Chairil Anwar begitu memuja Sri Arjati. Mahasiswa Fakultas Sastra UI, Â sampai diabadikannya dalam sebuah puisi yang mengharu-biru. Bagi penyair mencintai seseorang, maka bersiaplah kamu akan abadi dalam karyanya.
Begitu pula dengan Kahlil Gibran. Penyair kelas dunia ini , May Ziadah adalah sumber inspirasinya. Lebih dua puluh tahun mereka menjalin LDR, sehingga Kahlil Gibran mengembuskan napas terakhir di tahun 1931.
May Ziadah, mewarnai karya-karya Kahlil Gibran. Maka bacalah "Sang Nabi" dan karya-karya Gibran yang lain. Kata-katanya begitu menyihir. Mereka tidak pernah bertemu karena dipisahkan tempat yang sangat jauh, Kahlil Gibran di New York dan May Ziadah di Mesir.
Cinta dan benci memang membuat orang menjadi terobsesi dalam bentuk yang serupa tapi tak sama. Perbedaannya begitu tipis. Kaisar Nero, kebencian membuatnya mampu membakar kota Roma dalam satu malam. Tapi untuk Chairil dan Kahlil Gibran, mencintai membuat mereka menghasilkan karya-karya maestro yang tidak lekang dimakan zaman.
Banyak bangunan bersejarah di dunia tercipta karena cinta. Taj mahal berdiri kokoh yang dibangun abad ke-17 di Kota Agra oleh Sultan Mughal, Shah Jahan, untuk mengenang ratunya, Mumtaz, yang mangkat ketika melahirkan anak mereka yang ke-14.
Orang yang mencintai akan mengerahkan energinya habis-habisan untuk menawan dan membahagiakan orang tersebut, begitu juga orang yang membenci akan mengerahkan seluruh tenaganya agar orang yang dibencinya menderita.
Sehingga ada nasihat legendaris yang mengingatkan kita untuk membenci dan mencintai dalam kadar yang biasa saja. Sebab pada akhirnya kebencian dan kecintaan yang berlebihan akan membuat kita jatuh dalam nestapa.
Chairil dan Ida Nasution. Ida dan Chairil memperdebatkan mengenai Chairil yang tidak datang dalam suatu acara sebuah penghargaan dan Ida dengan tegas mengungkapkan bahwa betapa tingginya ego Chairil dalam bekarya. Lakon ini menampilkan betapa Chairil mencintai Ida yang sangat tegas, cerdas dan berkarakter kuat. Ida tak pernah terjebak dalam rayuan Chairil, namun mereka saling terikat satu sama lain. Aku suka karakter Ida yang dibangun dalam lakon ini, sayangnya Ida tidak pernah ditemukan lagi. Ida kemungkinan mati dibunuh tentara Belanda yang mencurigai Ida sebagai mata-mata yang membantu pergerakan kemerdekaan. Chairil sangat terpukul dengan kematian Ida.
Chairil dan Sri Ajati. Sri Ajati adalah perempuan cantik yang memiliki hati yang sangat lembut. Ia penyuka seni pertunjukan dan juga aktif di berbagai kegiatan kampus. Hubungan Chairil dan Sri sangat unik. Mereka sering datang ke berbagai pesta dan berdansa, ataupun menonton bioskop berdua sehabis latihan teater. Sri perempuan yang sangat tau bahwa Chairil tak pernah ingin terikat dengan pernikahan, sehingga ia memutuskan untuk meninggalkan Chairil dan menikah dengan seorang dokter.
Chairil dan Mirat. Mirat pernah hidup bersama Chairil dan menyokong seluruh kehidupan Chairil. Namun, orang tua Mirat selalu menuntuk pernikahan antara Chairil dan Mirat. Mirat selalu dalam kebimbangan antara membahagiakan orang tua atau terus hidup dengan Chairil, laki-laki yang sangat dicintainya. Mirat pernah memutuskan untuk terus hidup dengan Chairil, tapi akhirnya ia sadar bahwa Chairil tak pernah melupakan Ida ataupun Sri dengan sungguh-sungguh. Chairil juga tak pernah menginginkan pernikahan, karena Chairil menganggap pernikahan adalah hubungan yang membuatnya tidak bebas. Mirat melepaskan Chairil, melepaskan untuk mencintainya lebih dalam. Mirat, perempuan paling menyedihkan menurutku, ia tak bernar-benar dicintai oleh Chairil.
Hapsah, adalah istri sah Chairil yang memberinya anak yang bernama Evawani Chairil Anwar. Seorang perempuan kampung, yang tidak mengerti arti sebuah puisi, bahkan kata sastra terdengar asing baginya. Perempuan yang memimpikan Chairil mampu memberinya nafkah selayaknya laki-laki lainnya. Namun tak pernah dilakukan Chairil sekalipun. Hapsah, hanya seorang perempuan yang memiliki status istri Chairil, namun sesungguhnya Chairil tak pernah benar-benar menginginkannya. Hapsah, perempuan satu-satunya dalam hidup Chairil yang tak pernah dituliskan dalam sebait puisi-pun. Â Perempuan yang bertanya 'kenapa tidak ada satupun puisi mengenainya ditulisan Chairil?'
Jadi apa yang kita lihat bukan lah sesuatu realitas yang asli, begitu pun yang asli bukanlah suatu realitas. Jadi seseorang yang merasakan jatuh cinta dengan seorang penyair atau masuk ke khazanah pemikiran puitiknya. Ia akan terjebak pada "Hipperealitas" Realitas faktual dan Realitas Fiksional bercampur aduk sehingga sukar untuk membedakan.
Di antara bermacam bahaya di dunia,dicintai penyair salah satunya.
Dicintai tak dicintai kita tetap 'Kesepian'
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H