Mohon tunggu...
Farhan Mustafid
Farhan Mustafid Mohon Tunggu... Penulis - penulis

"Ke-Aku-an" Ini perkara baju, tapi ketelanjangan "diri" yang begitu Sunyi dalam riuh-riuh realitas.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jika Kekacauan Kian Marak, Maka Tertawa adalah Perlu, Lalu apalagi yang Lebih Purna Selain Absurd?

16 Juli 2023   13:31 Diperbarui: 16 Juli 2023   13:50 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kekacauan kian marak, maka tertawa adalah perlu. Lalu apalagi yang lebJika Kekacauan Kian marak, Maka Tertawa adalah perlu. Lalu apalagi yang lebih Purna Selain menjadi  absurd?

Absurd, bagi Jean Paul  Sartre, adalah apa yang tidak berarti. Dengan demikian, keberadaan manusia itu tidak masuk akal karena kemungkinannya tidak menemukan pembenaran eksternal.Absurd diciptakan karena manusia, yang ditempatkan pada alam semesta yang tak cerdas, menyadari bahwa nilai-nilai manusia tak didasarkan pada komponen eksternal yang kuat. Absurd ialah hasil dari konfrontasi antara kebutuhan manusia dan keheningan dunia yang tidak masuk akal.

Meskipun absurditas tak dapat dihindari, Albert Camus tak hanyut menuju nihilisme. Tapi, realisasi dari absurditas mengarahkan kita pada pertanyaan: Kenapa seseorang harus terus hidup? Bunuh diri ialah pilihan yang ditolak Albert Camus tegas sebagai penolakan nilai-nilai kemanusiaan dan kebebasan. Ia mengusulkan agar kita menerima bahwa absurditas ialah bagian dari hidup kita dan hidup bersamanya.

Selain Myth of Sisyphus, ia memberikan banyak pemikiran menarik dalam bukunya yang berjudul The Stranger dan The Plague.
 Manusia menciptakan dirinya sendiri, dunialah yang absurd, dan Sartre berkata: "Saya tahu itu adalah dunia. Dunia telanjang tiba-tiba memunculkan dirinya sendiri, dan saya menjadi gusar dengan kehidupan yang kotor dan absurd ini."

Albert Camus menyatakan bahwa hidup manusia itu pada dasarnya  absurd. Tidak ada makna di balik semua ini. Orang jahat tambah kaya dan berkuasa. Sementara, orang baik tetap miskin dan terhina.

Dan Albert camus pernah menulis:
bahwa hidup itu pada hakekatnya adalah
absurditas. Orang tidak bisa menjelaskan, mengapa mereka
menderita. Orang juga tidak bisa menjelaskan, mengapa
mereka yang tertimpa bencana. Hidup ini absurd karena
tak pernah sepenuhnya terpahami.

 "Hidup ini emang absurd". Enggak jelas.

Kalau pun ada maknanya, kita manusia punya keterbatasan untuk mengetahuinya.

Semakin memberi makna, semakin terjerat pada makna itu, semakin besar kemungkinan kita akan kecewa.

Supaya hidup itu tidak sia - sia dan mempunyai makna, apakah kepasrahan hidup dihadapi dengan pasrah ,atau mengambil jalan pintas.Bagi Camus jalannya  adalah "Pemberontakan".   Saya melihat orang lain yang secara paradoksal dibunuh demi gagasan atau ilusi yang justru memberikan kepada mereka alasan untuk hidup, jadi saya menilai bahwa makna hidup adalah pertanyaan yang paling mendesak.
Seperti Nostalgia manusia itu muncul karena perjumpaan dua hal: kebutuhan serta keinginan manusia, bertemu dengan dunia yang tak masuk akal seringkali bahkan menyakitkan buat beberapa orang.

Di titik tengah perjumpaan inilah seringkali orang, seperti Camus bilang: "bersemuka dengan yang irasional."

Karena ia irasional, bernostalgia tentang suatu kenangan menjadi tak perlu. Dalam bahasa Heidegger, satu-satunya realitas adalah "kegelisahan". Artinya, hidup hanya harus terus berjalan. Camus mencoba "menihilkan" cara rasional barat,!! Oposisi biner sekali dia. Sama halnya  memilih rasional lain.  Apa yang sebenarnya menjadi alasan mengapa dalam hidup kita selalu mengejar nilai absolut. Seakan hidup harus sesuai kaidah-kaidahnya dan menjadikan hidup ini terasa absurd.  

Hemat saya, yang menjadikan absurditas kehidupan (tidak jelas) karena adanya konfrontasi irasional dan kerinduan hebat akan kejelasan yang itu menggema dalam hati setiap manusia, Kita dilempar dalam fakta-fakta yang kerap kali tidak sesuai dengan ekspektasi. Kita terbelenggu dipagari oleh norma, dogma, dan sialnya manusia kerap kali menabraknya. Kita selalu terus mencari nilai absolut dalam hidup, entah itu makna, kebahagiaan, pekerjaan dan yang lainnya. Padahal nilai absolut itu tidak ada. Beberapa tragedi pada kehidupan memang absurd dan irasional. Seperti mengapa kemalangan, depresi terjadi. mengapa kesenangan itu tidak abadi, mengapa ada penderitaan, mengapa ada pengharapan. Camus mengajak kita untuk menyadari bahwa hal-hal tersebut hanya sementara dan hidup berlanjut. Dan kerap kali
Dunia menyembunyikan itu semua.

Hiduplah secara normal, tak ada sejarah yang menceritakan hidup itu harus sesuai dengan standar masyarakat (kaya, kerja mapan, hedon, uang, dll), itu konspirasi. Apa yg dikerjakan sekarang itulah kebahagiaan, itulah hidup normal. Jadilah manusia bebas!.

Farhan Mustafid: Penulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun