Mohon tunggu...
Farhan Mufid Muhammad
Farhan Mufid Muhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta

Hobi membaca novel, menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Filipina, Negara Jajahan Spanyol yang "Berhasil"

31 Mei 2024   23:39 Diperbarui: 1 Juni 2024   00:19 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Awal abad ke-15, peradaban dunia mengenal masa baru dalam berjalannya peradaban, yaitu masa kolonial. Masa kolonial merupakan masa ketika bangsa Barat melakukan ekspansi ke dunia bagian Timur dengan memegang 3 tujuan utama dalam ekspansi ini. Tujuan ini dapat kita kenal sebagai 3G, yaitu Gold, Glory, Gospel (Kekayaan, Kejayaan, Penyebaran Agama Nasrani)

Diantaranya dari bangsa Barat yang melakukan ekspansi ini adalah, Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris. 3 tujuan tadi dibungkus di dalam frasa "perdagangan rempah-rempah". Memang benar, apa yang dilakukan oleh bangsa Barat adalah perdagangan rempah-rempah, karena perdagangan ini untuk mewujudkan tujuan yaitu mendapatkan kekayaan. Akan tetapi, setelah pasar dagang dikuasai oleh bangsa Barat, selanjutnya mereka melanjutkan ke tujuan selanjutnya, yaitu meraih kejayaan dan menyebarkan agama Nasrani. Dari sinilah masa kolonial dimulai.

Dalam studi HI, terdapat teori yang digunakan untuk menganalisa fenomena diatas, salah satunya adalah teori Postkolonialisme. Teori Postkolonialisme merupakan teori yang muncul sebagai teori kritik terhadap teori sebelumnya yaitu teori kolonialisme, di dalam teori postkolonialisme negara yang dijajah dijadikan subjek dalam proses analisa. Dari proses mereka mendapatkan kemerdekaan hingga mereka berada di posisi yang setara dengan negara yang dulu menjajah mereka.

Filipina, merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang merasakan masa kolonialisme ini. Pada saat itu Filipina dijajah oleh Spanyol. Ketika itu, Magellan mendarat di salah satu kota Filipina pada saat Spanyol datang ke negara itu. Meskipun demikian, kegagalan ekspedisinya ke Filipina menyebabkan Raja Philip II mengirim kembali tiga kapal pada tahun 1525. Setelah itu, Spanyol mengontrol beberapa wilayah Filipina hingga akhir abad ke-16.

Selain itu, Spanyol juga mengontrol Manila. Manila bukan hanya menjadi ibu kota, tetapi juga menjadi pusat perdagangan untuk orang Filipina, Spanyol, dan pedagang asing yang mulai datang ke Filipina pada saat itu. Selain itu, Spanyol menguasai pemerintahan Filipina dengan mengubah peraturannya, termasuk pertahanan, ekonomi, sosial, dan budaya. Namun, masyarakat Filipina menerima hak istimewa, dan budaya mereka tetap hidup tanpa menghilangkan budaya asli mereka. Oleh karena itu, penjajahan Spanyol di Filipina masih dapat berjalan dengan baik karena ada kesepakatan antara Filipina dan Spanyol.

Kedatangan bangsa Spanyol tentu membawa pengaruh terhadap negara Filipina. Beberapa pengaruhnya terdapat di beberapa bidang seperti ekonomi, agama, dan Pendidikan. Berikut contoh dari pengaruh bangsa Spanyol di bidang di atas:

  • Bidang Ekonomi

Ekonomi Filipina mulai melakukan ekspor dan impor dengan negara lain. Spanyol mengawasi bisnis ini, yang biasanya menjual produk pertanian seperti kopi, teh, dan gula. Selain itu, Spanyol mulai menghapus monopoli perdagangan karena negara itu mengendalikan keuntungan ekspor.

  • Bidang Agama

Spanyol juga menyebarkan agama Katolik di Filipina, seperti di negara lain. Namun, beberapa masyarakat di Filipina beragama Islam, dan beberapa masyarakat tidak sepenuhnya beralih ke agama Katolik.

  • Pendidikan

Orang Spanyol membawa sejumlah tenaga pengajar ke Filipina untuk mengajar anak-anak. Anak-anak mulai bisa menulis bahasa Spanyol, tetapi mereka masih kesulitan berbicara karena ada aksen yang berbeda dengan bahasa Filipina.

Hingga akhir abad ke-18, Spanyol telah menguasai banyak wilayah Filipina. Karena itu, mereka ingin mencari wilayah baru untuk memperluas jajahan mereka. Salah satu orang terkenal yang kembali ke Filipina adalah Jose Rizal, yang membentuk lembaga baru untuk berpikir apakah Filipina sudah merdeka, meskipun kata "merdeka" masih sulit diucapkan. Namun, karena Amerika Serikat mendatangi dan menjajah Filipina sekitar tahun 1900, kekuasaan Spanyol di Filipina mulai menurun. 

Gencatan senjata menyebabkan perang antara Spanyol dan Amerika Serikat untuk merebut Filipina. Pada akhirnya, Spanyol kalah, dan Amerika Serikat menduduki Filipina. Setelah diduduki oleh Amerika Serikat, pada perang Dunia II, Filipina diserang oleh Jepang, sehingga Filipina diduduki oleh Jepang. Pendudukan Jepang terus berlangsung hingga Filipina merdekan pada 4 Juli 1946.

Mengapa Filipina kami katakan sebagai jajahan Spanyol yang "berhasil? Karena salah satu pengaruh  dari kolonialisme bangsa Spanyol adalah  pengaruh di bidang ekonomi yang kebijakannya adalah membuat Filipina menjadi salah satu negara dengan komoditi ekspor impor di bagian hasil pertanian. Yang kemudian membuat Filipina menjadi salah satu negara yang paling stabil di Asia Tenggara dan mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

Kemudian pengaruh yang sampai saat ini masih melekat adalah pengaruh dibidang pendidikan yang oleh pemerintah Spanyol dibawakan pengajar-pengajar dari Spanyol untuk mengajar menulis dan membaca bahasa Spanyol. Walaupun bukan merupakan bahasa utama, saat ini bahasa Spanyol sudah masuk di kurikulum pendidikan di Filipina.

Selain itu, saat ini antara pemerintahan Filipina dan Spanyol sudah menjalin hubungan diplomatik. Terdapat beberapa acara yang dapat menggambarkan hubungan diplomatik dari kedua negara ini, misalnya:

  • Pada tahun 2013 lalu, di Madrid, seniman Spanyol dan Filipina berkolaborasi dalam konser besar yang mendorong pertukaran budaya untuk merayakan Hari Persahabatan Filipina-Spanyol.
  • Selanjutnya 2021 kemarin, Kedutaan Besar Spanyol di Manila mengadakan sejumlah acara online pada Hari Persahabatan Filipina-Spanyol baru-baru ini yang menggambarkan ikatan budaya dan warisan yang terkait.

Pada akhirnya teori Postkolonialisme ini dapat kita gunakan sebagai alat analisa hubungan antara negara penjajah dan negara terjajah, dengan negara terjajah sebagai subjeknya. Kemudian perlawanan dari bangsa terjajah itu sendiri terhadap penjajahnya, dan terakhir adalah warisan dari negara kolonial yang ditinggalkan untuk negara jajahannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun