum

Seperti yang telah dijabarkan di atas, pemikiran Lebensraum diciptakan oleh seorang ahli politik bernama Fiedrich Ratzel pada tahun 1901. Lebensraum sendiri secara bahasa memiliki arti sebagai ruang hidup. Ratzel menganggap lebensraum sebagai suatu ruang hidup yang harus dimiliki oleh setiap makhluk hidup pada ukuran sebuah populasi. Ukuran dari ruang hidup itu sendiri harus terus berkembang, dikarenakan adanya pertumbuhan dalam kehidupan makhluk hidup. Oleh karena itu, Ratzel menyatakan bahwa manusia perlu melakukan proses ekspansi supaya bisa terus berevolusi dan berkembang.

Singkatnya, lebensraum adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa  manusia akan bisa berkembang apabila mereka melakukan proses ekspansi dan migrasi ke wilayah lainnya, tidak hanya beradaptasi dan menetap dalam satu wilayah tertentu. Ratzel menganggap bahwa ruang adalah faktor utama dalam kemajuan sebuah masyarakat di suatu negara. Dengan dilakukannya ekspansi, maka manusia akan bisa beradaptasi dalam suatu lingkungan baru dan tentunya akan menghasilkan suatu perkembangan baik dalam pola hidup maupun budaya.

Paham lebensraum Ratzel ini mendapat kritikan dan penolakan dari berbagai pihak. Konsep lebensraum yang digagas oleh Ratzel dianggap tidak efektif dan hanya akan menimbulkan konflik antar tiap negara. Gagasan lebensraum Ratzel hanya akan membuat negara-negara di dunia saling melakukan ekspansi dan berperang satu sama lain untuk bisa memperluas wilayah mereka. Meskipun begitu, konsep lebensraum gagasan Ratzel juga mendapat dukungan dari beberapa tokoh politik lainnya, contohnya adalah Rudolf Kjellén dan Karl Haushofer. Rudolf Kjellén menyatakan bahwa konsep Lebensraum cocok untuk diterapkan dalam sebuah negara, dikarenakan sebuah negara akan mengalami kemajuan apabila didalamnya terdapat lebih dari satu etnis dan ras. Kjellén mencontohkan hal ini terhadap apa yang terjadi di Kerajaan Inggris. Menurutnya, salah satu faktor kesuksesan Kerajaan Inggris adalah karena adanya percampuran ras antara ras Celtic, Romawi, dan Jermanik. Pemikiran Kjellén ini sendiri didasarkan pada pemikiran Ratzel, yang turut menyatakan bahwa percampuran ras mampu membawa kekuatan dalam suatu negara. Oleh karena itu, Kjellén mendukung apa yang disampaikan oleh Ratzel dan menghendaki adanya proses ekspansi dan migrasi supaya percampuran ras bisa terlaksana dengan baik.

Tokoh politik lain yang juga menyatakan kesetujuannya pada pemikiran Ratzel adalah Karl Haushofer. Pendapat Haushofer inilah yang menjadi landasan utama dalam pemikiran Lebensraum yang dijalankan oleh Adolf Hitler. Bahkan, beberapa pihak menyatakan bahwa Haushofer adalah dalang dibalik terjadinya ekspansi Jerman oleh Hitler. Haushofer menyatakan bahwa suatu negara akan mengalami kemajuan apabila negara tersebut melakukan migrasi ke wilayah lain. Yang membedakan Haushofer dengan kedua ahli politik pendahulunya adalah Haushofer benar-benar mengembangkan Lebensraum menjadi sebuah kebijakan negara, dan bukan hanya suatu gagasan belaka. Haushofer mengembangkan Lebensraum dengan cara menambah beberapa konsep dalam Lebensraum sehingga Lebensraum bisa relevan diterapkan dalam berbagai konteks yang berbeda. Jadi, Haushofer menghendaki dilakukannya lebensraum dalam konteks negara dan menganggap bahwa negara perlu melakukan ekspansi supaya bisa terus berkembang.

Lebensraum di mata Adolf Hitler

 Lebensraum mengalami kemajuan dan bisa dikatakan mencapai tahap matang setelah Karl Haushofer berhasil mengembangkan Lebensraum ke ranah kebijakan negara. Gagasan ini bisa dikatakan telah layak untuk bisa dijadikan sebagai dasar politik suatu negara. Namun, masalahnya adalah implementasi lebensraum masih belum bisa terealisasi dengan baik. Oleh karena itu, Haushofer mewariskan pemikirannya ini kepada Adolf Hitler. Hitler sejak awal memang tertarik pada pemikiran-pemikiran dari Ratzel dan Lebensraum. Di bawah bimbingan Haushofer, pemahaman dan visinya dalam menjalankan Lebensraum tumbuh semakin kuat. Hal tersebut dibuktikan dengan karya tulisnya yang berjudul “Mein Kampf” yang berisi gagasan-gagasannya untuk bisa membawa kemajuan bagi Jerman. Di dalam Mein Kampf, Hitler menyatakan bahwa penting bagi Jerman untuk bisa melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah Eropa lainnya. Argumen ini didasarkan pada pernyataan Haushofer yang menyatakan bahwa Jerman pada saat itu mengalami sebuah kemunduran dibandingkan negara-negara lainnya. Semakin tumbuhnya masyarakat di wilayah Jerman membuat bahan pangan dan area produksi menjadi semakin terbatas. Oleh karena itu, Haushofer menyatakan bahwa Jerman harus bisa melakukan ekspansi ke wilayah lain demi kesejahteraan masyarakat.

Pernyataan tersebut membuat Hitler semakin berambisi dalam melakukan ekspansi ke wilayah lain, yang pada akhirnya berhasil ia wujudkan setelah ia menjabat sebagai Fuhrer dan melakukan ekspansi ke wilayah Eropa sekitarnya, seperti Polandia, Perancis, bahkan Uni Soviet pada masa Perang Dunia 2. Hitler menganggap Jerman pada masa itu sebagai negara penakut dan tidak berani untuk bisa bergerak lebih bebas. Selain itu, adanya perjanjian Versailles juga dianggap sebagai penghambat bagi kemajuan Jerman. Hitler menganggap perjanjian ini sebagai suatu perjanjian yang hanya merugikan Jerman dan membuat Jerman menjadi negara yang serba kekurangan. Oleh karena itu, setelah Hitler mengangkat dirinya sebagai Fuhrer, dia menolak menjalankan perjanjian Versailles dan berusaha merebut kembali wilayah-wilayah yang direbut pada masa Perang Dunia 1 dan memperluas kekuasaannya di Eropa dengan berlandaskan pada lebensraum.

Selain itu, Hitler juga menjadikan konsep Lebensraum sebagai pendorong untuk bisa menaklukkan wilayah Eropa timur. Menurut Hitler, wilayah Eropa timur menjadi wilayah yang sangat bermanfaat untuk membantu kemajuan Jerman, dikarenakan banyaknya kekayaan alam yang bisa dimanfaatkan. Namun, Hitler menyayangkan bahwa wilayah tersebut dikuasai oleh kaum Yahudi dan Slavia yang dia anggap sebagai ras yang rendah. Hitler meganggap bahwa ras Arya yang dia dan masyarakat Jerman miliki adalah ras terunggul. Oleh karena itu, Hitler berusaha untuk mengambil wilayah Eropa timur untuk bisa dimanfaatkan oleh Jerman. Dengan adanya Lebensraum, maka Hitler berhasil menciptakan motif yang sempurna bagi tindakannya melakukan ekspansi ke wilayah Eropa timur, meskipun pada akhirnya mengalami kegagalan dalam Operasi Barbarossa yang dilakukannya.

Lebensraum dan NAZI

Untuk bisa menjalankan rencana ekspansinya, tentu Hitler tidak bisa melakukannya seorang diri. Dia perlu dukungan besar dari masyarakat Jerman untuk bisa melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, Hitler memutuskan untuk bergabung dengan partai NAZI pada tahun 1920-an. Partai NAZI sendiri bisa dibilang memiliki kiprah dan stigma yang baik di kalangan masyarakat. NAZI hadir sebagai partai yang yang bisa dikatakan pro rakyat dan bergerak untuk menegakkan keadilan di kalangan masyarakat. Namun, tampaknya semua itu cukup berubah setelah Hitler memutuskan untuk menjadi pemimpin partai dan naik jabatan sebagai Fuhrer pada tahun 1933 serta menyatakan bahwa dia adalah pemimpin mutlak yang statusnya tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun. Kepemimpinan Hitler yang otoriter membuat masyarakat Jerman sendiri mengalami kesulitan mendapat kebebasan. Meskipun begitu, keinginan Hitler untuk membuat Jerman kembali menjadi negara maju menjadi salah satu semangat yang tampaknya perlu diapresiasi.

Adolf Hitler dan anggota NAZI (Sumber : Holocaust Encyclopedia)
Adolf Hitler dan anggota NAZI (Sumber : Holocaust Encyclopedia)

Selama kepemimpinannya sebagai seorang Fuhrer dan pemimpin NAZI, Hitler tentunya tidak lupa akan pemikiran yang berada di kepalanya setiap saat, yaitu Lebensraum. Lebensraum sendiri bahkan dijadikan sebagai ideologi utama NAZI selama kepemimpinan Hitler. Hitler menerapkan lebensraum sesuai dengan apa yang ditulisnya dalam bukunya yang berjudul Mein Kampf. Adanya keinginan kuat untuk melakukan ekspansi ini pun pada akhirnya berhasil diwujudkan oleh Hitler pada tahun 1939, yang juga mengawali Perang Dunia 2. Jadi, dapat dikatakan bahwa lebensraum menjadi elemen utama dalam pelaksanaan birokrasi NAZI, meskipun lebensraum tersebut cukup berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Ratzel. Hal tersebut dikarenakan, dalam Perang Dunia 2, Hitler juga menerapkan ideology antisemit yang berujung pada peristiwa Holocaust dan membawa kerugian bagi satu ras tertentu, yaitu Yahudi.

Ratzel sendiri dalam gagasannya mengenai lebensraum, sama sekali tidak menyatakan mengenai perlunya genosida terhadap suatu ras tertentu. Ratzel hanya menghendaki bahwa setiap kelompok masyarakat perlu untuk melakukan ekspansi wilayah dan migrasi ke wilayah lainnya supaya bisa berkembang. Bahkan, Ratzel menyatakan perlunya percampuran ras dalam suatu wilayah tertentu, mirip dengan yang disampaikan oleh Kjellén. Jadi, adanya ideologi antisemit dan genosida terhadap yahudi murni berasal dari Hitler sendiri dan menjadi salah satu faktor pembeda antara lebensraum Ratzel dan lebensraum Hitler.

Jadi, intinya, lebensraum adalah suatu pemikiran yang digagas oleh Friedrich Ratzel yang menyatakan bahwa suatu kelompok masyarakat harus melakukan ekspansi wilayah dan migrasi supaya masyarakat tersebut mengalami perkembangan. Gagasan ini sendiri didasarkan pada “seleksi alam” yang digagas oleh Charles Darwin. Lebensraum sendiri cukup dikenal di wilayah Eropa dan mendapat tanggapan dari berbagai pihak. Respon pihak-pihak tersebut pun beragam, ada yang setuju dengan gagasan tersebut dan ada juga yang menentang.

Selama masa perang dunia 2, lebensraum ini digunakan oleh Adolf Hitler sebagai landasan dalam proses ekspansi wilayahnya. Hal tersebut dikarenakan kondisi Jerman pada saat itu dianggap lemah dibandingkan dengan negara-negara lain disekitarnya. Oleh karena itu, Hitler yang sejak awal menganut pemikiran lebensraum gagasan Ratzel, memutuskan untuk melakukan ekspansi ke wilayah sekitarnya, dengan target utama Eropa timur. Namun sangat disayangkan, proses ekspansi ini tidak berjalan dengan baik dan malah menjadi boomerang bagi Jerman sendiri. Dilakukannya ekspansi ini besar-besaran membuat Jerman mengalami kesulitan membendung serangan dari berbagai pihak dan membuat Jerman sekali lagi mengalami kekalahan dalam Perang Dunia.

Sumber :

Abrahamsson, C. (2013). On the genealogy of Lebensraum. Geographica Helvetica, 68(1), 37-44.

Smith, W. D. (1980). Friedrich Ratzel and the origins of Lebensraum. German Studies Review, 3(1), 51-68.

Raspati, A. K. B. (2019). PEMIKIRAN HANNAH ARENDT TENTANG IDEOLOGI NAZI JERMAN (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).

Octavia, Vanni (2015) JERMAN DI BAWAH PEMERINTAHAN ADOLF HITLER : Kajian Historis Gerakan Oposisi terhadap Pemerintahan Adolf Hitler pada Tahun 1933-1945. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

Herwig, H. H. (1999). Geopolitik: Haushofer, Hitler and Lebensraum. The Journal of Strategic Studies, 22(2-3), 218-241.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun