Mohon tunggu...
Farhana Aulia
Farhana Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - college student

an eager to learn about writing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Real Food Vs Processed Food di Tengah Tren Gaya Hidup Sehat di Sosial Media

7 Desember 2024   13:40 Diperbarui: 7 Desember 2024   14:34 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Keberadaan tren gaya hidup sehat di sosial media membuat milenial dan gen Z semakin sadar akan pentingnya kesehatan seta dampak jangka panjang dari gaya hidup mereka. Tren gaya hidup sehat dilatar belakangi oleh meningkatnya jumlah anak muda yang terkena gangguan kesehatan, baik fisik maupun mental seperti, gangguan kesehatan mental, GERD, diabetes, hingga gagal ginjal. 

Hal ini membawa pengaruh besar terhadap meningkatnya kesadaran akan gaya hidup sehat. Kesadaran terhadap kesehatan juga tidak lepas dari kemudahan dalam mengakses media sosial. Pengaruh media sosial dan influencer yang berbagi konten mengenai diet sehat, rutinitas olahraga, serta ramainya kampanye back to nature berdampak pada perubahan pola pikir dan gaya hidup maysrakat, khususnya milenial dan gen Z.

Berbicara mengenai gaya hidup sehat, tentu tidak terlepas dari konsumsi makanan sehat. Dilansir dari artikel Kumparan, tren konsumsi makanan sehat di Indonesia meningkat signifikan sebesar 7,9%. Salah satu bentuk dari meningkatnya tren konsumsi makanan sehat ini adalah ramainya konten di media sosial yang membahas mengenai real food.

Real food adalah istilah untuk makanan yang tidak di proses atau minim proses pengolahan, bebas dari bahan tambahan seperti penyedap, pemanis, pengawet dan bahan kimia lainnya. Makanan ini terbuat dari bahan alami dan organik yang segar dan hanya mengalami sedikit perubahan dari kondisi aslinya, sehingga memiliki kandungan nutrisi yang utuh. 

Biasanya, apabila memerlukan proses pengolahan, real food hanya diproses dengan cara-cara tradisional seperti fermentasi, pengeringan, perebusan, atau pemanggangan. Contoh dari real food antara lain buah-buahan, sayuran, biji-bijian, tempe, daging tanpa bahan tambahan dan proses pematangan yang berlebihan, produk susu segar, madu, dan makanan alami lainnya.

Alasan real food dianggap lebih sehat dibanding processed food (makanan olahan) adalah karena real food berasal langsung dari alam sehingga kaya akan vitamin, mineral, serat, dan antioksidan yang dibutuhkan tubuh. Selain itu, dengan minimnya proses pengolahan, makanan ini terhindar dari bahan tambahan lain yang justru tidak baik bagi kesehatan, seperti bahan untuk meningkatkan rasa, tekstur, dan masa simpan makanan.

Dilansir dari healthline, makanan yang tidak diolah dapat membantu menyediakan vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal. Misalnya, telur dan hati mengandung kolin yang sangat tinggi, dimana kolin merupakan nutrisi penting untuk fungsi otak yang baik. Selain itu, satu butir kacang brazil menyediakan selenium yang diperlukan tubuh sepanjang hari.

Berbeda dengan prosecced food yang umumnya mengandung kalori tinggi tanpa kandungan  gizi yang memadai, terutama ultra-processed food seperti makanan cepat saji, camilan kemasan, makanan beku siap saji, hingga roti dan sereal. Processed food mengandung nutrisi yang lebih rendah karena kehilangan serat dan nutrisi penting selama proses pengolahan, diitambah dengan penambahan bahan aditif secara berlebihan. Hal ini menyebabkan processed food dapat membuat kita merasa kenyang sementara nutrisi yang dibutuhkan tubuh masih sangat kurang.

Selain itu, dengan mengonsumsi serat melalui real food dapat meningkatkan fungsi pencernaan, metabolisme, dan memberikan rasa kenyang yang lebih lama. Dilansir dari sciencedaily, komponen-komponen makanan yang terkandung dalam real food akan dicerna lebih lambat, sehingga bisa menahan lapar lebih lama. 

Manfaat lain dari real food diantaranya  rendah gula, baik untuk kesehatan jantung karena mengandung antioksidan alami, dan membantu menurunkan trigliserida. Bahkan, dilansir dari uic college of denstistry, mengonsumsi real food seperti apel, teh, susu, dan kacang  juga baik untuk kesehatan gigi.

Meskipun menyehatkan, konsumsi real food tetap harus dibatasi terutama konsumsi real food hewani. Daging-dagingan mengandung lemak jenuh yang bisa meningkatkan risiko obesitas dan penyakit jantung jika kita mengonsumsinya secara berlebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun