Secara keseluruhan bahasa Indonesia dipandang sebagai bahasa yang penting dan strategis di tingkat nasional, karena indonesia sebagai negara dengan penduduk terbesar ke empat di dunia dan merupakan negara kepulauan yang memiliki beragam suku dan budaya. Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa memegang peranan penting. Namun sekarang, kita dapat mengamati bahwa bahasa Indonesia dan bahasa daerah berbicara berdampingan. Masalah ini biasa terjadi dikalangan orang tua, dan yang lebih buruknya lagi adalah remaja atau anak sekolah juga menganut aksen ini. Mengingat bahwa masalah ini mempengaruhi tidak hanya orang tua namun juga berdampak pada anak-anak. Maka pada kesempatan ini kami ingin mengangkat judul "Pengaruh Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Sektor Pendidikan Di Provinsi Gorontalo". Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi terhadap pengembangan kebijakan pendidikan yang lebih inklusif.
Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan metode penelitian kualitatif secara deskriptif yang dimana metode penelitian kualitatif bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan informasi mendalam mengenai suatu fenomena atau kejadian. Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data secara rinci dari beberapa buku dan juga jurnal dan didukung dengan hasil wawancara terhadap beberapa mahasiswa.
Hasil Dan Pembahasan
Bahasa merupakan alat komunikasi yang menghubungkan antar manusia yang satu dengan manusia lainnya. Melalui bahasa pula manusia mudah melakukan interaksi dengan orang lain. Bahasa Indonesia yang merupakan salah satu bahasa di dunia dan menjadi bahasa nasional bagi Bangsa Indonesia diresmikan pada sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 18 Agustus 1945.
Hasil wawancara dengan Daud Tuna dan Nisa Ali, Mahasiswa Jurusan Sendratasik di Universitas Negeri Gorontalo menunjukan bahwa bahasa indonesia memiliki peran penting dalam proses pembelajran di perguruan tinggi khususnya di wilayah yang memiliki keberagaman budaya seperti gorontalo. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia menjadi alat komunikasi yang efektif untuk menyatukan mahasiswa dan dosen yang berasal dari latar belakang yang etnis dan daerah yang berbeda. Dalam konteks ini, bahasa Indonesia tidak hanya mempermudah penyampaian materi, tetapi juga memastikan bahwa setiap individu memiliki pemahaman yang setara, tanpa terkendala oleh perbedaa bahasa daerah.
Kedua narasumber mengungkapkan bahwa mereka lebih nyaman menggunakan bahasa indonesia dalam pembelajaran dibandingkan bahasa daerah. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa indonesia lebih relevan dan praktis, terutama di lingkungan universitas yang melibatkan interaksi lintas daerah. Meskipun mereka memiliki keterikatan budaya dengan bahasa daerah, keterbatas penguasaan bahasa tersebut menjadi kendala. Minimnya paparan terhadap bahasa daerah sejak kecil dan kurangnya bahan bacaan yang tersedia dalam bahasa daerah turut memperlemah kemampuan mereka untuk menulis atau berbicara dengan bahasa lokal.
Bahasa Indonesia juga di anggap lebih relevan di era modern, mengingat penggunaan yang lebih luas dimedia dan internet. Generasi muda, termaksud mahasiswa, lebih sering terpapar bahasa indonesia dibandingkan bahasa daerah, yang membuatnya menjadi pilihan utama dalam berkomunikasi. Selain itu, keberadaann bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar utama di perguruan tinggi untuk mencerminkan perannya dalam mendukung pendidikan yang merata.
Kesimpulan
Hasil wawancara menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia memiliki peran penting dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi, terutama di wilayah dengan keberagaman budaya seperti Gorontalo. Sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesia menjadi alat komunikasi yang efektif untuk menyatukan mahasiswa dan dosen dari latar belakang etnis dan daerah yang berbeda. Bahasa ini mempermudah penyampaian materi pembelajaran dan memastikan pemahaman yang setara tanpa hambatan bahasa daerah.
Kedua narasumber merasa lebih nyaman menggunakan Bahasa Indonesia dibandingkan bahasa daerah karena lebih relevan dan praktis di lingkungan universitas yang bersifat lintas daerah. Keterbatasan penguasaan bahasa daerah disebabkan oleh minimnya paparan sejak kecil dan kurangnya bahan bacaan, sehingga Bahasa Indonesia menjadi pilihan utama.