Mohon tunggu...
Farhan Fakhriza Tsani
Farhan Fakhriza Tsani Mohon Tunggu... Akuntan - Seorang Pelajar

Tertarik pada sastra, isu sosial, politik, dan ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kampus Impian yang Tak Terimpikan

19 Oktober 2019   17:00 Diperbarui: 19 Oktober 2019   17:06 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia mengangguk. "Pengen nyoba," katanya. Lalu kami mengobrol banyak tentang PKN STAN. Aku mulai sedikit tertarik dengan PKN STAN ini karena penjelasannya yang cukup gamblang dan menarik. Namun aku masih teguh pada pendirianku.

Di tengah obrolan dengan temanku itu, kami mencoba mengerjakan soal-soal USM bersama. Kami menjawab bersama-sama, lalu melihat kunci jawaban untuk melihat siapa yang menjawab dengan tepat. Mendapati aku seringkali menjawab dengan tepat dan terlihat tidak kesulitan dalam menjawab soal-soal, Aziz berkata padaku,

"Han, lu mending daftar aja deh. Gampang-gampang kan soalnya? Lu bisa lulus, Han, sumpah. Nggak ada ruginya, kan lu daftar? Ikut aja, Han, buat jaga-jaga," ia meyakinkanku dengan gaya seorang pebisnis MLM. Teringat kembali percakapan dengan ibuku, dan berpikir bahwa memang tidak ada salahnya untuk mencoba, aku mengiyakan ajakannya.

Hari ini, saat aku sudah berkalung hijau, mengingat kenangan itu membuatku berpikir bahwa saat itu Tuhan sedang memutar arah hidupku 180 derajat. Aku mendaftar USM hanya beberapa hari sebelum pendaftaran ditutup.

Meski aku bermimpi untuk berkuliah di jurusan teknik sipil di universitas ternama, doaku pada Tuhan selalu meminta yang terbaik. Karena begitulah Kitab Suciku mengajarkanku; bahwa yang baik di mataku belum tentu baik bagiku, dan yang buruk di mataku belum tentu buruk bagiku. Tuhan Mengetehui sedangkan aku tidak.

Selepas Ujian Nasional, aku mengikuti bimbingan belajar (bimbel) camp persiapan seleksi masuk perguruan tinggi negeri di lembaga milik Aziz. Kebetulan orang tuanya memiliki yayasan dan lembaga pendidikan sehingga aku bersama beberapa teman mengikuti bimbel di sana. Selama sebulan lebih, aku mencoba memaksimalkan usahaku demi meraih apa yang menjadi doaku selama ini.

Fase itu menjadi fase yang tak terlupakan olehku. Di sanalah perjuanganku benar-benar kumaksimalkan. Aku harus bisa fokus pada seleksi perguruan tinggi negeri dan USM PKN STAN sekaligus. Siang malam kulahap soal-soal latihan. Meskipun bimbel itu dimaksudkan untuk persiapan seleksi masuk perguruan tinggi negeri, para pengajar menyempatkan diri mengajari aku dan beberapa teman yang hendak mengikuti USM PKN STAN menyelesaikan soal-soal tes.

Selama sebulan itu, aku memaksimalkan segala usaha dan doa. Tak jarang aku terus berkutat dengan soal-soal hingga larut malam, dan bangun dini hari untuk mengetuk pintu langit. Semua itu kulakukan karena aku tahu, semua ini tentang masa depanku.

Singkat cerita, aku pun mengikuti USM PKN STAN tahap pertama di Bandung. Pikiran bahwa aku tengah bersaing dengan ribuan orang di Bandung dan ratusan ribu orang di seluruh Indonesia tidak membuatku pesmistis. Aku mengerjakan soal-soal seteliti dan secepat mungkin. Segala perjuanganku selama sebulan terakhir benar-benar diuji. Selepas ujian, aku kembali mengikuti bimbel untuk persiapan tes masuk perguruan tinggi negeri.

Suatu pagi, selepas salat subuh, kakakku mengirim screenshoot pengumuman USM PKN STAN yang di sana tertulis namaku. Aku lulus. Rasa lega dan syukur membuncah di dadaku. Perjuanganku seperti terbayar pagi itu.

Namun aku tahu ini bukanlah akhir perjuanganku masuk PKN STAN. Masih ada dua tahap tes lagi yang menungguku: tes kebugaran dan Tes Kompetensi Dasar (TKD). Meskipun banyak testimoni yang mengatakan bahwa tes kebugaran hanya akan menyisihkan sedikit peserta, namun melihat kondisi fisikku yang jarang berolahraga dan jauh dari kata kuat dibandingkan dengan pemuda-pemuda seusiaku, aku benar-benar khawatir aku akan masuk ke dalam mereka yang "sedikit" itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun