Mohon tunggu...
Farhan Azhwin
Farhan Azhwin Mohon Tunggu... Pelajar/Mahasiswa -

A prospective Indonesian scientist | "Learning from your mistake makes you smart while learning from other people's mistake makes you genius, keep being beneficial for others who actually need it"

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Konsep Green Chemistry Yang Elusif

6 November 2017   17:27 Diperbarui: 6 November 2017   18:32 2440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari setelah jum'at di minggu kemarin mempresentasikan bahaya akan pelarut organik terhadap kesehatan dan lingkungan sekitar, ketertarikan muncul untuk menggali informasi terkait efektivitas konsep kimia hijau atau green chemistry yang terbilang masih rendah kesadaran di kalangan populasi. Yang terbayang di benak saya saat ini, apakah penerapan akan konsep kimia hijau di indonesia sudah benar-benar efektif mengurangi pencemaran lingkungan dan bahaya kesehatan akibat produk yang saat ini dikonsumsi publik ? Menjawab pertanyaan besar ini tentulah tidak semata-mata ditinjau dari pandangan atau persepsi satu individu saja, namun perlu melibatkan banyak pihak dari berbagai bidang.

Green chemistry sendiri didefinisikan sebagai suatu upaya untuk merancang proses kimia dan produk yang dihasilkan dengan tujuan mengeliminasi timbulnya substansi yang lebih berbahaya. Beberapa contoh pemanfaatan yang saat ini sedang dikembangkan adalah penggunaan protein dari bakteri yang termodifikasi secara genetik ke daun tanaman sebagai pengganti pestisida dan herbisida dalam memproteksi tanaman, pakaian yang saat ini digunakan dapat dibuat dari bahan spandek jenis terbaru, dimana 70 persen terbuat dari glukosa yang berasal dari jagung

Saat ini ada lebih dari 80 ribu senyawa kimia produk yang beredar di pasar-pasar tertentu, banyak diantaranya yang diketahui atau diduga memiliki efek negatif terhadap kesehatan. Data ini diperoleh dari EPA (Environmental Protection Agency) yang merupakan institusi yang bertanggungjawab untuk meregulasi senyawa kimia komersil. Dari data tersebut, 20 ribu diantaranya bersifat toksik dan ditarik dari pasar. 

Pabrik produksi seharusnya memberitahukan kepada (pemegang kebijakan dan pengawasan) ketika mengenalkan beberapa senyawa kimia baru yang siap untuk dipasarkan. Dan peran institusi tersebut adalah membuktikan bahwa senyawa kimia tersebut memiliki resiko buruk terhadap kesehatan publik. Selain itu, Pabrik produksi seharusnya memberikan suplai pada institusi tersebut yang berkaitan tentang volum produksi dan nilai toksisitas selama kurang lebih 90 hari sebelum diproduksi secara komersil. Dengan mengimplementasikan hal ini, maka beberapa senyawa-senyawa neurotoksin, karsinogen dan sekalipun yang belum diketahui dampak kesehatannya dapat diminimalisir. 

Chemicals yang dibebaskan di lingkungan dan penggunaan produk yang dikonsumsi sehari-hari akan masuk ke dalam tubuh melalui udara, air, makanan, dan kulit. Obat yang dikonsumsi sehari-hari akan dikeluarkan dalam bentuk urin dapat mencemari sungai yang berimbas pada ekosistem didalamnya.Selain merusak biota sungai, obat juga dapat masuk ke dalam tanah dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. 

Meski terpapar dalam dosis yang rendah, senyawa kimia toksik tersebut dapat merusak komunikasi antar sel yang berfungsi terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh, mengganggu stabilitas antar sel sehingga memicu timbulnya penyakit seperti kanker, gangguan syaraf dan lain-lain. Hal ini tentunya bergantung pada waktu paparan dan tingkat dosis pada batasan tertentu. 

Alissa Park, seorang peneliti dari Amerika melakukan penelitian tentang penangkapan karbon sekaligus esktraksi material dari limbah elektronik. Park menjelaskan mengapa industri-industri dahulu tidak menerapkan green chemistry,  hal ini dikarenakan masalah biaya yang terlalu mahal dan masalah ditingkat efektifnya. Seiring akan ketatnya regulasi dalam menjaga dan melindungi lingkungan, maka mau tak mau industri harus meningkatkan biaya yang dikeluarkan untuk mengatasi limbah pabrik dan dampak lingkungan lainnya.

Masyarakat Harus Turut Andil dalam Mendukung Green Chemistry

Seorang konsumen tentunya memiliki peran penting dalam menekan perusahaan untuk melakukan reformulasi produk menjadi lebih ramah lingkungan. Adanya tekanan dari konsumen merupakan cara yang efektif dalam menghasilkan perubahan. Jika harga, kualitas dan fungsi yang selama ini menjadi fokus utama masyarakat, maka perusahaan akan kurang tertarik dalam mereformulasikan produk yang dihasilkan.

Salah satu contoh green chemistry yang saat ini sudah diterapkan yaitu busa pemadam kebakaran yang dahulu menggunakan surfaktan terflorinasi yang memiliki efek toksik yang tinggi sehingga mengakibatkan akumulasi pada pencemaran lingkungan, hal ini tentunya tanpa disadari akan mengancam kesehatan seseorang. Saat ini bentuk pengembangan green chemistry yang digunakan adalah busa pemadam kebakaran yang dibuat dari beberapa komponen campuran (surfaktan hidrokarbon, gula, air, dan pelarut) yang dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan menghambat korosi. 

Dari paparan diatas, bahwasanya sang pemegang kebijakan terhadap beberapa senyawa kimia keluaran produk harus melakukan re-evaluasi secara konsisten, saat beberapa senyawa kimia tidak sesuai dengan standar keamanan, saat itu pemegang kebijakan harus memperhatikan populasi, keselamatan anak, biaya ekonomi, dan pertimbangan lainnya, mampu menetapkan prioritas untuk pengujian keamanan terhadap senyawa kimia yang sudah ada dan baru ditemukan. Tentunya hal ini dibarengi dengan peran masyarakat sebagai konsumen dalam mendorong konsep green chemistry terhadap pabrik dan perusahaan besar dengan tidak hanya mengejar akan profit-oriented  purpose.

Salam 

Author

6 November 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun