Mohon tunggu...
Farhan Mustafid
Farhan Mustafid Mohon Tunggu... Penulis - penulis

"Ke-Aku-an" Ini perkara baju, tapi ketelanjangan "diri" yang begitu Sunyi dalam riuh-riuh realitas.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Risalah Hari Raya Qurban

28 Juni 2023   23:10 Diperbarui: 29 Juni 2023   01:50 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Qurban adalah pengorbanan yang mendekatkan diri pada Tuhan, adalah pengorbanan transenden. Persekongkolan kejahatan dan bahu membahu dalam keburukan, tidak termasuk Qurban, walau di dalamnya ada yang dikorbankan. Pengorbanan yang tak berbuah kedekatan (qurb), adalah kerugian.

Hari raya qurban adalah keindahan yang berpadu dengan keagungan. Pengorbanan adalah keagungan, kedekatan pada-Nya adalah keindahan. Artinya, jika anda ingin menikmati indahnya kedekatan, maka jangan hindari agungnya jalan pengorbanan. Bukankah hitam rambut Laila menutupi putih wajahnya? Begitulah, ada keindahan di balik keagungan, ada terang fajar di balik gelap malam, inna ma'al 'usri, yusra (Al-insyiroh:5-6).

Idul Qurban adalah merayakan pengorbanan. Pengorbanan yang layak dirayakan adalah pengorbanan transenden, pengorbanan yang mendekatkan. Pengorbanan nir kedekatan adalah kekonyolan yang harus ditangisi.

Kemudian, pengorbanan berkonotasi minus. Berkorban berarti ada yang berkurang. Ditarik konklusi, idul Qurban adalah merayakan berkurang atau bahkan lepasnya sesuatu yang dimiliki. Tentu, yang dimaksud adalah berkurang yang bertambah. Seperti logika zakat atau sedekah, berkurang namun bertambah. Kebalikannya, logika riba, bertambah tapi berkurang. Firmannya;

"Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah". (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 276).

Secara lahiriah, riba adalah penambahan kuantitas harta materi. Namun dari sisi maknawi, riba adalah pengurangan level eksistensial diri.

Pun, secara lahiriah, sedekah mengurangi harta anda. Namun, meningkatkan level jiwa anda secara maknawi. Jangan berharap harta akan kembali berlipat ganda dengan bersedekah. Itu mungkin, tapi tidak niscaya. Jangan mau dikibuli tukang kibul berjubah yang berkata, sedekahkan motor anda, maka yang kembali pada anda adalah mobil.

Sekali lagi, logika sedekah adalah mengurangi materi untuk menaikkan level eksistensial diri menuju level kedekatan. Sedekah adalah mengurangi kenikmatan materi demi kesempurnaan jiwa. Begitu pola dagang Tuhan, perdagangan metafisik; keluarkan materi, maka anda akan diberi yang lebih bernilai, yaitu non materi.

Tapi, bagaimana bisa mendaki tangga eksistensi, bila anda takut dan enggan mengurangi kenikmatan materi. Bagaimana bisa menikmati indahnya ibadah dan pengetahuan, bila anda tidak berani mengurangi nikmatnya tidur malam. Bagaimana bisa berkorban, bila anda takut dengan ancaman kelaparan, apatahlagi kematian.

Pengorbanan adalah super kebaikan. Jika kita memiliki banyak harta misalnya, lalu kita sedekahkan sebagiannya, itu kebaikan biasa. Juga, jika kita memberikan sesuatu yang sudah tidak anda gunakan, itu  kebaikan ekstra biasa. Pengorbanan lebih dari itu, ia adalah super kebaikan.

Pengorbanan adalah jangan katakan "saya juga sedang butuhkan, saya juga lagi gunakan". Pengorbanan adalah engkau berikan air pada yang kehausan, saat matamu berkunang dicekik dahaga. Pengorbanan adalah engkau sajikan hidangan pada yang kelaparan, saat dirimu gemetar menahan lapar. Pengorbanan adalah kau pilih mati demi hidupnya kebenaran dan gerakan pencerahan, walau engkau juga ingin hidup nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun