Mohon tunggu...
Farhan Medio
Farhan Medio Mohon Tunggu... Freelancer - -

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepenggal Kisah Mohammad Hatta

31 Maret 2019   20:40 Diperbarui: 31 Maret 2019   20:49 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber dari tulisan ini adalah otobiografi Mohammad Hatta yang diterbitkan oleh Kompas dengan Judul "Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi". Sila merujuk ke buku tersebut untuk apabila memerlukan penjelasan lebih komprehensi. Semoga tulisan ini tetap dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat untuk semua kalangan. Selamat membaca!

Kelahiran dan Latar Belakang Keluarga

Mohammad Hatta Lahir di Bukittinggi pada tanggal 12 agustus 1902, kota ini terletak di tengah -- tengah dataran tinggi Agam. Diapit oleh dua gunung, yaitu gunung marapi dan gunung singgalang. 

Di sebelah utara kota bukittinggi terlihat bukit barisan.  Ayah kandung Muhammad hatta bernama Haji Muhammad Djamil, merupakan anak  dari ulama terkenal yaitu Syekh Batuhampar. 

Ayah dari M. Hatta meninggal pada usia 30 tahun, saat itu usia Hatta baru berumur delapan bulan. Oleh karena itu Mohammad Hatta tidak mengetahui sama sekali tentang ayah kandungnya.  

Hatta memiliki kakak perempuan namanya Rafiah , kira kira umurnya lebih tua sekitar dua tahun dibanding Muhammad Hatta.  Kemudian Ibu dari M. Hatta menikah lagi dengan Agus Haji Ning.  

Setelah menikah kembali, Ibu dari Hatta dianugerahkan 4 anak perempuan. Oleh karena itu, Hatta memiliki 4 orang adik perempuan. Mereka berenam adalah saudara seibu, dan Hatta adalah anak laki -- laki satu satunya

www.wikitree.com 
www.wikitree.com 

Pendidikan 

Pada saat Mohammad Hatta belum genap berusia enam tahun, keluarganya mencoba mendaftarkan beliau untuk masuk ke sekolah rakyat. Akan tetapi, karena umurnya masih kurang dari 6 tahun beliau tidak dapat diterima di sekolah tersebut. Karena pihak keluarga ingin Mohammad Hatta segera bersekolah, maka dimasukanlah beliau ke sekolah Belanda Swasta milik Tuan Ledeboer.  

Rutinitas yang dilakukan oleh Mohammad Hatta pada saat itu adalah bersekolah pada pagi hari, kemudian belajar berbahas belanda di sekolah milik Tuan Jansen pada petang hari , dan setelah itu mengaji di surau Inyik Djambek pada malam hari setelah maghrib. 

Setelah mendapat didikan di sekolah milik Tuan Ledeboer selama sekitar enam sampai dengan tujuh bulan, kemudian muncul kabar dari guru sekolah rakyat bahwa di kelas satu banyak tempat luang yang bisa ditempati murid baru. 

Pada saat itu usia Hatta sudah genap enam tahun. Akhirnya beliau bisa diterima sebagai murid di kelas I sekolah rakyat.  Selang dua tahun menempuh pendidikan di sekolah rakyat, Mohammad Hatta mendapatkan kesempatan untuk pindah ke sekolah Belanda. Setelah didorong oleh  guru-gurunya akhirnya pindah ke sekolah Belanda.

steemit.com 
steemit.com 

Padang, Jakarta dan Rotterdam 

Pada pertengahan tahun 1913, Mohammad Hatta diterima di Meer Uitgebreud Lagere Onderwijs (MULO) di Padang, yang membuat beliau harus pindah dari Bukittinggi menuju  ke kota tersebut Selama di Padang, Hatta tinggal bersama ayah tirinya yaitu Haji Ning. 

Sebagai pedagang , Haji Ning sering menceritakan dan mengeluhkan tentang kenaikan harga yang membuatnya merugi. Hatta sering mendengarkan cerita tersebut. Itu lah awal perkenalan Hatta terkait masalah ekonomi dan praktiknya terkait harga.  

Selain bersekolah, Mohammad Hatta ikut dalam perkumpulan sepak bola dan Jong Sumatranen Bond. Pada kedua organisasi tersebut, beliau mendapatkan tugas menjadi bendahara. Sejak itu, beliau mulai memahami arti penting dari keuangan bagi suatu organisasi.

Pada Mei 1919, Mohammad Hatta lulus dalam ujian penghabisan. Oleh karena itu beliau resmi lulus dari MULO. Setelah lulus dari MULO, Hatta memilih untuk masuk ke Prins Hendrik School (PHS) di Jakarta (Betawi pada saat itu). 

PHS merupakan sekolah dagang. Dasarnya adalah tiga tahun di HBS, dan sisa dua tahunnya merupakan jurusan dagang. Karena Hatta sudah lulus dari MULO yang sederajat dengan HBS, maka ia bisa langsung masuk PHS di kelas pertama bagian dagang.  Hatta berencana untuk berangkat ke Jakarta pada pertengahan Juni 1919, sebab pada awal Juli PHS akan memulai kegiatan belajar mengajarnya.

Pada 1919, pindah dari Padang menuju Jakarta. Sejak saat itu pula Hatta resmi menjadi siswa di PHS. Beberapa pelajaran yang diterima Hatta saat di PHS antara lain Boekhouding (Pembukuan), Handelsrecht (Hukum Dagang) Staathuishoudkunde (Ekonomi) dan Handelsgeschiedenis (Sejarah Dagang).  Pada bulan Mei 1921, Hatta berhasil menyelesaikan ujian penghabisan dan kemudian lulus dari PHS. Setelah itu Hatta memilih untuk melanjutkan studinya di Rotterdam.

www.picbon.us 
www.picbon.us 

Awal Juni 1921, Mohammad Hatta berangakat dari Jakarta ke Sumatera Barat menggunakan kapal dari Rotterdamse Llyod,  untuk berpamitan kepada keluarganya di Bukittinggi dan Batuhampar sebelum berangkat ke Rotterdam.  

Pada 3 Agustus 1921, Hatta resmi berangkat  dari Teluk Bayur menuju Rotterdam dengan  menggunakan kapal Tambora milik Rotterdamse Llyod.  Pada 5 September 1921, antara pukul 11.00 -- 12.00 Kapal Tambora berlabuh di Rotterdam. Saat itu mulailah kehidupan Hatta di Belanda.  Sejak hari Selasa ketiga pada Bulan September, Hatta resmi menjadu mahasiswa di Rotterdamse Handels-Hogheschool. Semasa kuliah Hatta memperoleh beasiswa dari Van Deventer-Stitching. Selain itu, ia aktif menulis dan menjadi koresponden surat kabar Neratja dan mendapatkan honorarium dari apa yang dikerjakannya.

www.newmandala.org 
www.newmandala.org 

Inflasi di Jerman dan Belajar Koperasi dari Skandinavia

Pada liburan Natal tahun 1921 sampai awal tahun  1922, Hatta melakukan perjalanan ke Jerman. Disana beliau mendapati fenomena Inflasi  yang terjadi di Jerman dari harga pakaian yang ia pesan dari penjahit. 

Pada bulan Agustus 1925, Hatta berkesempatan untuk melakukan perjalanan ke Skandinavia dan belajar koperasi di tiga negara yaitu Denmark, Swedia, dan Norwegia.  Denmark terkenal sebagai negara koperasi pertanian, sedangkan Swedia memiliki koperasi konsumsi yang maju, dan Norwegia terkenal dengan koperasi perikanannya.

Menjadi Doktor dan Kembali ke Indonesia

Pada akhir Juni 1932, Hatta harus melewati dua ujian untuk bisa lulus pada program doktoral. Ujian pertama tentang ekonomi teoritika dan pembagian pendapatan; Uang, Bank, dan Konjungtur, terutama masalah kurs wesel; dan Hukum Tata Negara. 

Setelah lulus ujian pertama, maka Hatta melanjutkan ujiak kedua tentang Hukum Administratif; Hukum Internasional; dan Keuangan Negara. Pada tanggal 5 Juli 1932 Hatta lulus ujian kedua, dan selesai mengenyam pendidikan doktoral.  Pada tanggal 20 Juli 1932, Hatta meninggalkan Rotterdam dan pulang ke Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun