Kebudayaan merupakan sebagai wujud dari adanya ekspresi kreativitas masyarakat. Tentunya kebudayaan-kebudayaan yang diciptakan tersebut dapat menjadi bukti bahwa negara Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Kebudayaan terbagi menjadi dua jenis, yakni kebudayaan konkret dan kebudayaan abstrak. Kebudayaan konkret ialah kebudayaan yang dapat diamati dan dirasakan. Sedangkan kebudayaan abstrak adalah kebudayaan yang bersifat gagasan pikiran dan tidak dapat diamati. Di Indonesia kebudayaan konkretlah yang sering kali dijumpai.Â
Kebudayaan konkret yang selalu menjadi sorotan publik di Indonesia yakni Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. Perayaan ini senantiasa dilakukan dalam setiap tahun sekali. Dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw banyak daerah di Indonesia yang mengadakan praktik kebudayaan Islam sebagai bentuk rasa syukur atas lahirnya Sang Kekasih Allah. Tentunya, kebudayaan Islam yang diadakan ini mengundang banyak antusias masyarakat dalam memeriahkan acara, bahkan tak jarang masyarakat non muslim pun turut menyaksikan di setiap prosesi tradisi.
Masing-masing daerah tentunya mempunyai tradisi yang berbeda-beda dalam merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw. Contohnya seperti yang ada di kota Cirebon dan kota Padang. Di kota Cirebon dalam memarakkan puncak Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw dengan mengadakan tradisi kebudayaan Islam yang bernama "Panjang Jimat". Sedangkan untuk di kota Padang sendiri ada tradisi Maulud yang bernama "Bungo Lado". Lantas apa itu Panjang Jimat? dan apa itu Bungo Lado?.
- Panjang Jimat
Latar belakang panjang jimat adalah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan warisan dari Kalifah Sholahuddin Al Ayubi, setelah wafatnya Nabi Muhammad. Sholahuddin selalu merayakan maulud dengan berbagai upacara yang berlangsung marak dengan bertujuan agar umat muslim selalu ingat dan meneladani Muhammad. Demikian juga di Cirebon, mengadopsi perayaan itu dan disesuaikan dengan adat dan istiadat setempat. Dan sampai sekarang dikenallah apa yang disebut upacara Panjang Jimat
Panjang memiliki arti piring keramik, piring itu biasanya sering digunakan oleh Sunan Gunung Jati. Lalu Jimat berasal dari akronim diaji dan dirumat yang artinya dipelajari dan diamalkan. Tradisi ini biasanya dimulai pukul 19.30 sampai pukul 00.00 dan diadakan di tiga keraton. Ada beberapa rangkaian prosesi Panjang Jimat, di antaranya: Dibuka dengan pembacaan doa dan tawasul, menceritakan kisah Nabi Muhammad dari yang masih berada di dalam kandungan hingga kelahirannya, pencucian benda-benda pusaka, pembacaan Barzanji, sholawat Nabi, serta doa bersama, dan yang terakhir ada pembagian seluruh nasi dan lauk pauk.
Pembacaan doa dan tawasul dilaksanakan di Pendopo Jimen sebelum diteruskan dengan Ngawedar lan Ngawejang Babad Panjang Jimat (Muludan) Kesultanan Kanoman Cirebon. Prosesi itu adalah sebuah pemaparan mengenai sejarah keraton, nasab, trah raja-raja, rangkaian tradisi panjang jimat, dan kisah Nabi Muhammad. Setelah itu, prosesi pun dilanjutkan dengan mempersiapkan sajian pelal yang dipimpin oleh Pangeran Kumisi di Langgar Alit Kesultanan Kanoman. Sementara keluarga keraton menjemput Sultan Keraton Kanoman, Sultan Raja Muhammad Emirudin.
Selepas itu, ada prosesi pencucian benda-benda pusaka (jimat-jimat). Benda pusaka tersebut di antaranya: senjata tajam, gong sekaten, piring-piring, dan lain-lain. Jimat-jimat sendiri dimaknai sebagai instrumen untuk melancarkan prosesi melahirkan. Bahkan di hari Jum'at bulan Maulud ketiga keraton membuat Nasi Jimat. Sajian khas tersebut merupakan nasi kuning yang dibalut dengan ritual-ritual khusus seperti doa-doa dan sholawat. Nasi Jimat sendiri memiliki simbol sebagai sumber nutrisi dan karbohidrat yang dibutuhkan oleh ibu dan bayi.
Kegiatan Tradisi Panjang Jimat diakhir dengan pembagian nasi dan lauk pauk yang berwadahkan piring-piring dari benda-benda pusaka yang telah dicuci. Fakta menariknya piring-piring tersebut berjumlah 7 buah yang memiliki makna dikiaskan dengan jumlah hari dalam seminggu.
- Bungo Lado
Bungo Lado adalah sebuah tradisi dari masyarakat Padang Pariaman, Sumatera Barat dalam memeringati Maulid Nabi dengan cara membuat pohon uang. Bungo Lado diatur oleh kapalo mudo atau yang lebih dikenal dengan sebutan ketua dari para pemuda, seperti karang taruna. Kapalo mudo memberikan informasi kepada seluruh masyarakat desa yang berkenan ingin mendonasikan uangnya guna tradisi Bungo Lado. Uang-uang tersebut dikumpulkan di tempat-tempat strategis yang biasanya menjadi tempat berkumpul atau keramaian seperti pos ronda hingga warung milik warga.Â