Spanduk itu tanda pemerintah tengah gencar melakukan sosialisasi tentang pengurangan penggunaan plastik  kepada pengunjung di Pasar Baru Bogor. Bahkan kata beberapa pedagang, Bima Arya, Wali Kota Bogor, beberapa kali terlihat mengunjungi pasar baru untuk melakukan monitoring terhadap himbauan yang telah dibuat. Tidak hanya pemerintah, banyak pihak berkolaborasi untuk melakukan sosialisasi, salah satunya pihak pengelola pasar. Bahkan sampai ada larangan untuk tidak berjualan plastik di dalam gedung pasar baru.
Sosialisasi yang tengah dilakukan tampaknya berhasil. Banyak pedagang teredukasi soal bahaya plastik. "ya tau mas plastik bahaya, soalnya lama terurainya, katanya ribuam tahun," pungkas pedagang sereh di pinggir trotoar. Beberapa pengunjung pasar juga mengetahui tentang pengurangan penggunaan kantong plastik ketika ditanya. Memang sudah menjadi perbincangan yang sering dilakukan sehingga banyak masyarakat dan pedagang  sudah mengetahui bahaya dari penggunaan plastik.
Sayangnya sosialisasi yang dilakukan hanya sekedar dijadikan pengetahuan oleh pedagang atau pembeli di Pasar Baru Bogor. Buktinya plastik terutama kantung plastik tetap beredar banyak di Pasar Baru Bogor. Kesadaran yang dipunya tidak sampai ke level tindakan. Bagi banyak orang, penggunaan plastik adalah satu-satunya cara untuk membungkus segala jenis barang. Di luar dari itu tidak ada solusi lain untuk membungkus barang belanjaan di pasar. "mau make apa mas kalo engga make plastik, yang ada cuman ini," ujar pedagang ayam di mobil pick upÂ
Pedagang dan masyarakat di pasar baru juga menganggap sebuah kemustahilan kalo plastik ditiadakan atau tidak dipake. Bahkan banyak yang mengkritik balik himabauan yang dilakukan pemerintah, "ya solusi nya apa dulu jangan asal larang-larang aja, kalo ada jalan keluarnya, baru bisa dilarang larang".  Nada-nada pesimisme seringklali dilontarkan oleh pedagang atau pembeli, alasannya selalu sama, kalau tidak ada plastik pedagang bakalan kesusahan. Apalagi kalau barang penggantinya  lebih mahal akan membebani dirinya.
Tetapi diantara penyangkalan, penolakan terdapat optimisme yang di lontarkan oleh salah satu pedagang kelontongan di pasar baru. Katanya, "kan sakarang kalo di supermarket sudah mulai ada aturan tuh, dan masyarakat bisa, saya rasa kalo itu diterapkan masyarakat juga bisa beradaptasi, dan saya pedagang akan mau ga mau ikut beradaptasi".
Tampaknya upaya pengurangan plastik di pasar baru bogor hanya berhasil di tingkat sosialisasi dan edukasi tentang bahaya plastik. Hanya ada sebagaian kecil yang melakukan upaya itu, bahkan bisa dihitung jari. Stigma masih melekat dikalangan pembeli dan penjual kalau tidak ada alternatif selain plastik. Sekan-akan plasti adalah satu-satunya pembungkus yang bisa digunakan.
Lantas apakah cara pandang demikikan benar, adakah cara lain yang bisa dilakukan?
Pasar Bebas Plastik
Pesimisme pedagang dan pembeli di pasar baru sebenarnya dapat berubah ketika sudah melihat banyak percontohan pasar bebas plastik yang menunjukan hasil yang positif. Percontohan pasar itu merupakan bagian dari program pasar bebas plastik yang membawa hasil yang baik juga.
Programnya nya bisa berbagai macam, salah satunya mengadakan pelatihan yang diikuti oleh para pedagang pasar mengenai  bagaimana tata cara bertransaksi bebas plastik dengan konsumen. Karena program itu, terdapat pengurangan penggunaan sampah plastik sebesar 11%-19% di pasar kosambi dan pasar cipait di Bandung.
Kemudian ada juga yang bentuknya dengan membuka kios peminjaman kantung belanja jika ada pembeli yang lupa membawanya dan membagi-bagi kantung belanja ke sejumlah pedagang pasar. GIDKP mengklaim kalau upaya tersebut dapat mengurangi sampah plastik sebesar 30%.