Mohon tunggu...
Syamsul Yakin dan Farhan F
Syamsul Yakin dan Farhan F Mohon Tunggu... Mahasiswa - Dosen dan mahasiswa

Saya seorang mahasiswa jurusan Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah berumur 19 tahun

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyinergikan Retorika dan Dakwah: Pendekatan Komprehensif dalam Komunikasi Agama

15 Juni 2024   11:57 Diperbarui: 15 Juni 2024   12:25 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dok. Pribadi

Oleh: Syamsul Yakin, & Farhan Fadillah

Dosen Retorika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta & Mahasiswa UIN Syarifah Hidayatullah Jakarta. 

Retorika dan dakwah memiliki hubungan yang sangat erat. Jika retorika adalah seni berbicara, maka dakwah secara definitif berarti mengajak orang dengan berbicara. Dakwah yang disampaikan dengan bahasa yang indah akan menarik perhatian mad'u (pendengar atau yang didakwahi). Ini dikenal sebagai dakwah billisan.

Retorika mencakup komunikasi verbal, baik lisan maupun tulisan. Dalam dakwah, dikenal bentuk dakwah billisan dan bilkitabah (tulisan). Dakwah tidak hanya mengajak dengan berbicara tetapi juga dengan tulisan.

Selain itu, retorika juga mencakup komunikasi nonverbal, baik tatap muka maupun tatap maya. Dalam dakwah, ini dikenal sebagai dakwah bilhal. Dakwah bilhal bisa dilakukan secara online maupun offline. Dalam retorika, dikenal bahasa tubuh dan gerakan tubuh, yang dalam dakwah berfungsi sebagai keteladanan atau role model.

Seiring perkembangan waktu, retorika berkembang dari seni berbicara menjadi ilmu berbicara. Begitu juga dengan dakwah, yang berkembang dari sekadar kegiatan agama menjadi kajian agama yang sistematis dan logis. Retorika awalnya adalah warisan budaya yang terus berkembang, demikian pula dakwah yang kini menjadi ilmu yang dapat diverifikasi.

Tujuan retorika adalah menyampaikan pesan secara informatif, persuasif, dan rekreatif. Demikian juga dengan dakwah yang menyampaikan pesan akidah, syariah, dan akhlak secara informatif, persuasif, dan rekreatif. Pada akhirnya, tujuan retorika dan dakwah sama-sama bersifat edukatif.

Dalam retorika persuasif, dakwah memiliki metode seperti bilhikmah, ceramah, dan diskusi yang harus disampaikan dengan cara yang lembut. Penggunaan bahasa baku, data, dan riset juga sangat penting dalam retorika, dan syarat yang sama berlaku bagi dakwah, baik billisan, bilkitabah, maupun bilhal. Ini penting mengingat mad'u semakin kritis dan rasional.

Dalam retorika, Aristoteles memperkenalkan konsep pathos, logos, dan ethos. Para dai (pendakwah) juga harus memiliki ketiganya, baik dalam intelektual maupun spiritual. Namun, dalam konteks pathos, ekspresi emosi para dai bukan sekadar retorika belaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun