Tidak ada. Dengan demikian Ilardi menyimpulkan,
We were never designed for the sedentary, indoor, socially isolated, fast-food laden, sleep-deprived, frenzied pace of modern life.
Dalam Bahasa Indonesia, kalimat itu kurang lebih berarti, "Kita tidak pernah didesain untuk kehidupan modern yang tanpa gerakan fisik, dalam ruangan, terisolasi secara sosial, dipenuhi makanan cepat saji, kekurangan tidur, dan penuh langkah hiruk pikuk."
Dari kalimat itu setidaknya kita dapat menyimpulkan: depresi adalah wabah peradaban milenium baru.
Dari hipotesis yang dijelaskan tersebut, Ilardi menyarankan enam hal yang bisa dilakukan untuk "menjinakkan" respons stres. Enam hal itu disebutnya sebagai "Taming Stress Response: Therapeutic Lifestyle Change (TLC)". Adapun enam hal yang dimaksud adalah sebagai berikut.
- Physical avtivity (excercise) / latihan fisik;
- Omega-3 Fatty Acids / Asam Lemak Omega-3;
- sunlight / sinar matahari;
- healthy sleep / tidur sehat;
- anti-ruminative activity / menjauhi aktivitas perenungan/penyendirian;
- social connection / koneksi sosial.
Setelah dicari tahu lebih lanjut, apa yang melindungi suku Kaluli dari depresi, Ilardi menyebutkan, bahwa enam faktor itulah yang mengubah susunan kimia otak, enam faktor yang diketahui menjadi anti-depresan. Dan enam faktor itu dapat kita terapkan kembali dalam kehidupan modern kita untuk menjaga kita dari penyakit yang menghancurkan ini.
Ilardi kemudian menjalankan enam faktor itu untuk membantu orang-orang yang dikenalnya yang telah melakukan segala cara untuk sembuh dari depresi. Dan hasilnya jauh melebihi yang dia harapkan. Latihan fisik, Ilardi melanjutkan, adalah obat paling manjur bagi kesehatan otak.Â
Dan jika apa yang dihasilkan dari latihan fisik terhadap otak manusia dapat dibentuk menjadi sebuah pil, maka itu akan menjadi obat paling laris di dunia. Orang-orang akan membelinya dengan harga berapapun.
Selain itu, lima faktor lainnya juga dijelaskan dengan singkat dalam presentasinya. Pada intinya, enam faktor itu adalah gaya hidup yang harus dibangun di tengah masyarakat modern untuk mencegah sekaligus menyembuhkan depresi.
Depresi sebagai wabah di milenium baru adalah sebuah fakta yang telah dibuktikan secara statistik. Pemahaman yang komprehensif di tengah masyarakat menjadi tugas kolektif bersama. Bagaimana menghadapi seorang penderita depresi dan bagaimana menyembuhkannya adalah pemahaman dasar yang harus mulai dipahami oleh masyarakat modern.Â
Peningkatan spiritual memang membantu namun tidak menihilkan ikhtiar-ikhtiar yang harus dilakukan. Meskipun sampai tulisan ini dibuat belum ada solusi tunggal dalam penyembuhan depresi, namun penjelasan para pakar yang sudah semakin maju dapat menjadi alternatif.Â