Keberadaan tren gaya hidup sehat di sosial media membuat milenial dan gen Z semakin sadar akan pentingnya kesehatan seta dampak jangka panjang dari gaya hidup mereka. Tren gaya hidup sehat dilatar belakangi oleh meningkatnya jumlah anak muda yang terkena gangguan kesehatan, baik fisik maupun mental seperti, gangguan kesehatan mental, GERD, diabetes, hingga gagal ginjal.Â
Hal ini membawa pengaruh besar terhadap meningkatnya kesadaran akan gaya hidup sehat. Kesadaran terhadap kesehatan juga tidak lepas dari kemudahan dalam mengakses media sosial. Pengaruh media sosial dan influencer yang berbagi konten mengenai diet sehat, rutinitas olahraga, serta ramainya kampanye back to nature berdampak pada perubahan pola pikir dan gaya hidup maysrakat, khususnya milenial dan gen Z.
Berbicara mengenai gaya hidup sehat, tentu tidak terlepas dari konsumsi makanan sehat. Dilansir dari artikel Kumparan, tren konsumsi makanan sehat di Indonesia meningkat signifikan sebesar 7,9%. Salah satu bentuk dari meningkatnya tren konsumsi makanan sehat ini adalah ramainya konten di media sosial yang membahas mengenai real food.
Real food adalah istilah untuk makanan yang tidak di proses atau minim proses pengolahan, bebas dari bahan tambahan seperti penyedap, pemanis, pengawet dan bahan kimia lainnya. Makanan ini terbuat dari bahan alami dan organik yang segar dan hanya mengalami sedikit perubahan dari kondisi aslinya, sehingga memiliki kandungan nutrisi yang utuh.Â
Biasanya, apabila memerlukan proses pengolahan, real food hanya diproses dengan cara-cara tradisional seperti fermentasi, pengeringan, perebusan, atau pemanggangan. Contoh dari real food antara lain buah-buahan, sayuran, biji-bijian, tempe, daging tanpa bahan tambahan dan proses pematangan yang berlebihan, produk susu segar, madu, dan makanan alami lainnya.
Alasan real food dianggap lebih sehat dibanding processed food (makanan olahan) adalah karena real food berasal langsung dari alam sehingga kaya akan vitamin, mineral, serat, dan antioksidan yang dibutuhkan tubuh. Selain itu, dengan minimnya proses pengolahan, makanan ini terhindar dari bahan tambahan lain yang justru tidak baik bagi kesehatan, seperti bahan untuk meningkatkan rasa, tekstur, dan masa simpan makanan.
Dilansir dari healthline, makanan yang tidak diolah dapat membantu menyediakan vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal. Misalnya, telur dan hati mengandung kolin yang sangat tinggi, dimana kolin merupakan nutrisi penting untuk fungsi otak yang baik. Selain itu, satu butir kacang brazil menyediakan selenium yang diperlukan tubuh sepanjang hari.
Berbeda dengan prosecced food yang umumnya mengandung kalori tinggi tanpa kandungan  gizi yang memadai, terutama ultra-processed food seperti makanan cepat saji, camilan kemasan, makanan beku siap saji, hingga roti dan sereal. Processed food mengandung nutrisi yang lebih rendah karena kehilangan serat dan nutrisi penting selama proses pengolahan, diitambah dengan penambahan bahan aditif secara berlebihan. Hal ini menyebabkan processed food dapat membuat kita merasa kenyang sementara nutrisi yang dibutuhkan tubuh masih sangat kurang.
Selain itu, dengan mengonsumsi serat melalui real food dapat meningkatkan fungsi pencernaan, metabolisme, dan memberikan rasa kenyang yang lebih lama. Dilansir dari sciencedaily, komponen-komponen makanan yang terkandung dalam real food akan dicerna lebih lambat, sehingga bisa menahan lapar lebih lama.Â
Manfaat lain dari real food diantaranya  rendah gula, baik untuk kesehatan jantung karena mengandung antioksidan alami, dan membantu menurunkan trigliserida. Bahkan, dilansir dari uic college of denstistry, mengonsumsi real food seperti apel, teh, susu, dan kacang  juga baik untuk kesehatan gigi.
Meskipun menyehatkan, konsumsi real food tetap harus dibatasi terutama konsumsi real food hewani. Daging-dagingan mengandung lemak jenuh yang bisa meningkatkan risiko obesitas dan penyakit jantung jika kita mengonsumsinya secara berlebihan.
Hingga kini, masih banyak orang yang merasa bahwa konsumsi real food adalah hal yang sulit karena membutuhkan bahan-bahan yang organik dan terkesan mahal. Dilansir BMJ Journal, dalam analisis terhadap 27 penelitian dari 10 negara ditemukan bahwa mengonsumsi makanan sehat bisa menghabiskan biaya lebih banyak sebesar 1,56 dolar daripada makanan olahan per 2000 kalori.
Namun, jika dilihat berdasarkan efek jangka panjang, tentu akan lebih banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk penanganan penyakit kronis yang disebabkan  oleh processed food atau makanan tidak sehat lainnya. Membeli bahan-bahan dari pasar lokal, dapat jadi  pilihan untuk menghemat biaya. Apalagi, pada dasarnya banyak makanan tradisional yang sebenarnya sudah termasuk dalam kategori real food, seperti tempe.
Memulai gaya hidup sehat dengan mengonsumsi real food merupakan  langkah yang tepat. Untuk memulainya, hal ini dapat dilakukan secara bertahap. Namun, gaya hidup sehat tidak hanya bergantung pada makanan yang dikonsumsi, tetapi juga memerlukan kebiasaan baik lainnya. Olahraga, tidur yang cukup, serta manajemen stres yang baik juga memiliki peran yang penting bagi kesehatan tubuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H