Mohon tunggu...
Farhan Mustafid
Farhan Mustafid Mohon Tunggu... Penulis - penulis

"Ke-Aku-an" Ini perkara baju, tapi ketelanjangan "diri" yang begitu Sunyi dalam riuh-riuh realitas.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Dialog Oppenheimer dan Albert Einstein Saling Meratapi Karena Bom Atom

4 Agustus 2023   08:26 Diperbarui: 4 Agustus 2023   08:31 1253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oppenheimer dan Einstein dalam film Oppenheimer. Foto: Universal

Relasi Profesional

Albert Einstein adalah seorang fisikawan teoretis yang sangat dihormati dan diakui dalam dunia ilmiah. Oppenheimer, di sisi lain, adalah seorang fisikawan teoretis yang juga memiliki reputasi yang sangat baik di kalangan ilmiah. Keduanya adalah anggota aktif dalam komunitas fisika pada masanya.

Surat Einstein ke Roosevelt

 
Pada tahun 1939, Einstein menandatangani surat kepada Presiden Amerika Serikat saat itu, Franklin D. Roosevelt, yang ditulis oleh fisikawan Le Szilrd. Surat ini mendesak pemerintah AS untuk memulai program riset dalam pengembangan bom atom, karena khawatir Jerman Nazi dapat mengembangkan senjata semacam itu dan mengancam keamanan dunia. Meskipun Einstein sendiri tidak terlibat dalam penulisan surat, namanya disertakan sebagai tanda dukungan. Surat ini dianggap sebagai faktor kunci dalam pembentukan Proyek Manhattan, yang diketuai oleh Oppenheimer.
 
Peran Oppenheimer dalam Proyek Manhattan
 
Proyek Manhattan adalah program rahasia yang dimulai oleh Amerika Serikat selama Perang Dunia II untuk mengembangkan bom atom. J. Robert Oppenheimer dipilih sebagai direktur ilmiah proyek ini pada tahun 1942. Dia berperan sebagai pemimpin dalam tim ilmuwan yang berhasil mengembangkan dan menguji bom atom pertama di dunia. Einstein tidak terlibat secara langsung dalam proyek ini, tetapi ide-ide dan dorongannya melalui suratnya ke Roosevelt telah menjadi salah satu faktor pendorong untuk memulai proyek ini.

Kedalaman Pemikiran Etis dan Kesadaran Etika


Baik Einstein maupun Oppenheimer memiliki pemikiran etis yang dalam tentang senjata nuklir dan penggunaannya. Einstein merasa ambivalen tentang tanda tangannya pada surat ke Roosevelt dan merasa prihatin tentang dampak penggunaan bom atom.
Meskipun Einstein mendukung pengembangan bom atom melawan rezim Nazi Jerman, dia merasa berat hati dan prihatin tentang potensi destruktifnya. Setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Einstein menyatakan penyesalannya atas keterlibatannya dalam proyek tersebut.
 
Oppenheimer juga mengalami dilema etika dalam proyek Manhattan. Setelah uji coba sukses di Alamogordo, New Mexico pada 16 Juli 1945, ia mengutip kutipan dari epik Hindu, Bhagavad Gita: "Aku telah menjadi kematian, penghancur dunia." Ini menunjukkan kesadaran dan tanggung jawabnya atas potensi penggunaan senjata nuklir yang mengerikan.

Jadi, kaitan antara J. Robert Oppenheimer dan Albert Einstein terutama terletak pada peran mereka dalam pengembangan bom atom selama Perang Dunia II dan kesadaran etika mereka tentang dampaknya. Einstein menjadi tokoh penting dalam mendorong program riset bom atom AS, sementara Oppenheimer adalah direktur ilmiah di balik kesuksesan pengembangan bom atom dalam proyek Manhattan.
 
Meskipun keterkaitan langsung antara mereka terutama terjadi melalui peran Oppenheimer dalam Proyek Manhattan yang diawali oleh surat Einstein, keduanya juga memiliki pandangan etis yang serupa terhadap senjata nuklir. Keduanya telah memberikan kontribusi besar dalam ilmu fisika dan meninggalkan warisan yang penting dalam sejarah ilmiah dan kehidupan manusia.

Adegan yang menampilkan tokoh Einstein dalam film tersebut bisa dibilang cukup banyak. Sehingga, menimbulkan pertanyaan di benak penonton sebenarnya seperti apakah hubungan antara Oppenheimer dengan Einstein di dunia nyata. 

Oppenheimer dan Einstein dalam film Oppenheimer. Foto: Universal
Oppenheimer dan Einstein dalam film Oppenheimer. Foto: Universal
Seperti yang ditunjukkan film tersebut, Oppenheimer dan Einstein memang mengenal satu sama lain dalam kehidupan nyata. "Kami adalah kolega dekat dan semacam teman," ujar Oppenheimer menurut American Prometheus yang dikutip dari Majalah MovieMaker.Oppenheimer dan Einstein pertama kali bertemu selama perjalanan keliling dunia Einstein pada 1932. Perjumpaan pertama mereka saat Einstein mengunjungi kampus CalTech (Institut Teknologi California), tempat di mana saat itu Oppenheimer mengajar dan meneliti.
Pada 1933, saat melakukan tur ke Amerika Serikat, Einstein menyadari kebangkitan Adolf Hitler membuat dia tidak mungkin kembali ke rumahnya di Jerman. Einstein menerima tawaran posisi sebagai dosen tetap di Institute for Advanced Study Princeton, pusat penelitian teoretis, pada Oktober 1933. Institute for Advanced Study Princeton disebut-sebut juga menjadi tempat perlindungan bagi para ilmuwan yang melarikan diri dari Nazi Jerman. Setelah itu Einstein pindah ke rumahnya di 112 Mercer St.

Begitu dunia mengetahui Oppenheimer memimpin Proyek Manhattan, departemen sains di seluruh negeri menjadi sangat berkeinginan untuk merekrutnya. Namun, dia akhirnya memilih Princeton setelah salah satu pengawasnya, seorang pengusaha bernama Lewis Strauss, bertemu dengannya pada akhir 1946 untuk menawarkan jabatan direktur di Institute for Advanced Study.

Oppenheimer pun menerima tawaran tersebut dan pindah bersama keluarganya ke Olden Manor, sebuah rumah cantik bergaya New England sekitar setengah mil dari rumah Einstein. Oppenheimer, berusaha menghibur Einstein secara sosial. Mereka saling mengunjungi rumah dan pada hari ulang tahun Einstein, Oppenheimer pernah diam-diam memasang antena radio di rumah Einstein.

Kejutan itu benar-benar menyentuh hati Einstein, yang suka mendengarkan konser klasik tetapi sebelumnya tidak bisa mendapatkan siaran dari Carnegie Hall. Ketika Oppenheimer dipanggil ke sidang keamanan pemerintah pada 1954 atas tuduhan simpati komunis, Einstein sangat marah.  

Masalah dengan Oppenheimer adalah dia mencintai seorang perempuan yang tidak mencintainya, Pemerintah Amerika Serikat," kata Einstein yang dikutip dari situs sfgate.com.

Tepat satu dekade setelah kematian Einstein, Oppenheimer memberikan seminar kenangan (memorial lecture) di kantor pusat UNESCO. Dalam kesempatan itu, dia memperjelas pandangannya tentang Einstein.

"Meskipun saya mengenal Einstein selama dua atau tiga dekade, hanya dalam dekade terakhir hidupnya kami menjadi rekan dekat dan berteman," ujar dia saat memulai pidato yang dikutip dari Majalah Radio Times

"Dia hampir sepenuhnya tanpa kecanggihan dan sepenuhnya tanpa keduniawian, selalu ada bersamanya kemurnian yang luar biasa sekaligus kekanak-kanakan dan sangat keras kepala," ucap Oppenheimer.

Seperti yang diperlihatkan dalam film, saat mengerjakan Proyek Manhattan, Oppenheimer terkadang meminta nasihat pada Einstein. Meskipun orang Jerman itu tidak diizinkan untuk memiliki peran formal dalam proyek tersebut karena dianggap sebagai risiko keamanan oleh Pemerintah Amerika.

Mungkin ini akan terdengar seperti lelucon yang sangat masam untuk Oppenheimer karena meskipun diberi gelar kehormatan oleh Pemerintah Amerika sebagai bapak bom atom, dia menyesal dan menganjurkan untuk tidak menggunakannya. Oppenheimer begitu khawatir tentang darah di tangannya, bahkan Presiden ke-33 Amerika Serikat Harry S. Truman pernah meremehkan dan menyebutnya sebagai bayi cengeng. Momen tersebut didramatisasi secara elegan di film Oppenheimer

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun