Mohon tunggu...
farhah andriliyani
farhah andriliyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

saya suka mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengoptimalkan Kematangan Psikologis dalam Pendidikan: Penerapan Teori Behavioristik, Kognitif dan Humanistik

7 November 2024   21:21 Diperbarui: 7 November 2024   21:39 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kematangan psikologis mengacu pada proses perkembangan individu dalam berbagai aspek, seperti fisik, emosional, dan kognitif. Proses ini terjadi secara bertahap, yang mengarah pada tercapainya kepribadian yang matang. Kematangan ini penting dalam membantu individu berfungsi dengan baik dalam kehidupan, baik dalam hubungan sosial maupun dalam tugas-tugas kehidupannya. Dalam konteks pendidikan, kematangan psikologis sangat berhubungan dengan kemampuan siswa untuk belajar dan mengembangkan diri.

1. Teori Behavioristik

Teori ini berfokus pada pengaruh lingkungan terhadap perilaku manusia. Dalam teori ini, pembelajaran dipandang sebagai perubahan perilaku yang terjadi akibat interaksi dengan stimulus (rangsangan) tertentu. Proses ini melibatkan hubungan antara stimulus dan respons yang dapat diamati dan diukur.

Contoh konkret:

Pemberian Penghargaan dalam Pembelajaran Matematika:
Seorang guru matematika mengajarkan konsep perkalian dengan memberikan latihan soal secara bertahap. Setiap kali siswa berhasil menyelesaikan soal dengan benar, mereka diberi stiker atau poin sebagai penghargaan. Jika mereka mencapai jumlah poin tertentu, mereka mendapatkan hadiah kecil, seperti izin memilih permainan di akhir pelajaran. Dengan cara ini, siswa belajar untuk menyelesaikan soal matematika dengan baik karena mereka tahu akan mendapatkan penghargaan jika berhasil.

Tokoh utama:

  • John B. Watson: Menyatakan bahwa perilaku manusia sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Menurutnya, belajar adalah interaksi antara stimulus dan respons.
  • Ivan Pavlov: Mengembangkan teori kondisi klasik, di mana stimulus yang awalnya netral bisa memunculkan respons setelah dipasangkan dengan stimulus lain yang menimbulkan respons tertentu.
  • B.F. Skinner: Memperkenalkan teori kondisi operan, yang menekankan pengaruh konsekuensi (hadiah atau hukuman) dalam membentuk perilaku. Skinner mencontohkan ini dengan eksperimen tikus yang belajar menekan tuas untuk mendapatkan makanan.

Aplikasi dalam pendidikan: Dalam pengajaran, pendekatan ini menekankan latihan berulang dan pemberian penghargaan untuk memperkuat perilaku yang diinginkan, seperti dalam pembelajaran matematika atau bahasa.

2. Teori Kognitif

Teori ini lebih menekankan pada perkembangan cara berpikir individu dalam belajar. Salah satu tokoh utama dalam teori ini adalah Jean Piaget, yang mengembangkan teori tentang tahapan perkembangan kognitif, yang mencakup:

  • Tahap pengalaman konkret: Siswa hanya dapat merasakan dan mengamati peristiwa tanpa memahami hakikatnya.
  • Tahap refleksi dan observasi aktif: Siswa mulai merenungkan pengalaman mereka.
  • Tahap konseptualisasi: Siswa mengembangkan teori atau konsep tentang hal yang mereka pelajari.
  • Tahap eksperimen aktif: Siswa mencoba mengaplikasikan apa yang mereka pelajari dalam situasi nyata.

3. Teori Humanistik

Teori humanistik menganggap bahwa setiap individu memiliki potensi besar untuk berkembang dan menjadi pribadi yang utuh. Menurut Abraham Maslow dan Carl Rogers, pendidikan harus membantu siswa untuk mencapai potensi penuh mereka melalui pengalaman yang membangun kesadaran diri dan aktualisasi diri.

Abraham Maslow: Menyatakan bahwa setiap orang memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk mencapai aktualisasi diri, seperti yang digambarkan dalam hierarki kebutuhan: kebutuhan fisik, rasa aman, cinta dan hubungan sosial, penghargaan diri, hingga akhirnya, aktualisasi diri.

Carl Rogers: Menganggap bahwa semua individu memiliki dorongan untuk tumbuh dan menjadi diri mereka yang terbaik. Dalam pendidikan, pendekatan ini mengedepankan kebebasan bagi siswa untuk mengeksplorasi apa yang mereka minati dan mendukung mereka untuk berkembang sesuai dengan potensi diri mereka.

Model pembelajaran humanistik: Pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis konteks, dan pembelajaran yang menekankan pada pengalaman langsung sangat sesuai dengan pendekatan ini.

Contohnya : Penerapan Hierarki Kebutuhan Maslow dalam Pembelajaran:
Misalnya, seorang siswa yang merasa tidak aman atau tidak puas dengan kebutuhan dasarnya (seperti makanan atau rasa aman di rumah) tidak akan bisa fokus sepenuhnya pada belajar. Seorang guru yang memahami teori Maslow akan memastikan bahwa siswa merasa termasuk dan diterima dalam kelas. Dalam kelas, guru menciptakan lingkungan yang aman, menyenangkan, dan suportif, di mana siswa diberi kesempatan untuk berbicara tentang kebutuhan emosional mereka atau hal-hal yang mengganggu pikiran mereka sebelum memulai pembelajaran. Dengan cara ini, mereka dapat belajar dengan lebih baik karena kebutuhan dasar mereka telah dipenuhi.

4. Quantum Learning

Quantum Learning adalah pendekatan pembelajaran yang lebih dinamis dan melibatkan aspek emosional dan logis dalam proses belajar. Pendekatan ini menekankan pada penggunaan kekuatan otak dan integrasi berbagai gaya belajar untuk memaksimalkan pengalaman belajar.

5. Aplikasi dalam Pembelajaran

  • Pembelajaran Berbasis Kebutuhan: Menggunakan pendekatan yang mempertimbangkan kematangan psikologis siswa, di mana guru merancang pembelajaran sesuai dengan tingkat kesiapan dan perkembangan siswa.
  • Interaksi antara Guru dan Siswa: Dengan memahami teori humanistik, guru dapat memperlakukan siswa dengan lebih personal, membantu mereka menemukan potensi dan minat mereka.
  • Penggunaan Penguatan dalam Pembelajaran: Dari perspektif teori behavioristik, penguatan positif dapat memperkuat perilaku belajar yang diinginkan, seperti memberi pujian atau hadiah saat siswa berhasil.

Implementasi Teori-Teori Ini dalam Pembelajaran di Kelas

Perancangan Pembelajaran yang Sesuai dengan Tahapan Perkembangan:
Mengingat bahwa setiap siswa berada dalam tahapan perkembangan yang berbeda, guru harus merancang materi pembelajaran yang sesuai dengan kesiapan belajar siswa. Misalnya, untuk siswa SD, guru menggunakan metode konkret dan permainan untuk mengenalkan konsep-konsep dasar. Sementara untuk siswa SMP atau SMA, pembelajaran bisa dilakukan dengan lebih abstrak dan kompleks (misalnya menggunakan eksperimen atau diskusi kelompok untuk menggali topik lebih dalam).

Menggabungkan Beberapa Pendekatan dalam Satu Kelas:
Guru dapat menggunakan gabungan teori behavioristik (pengulangan dan penghargaan), kognitif (mendorong refleksi dan eksperimen), dan humanistik (menyediakan kebebasan untuk eksplorasi dan mengaktualisasikan diri) dalam satu sesi pembelajaran. Misalnya, dalam pembelajaran pengembangan diri, guru dapat mengadakan diskusi kelompok yang memungkinkan siswa untuk berbicara tentang tujuan hidup mereka (pendekatan humanistik), memberikan latihan tentang bagaimana merencanakan masa depan dengan lebih terstruktur (pendekatan kognitif), dan memberikan penghargaan atas pencapaian mereka (pendekatan behavioristik).

Dalam konteks pendidikan, kematangan psikologis memainkan peran besar dalam kemampuan siswa untuk belajar dan berkembang. Berbagai teori belajar memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana individu belajar dan berkembang, serta bagaimana guru bisa merancang pengalaman belajar yang sesuai dengan tahap perkembangan siswa. Teori behavioristik, kognitif, dan humanistik memberikan wawasan yang penting dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif dan mendukung perkembangan pribadi siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun