Mohon tunggu...
Farhah Putri Ramadhani
Farhah Putri Ramadhani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya adalah pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pertimbangan Penting Saat membuat MVP

29 Agustus 2024   17:48 Diperbarui: 29 Agustus 2024   17:50 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kondisi yang umum terjadi saat startup memasuki fase membangun MVP adalah berdebat tentang ide startup serta rencana apa yang harus dieksekusi ke dalam MVP, hingga menghabiskan waktu yang lama. 

MVP adalah proses yang dilakukan berulang-ulang hingg atercapai sebuah hasil yang bisa digunakan oleh calon pelanggan. Berikut hal yang patut dipertimbangkan ketika membuat MVP; 

1. Identifikasi asumsi yang paling beresiko.

2. Temukan eksperimen terkecil dan paling minimal untuk diupayakan untuk menguji asumsi tersebut.

3. Gunakan hasil eksperimen untuk mengoreksi. 

Menguji asumsi dengan menempatkan produk kepada pengguna ataupun customer membuat kita mengetahui apa yang perlu dikoreksi dan mana yang harus ditambahkan. 

Menggunakan pendekatan MVP as a process, seperti;

1. Memilih dan mengidentifikasi asumsi asumsi yang beresiko 

2. Lakukan eksperimen paling minimal untuk menguji asumsi asumsi tersebut.

Contoh dalam lapangan. 

Katakanlah asumsi paling beresiko adalah seorang owner restoran ingin membuat mobile apps. Kemudian anggota tim turun ke lapangan untuk melakukan riset lebih lanjut dan melakukan interview pemilik restoran tersebut. Seperti; 

- apakah restoran mereka sudah memiliki mobile apps? 

- apakah mereka melek teknologi?

- apakah mereka terbiasa memakai mobile apps di gawainya?

- seberapa besar mereka menginginkan restorannya punya mobile apps sendiri?

- Apa saja yang pemilik restoran hadapi dan bisa diselesaikan dengan keberadaan mobile apps ini. 

Ternyata jawaban interview anggota tim mendapatkan fakta bahwa para pemilik restoran tidak punya minat besar untuk mempunyai mobile apps untuk mendukung operasional restoran. Mungkin kamu dan tim akan merasa kecewa tapi kabar baik dari fakta ini adalah pemilik restoran justru tertarik pada situs yang desainnya sedehana dan mudah digunakan. Eksperimen sudah dilakukan dan kamu mendapatkan validasinya. Bukankah ini adalah kemajuan? Mari kita lanjut ke asumsi untuk melihat respon mereka. 

-Apakah situs seperti ini yang mereka inginkan? 

-Menurut mereka, apa saja yang sehrausnya ada dalam situs tersebut? 

-Berapa rupiah yang akan mereka bayar untuk situs terserbut? 

Kemudian diiketahui bahwasannya para pemilik restoran bersedia membayar dengan sistem pembayaran otomatis beberapa bulan. Dari sini kamu dan tim mu dapat mengembangakan project tersebut. 

Seperti inilah proses MVP secara singkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun