Caranya melawan transparansi, bahkan licik, yaitu mengintensifkan manipulasi media dan hoax untuk senjata disinformasi. Ruang publik tak ada bedanya lagi dengan pasar, artinya hanya penawar tertinggi yang mampu membayar bisa bertransaksi. Maka, profesi public relation sangat dicari karena kuatnya politik pencitraan.Â
Populisme juga merupakan bentuk reaksi terhadap tak berfungsinya demokrasi. Tuduhan ini dialamatkan kepada Aktor yang sedang berkuasa karena dianggap "tidak menjalankan kekuasaan untuk kepentingan rakyat". Populisme agama, menurut Georg Bertz dan Carol Johnson (dalam: Marzouki, Saving The People, 2016: 3) Mengapa populisme agama memikat? Populisme agama bisa berfungsi sebagai ideologi yang memberi legitimasi simbolik untuk menaklukan ruang publik.Â
Kunci sukses populisme agama terletak pada kemampuannya dalam 3 hal. Pertama, mampu memberi kepastian, maksudnya dalam ketakpastian ekonomi global, pengangguran dan ketidakadilan, populisme agama menjanjikan ekonomi adil dan persaudaraan sejati melalui revolusi moral. Jadi populisme agama memberi identitas pasti, yaitu kepemilikan kelompok yang memberi stabilitas sosial, status, pandangan hidup, cara berpikir dan etos. Jadi agama tidak hanya memberi janji, tapi menjamin, meski bukan atas dasar analisis, melainkan dengan mendasarkan pada keyakinan. Keyakinan ini memberikan kepastian.
Kedua, agama menumbuhkan keyakinan bahwa orang berada dalam kontak dengan makna yang terdalam dari hidupnya; dan ketiga, acuan ke tujuan terakhir hidup memberi pembenaran dan sikap kritis terhadap tatanan yang ditolaknya (Haryatmoko 2010: 94-95). Bertolak dari nilai-nilai positif agama itu, Aktor demagog dengan licik manipulasinya untuk menawarkan imajiner koleftif baru untuk menggantikan imajiner yang sedang dilanda krisis.
Dengan demikian beberapa hal diatas akan memicu hal-hal disintegrasi seperti Hegemoni hoax, Narasi politik Identitas.  Dan serta salah satu indikator negara maju ialah integrasi yang kuat dari seluruh elemen masyarakat disuatu Negara tanpa adanya disintegrasi. Dengan memberikan akses pada rakyat melalui musyawarah, di mana setiap orang terlibat adalah jalan Tata Negara kita. Kunci dari tidak adanya disintegrasi adalah kata demokrasi dijalankan dengan benar, hilangnya ketimpangan dan tidak adanya kekerasan, dan salah satu tujuan politik ialah menghindari disintegrasi dengan cara menganalisa iklim politik.
Earving goffman peletak dasar teori "Dramaturgi"  mengatakan bahwa dalam relasi sosial politik setiap orang memainkan peran dan peran tersebut mereka perankan di panggung, ada panggung depan ada panggung belakang, tak ada yang sia-sia dari setiap fakta yang terjadi, tinggal kita mau belajar atau tidak dari itu semua. Kedepannya semoga kita sebagai elemen masyarakat bisa mencegah disintegrasi politik,  agar tetap bisa arif dan bijak  serta selalu berfikir strategis kontekstual, kompeten dan komprehensif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H