Mohon tunggu...
Farhan S. Afifi
Farhan S. Afifi Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Jadilah seseorang yang berbeda, karena yang berbeda itu istimewa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memorandum Emir Faisal: Jalan Panjang Perjuangan Bangsa Arab

12 Juli 2020   19:23 Diperbarui: 12 Juli 2020   21:49 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emir Faisal pada Konferensi Paris 1919

Komisi ini mengemban tugas dalam menghimpun aspirasi dan keinginan masyarakat. Yang nantinya akan dijadikan landasan berdirinya negara Suriah Raya dalam naungan wangsa Hasyimiyah (monarki konstitusional). 

Kehadiran komisi King-Crane di Suriah ini menggerakkan aktivitas nasionalis yang penuh semangat dan melibatkan masyarakat Suriah secara luas. 

Berbagai tuntutan terus digaungkan oleh masyarakat Suriah di seluruh penjuru negri, tuntutan kemerdekaan politik secara menyeluruh tanpa pembatasan,  perlindungan maupun perwalian. 

Menolak setiap pemisahan tanah milik banga Arab, menuntut batas-batas negara (pegunungan Taurus di utara, gunung Sinai di barat dan laut Tengah di timur) dan memeperjuangkan tanah Arab yang lain dalam ikatan persatuan dengan Suriah. 

Di samping itu juga menuntut adanya bantuan keuangan atau teknis kepada pemerintah Amerika Serikat dengan syarat tidak mengorbankan kemerdekaan politik bangsa Arab. 

Dan yang terpenting adalah penghapusan pasal 22 Liga Bangsa-Bangsa yang menetapkan perlunya perwalian atas bangsa yang menginginkan kemerdekaan serta menolak dengan keras klaim dan intervensi asing atas hak bangsa Arab. 

Dengan tuntasnya tuntutan-tuntutan diatas maka di diadakanlah Kongres Suriah, dengan hasil menuntut kemerdekaan politik sepenuhnya dalam batas-batas yang telah ditentukan. Monarki Konstitusional sebagai sistem pemerintahan dan Emir Faisal sebagai Raja.

Menolak prinsip mandat sebagaimana tertuang dalam ketentuan pasal 22 LBB, dengan alasan bahwa bahwa bangsa Arab sama cerdasnya dengan bangsa Yunani, Bulgaria dan Rumania yang mendapatkan kemerdekaan penuh dari Turki Utsmani. 

Pada akhir Juli 1919, Komisi King-Crane menyerahkan berkas laporan kepada delegasi Amerika Serikat di Paris. Meskipun Emir Faisal tidak mengetahui isi dari laporan tersebut. 

Namun bagi negara-negara Eropa laporan King-Crane adalah dokumen yang tidak menyenangkan. Laporan itu di serahkan kepada Dewan Konferensi Paris dan dibiarkan berdebu tanpa pembahasan. 

Pada akhirnya upaya ini harus pupus pada Juli 1920 yang menjadi awal dari kolonialisasi Perancis atas Suriah dan wilayah Arab lainnya yang menjadi incaran Sekutu serta rusaknya esensi dari penyelidikan Komisi King-Crane untuk menentukan nasib sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun