Dalam kasus ini, para pelaku mungkin tidak merasa apa yang mereka lakukan adalah sebuah perundungan yang menyudutkan orang lain, apalagi dengan respon korban yang terlihat tidak terganggu. Mereka tidak akan berhenti sampai korban angkat bicara dan menyampaikan apa yang dia rasakan, dan sayangnya, sulit bagi korban dapat melakukan hal tersebut tanpa bantuan orang lain.
Mengesampingkan hal tersebut, semua orang memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengolah emosinya, sebagian orang mungkin merasa tidak terganggu dan tetap berfokus pada dirinya sendiri daripada apa yang dikatakan orang lain, tapi tidak untuk sebagian yang lain, mereka mungkin merasa terbebani oleh tekanan dari lingkungan di sekitar mereka sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman.
Perilaku perundungan terselubung ini dapat berujung pada tindakan diskriminasi terhadap individu atau kelompok yang menjadi sasaran. Perasaan tidak senang menjadi faktor pendorong yang cukup bagi pelaku tindakan mikroagresi untuk terus-menerus menyudutkan korbannya. Dampak psikologis yang akan dirasakan oleh korban harus mendapatkan perhatian khusus dalam kasus ini.
Penting bagi kita untuk selalu memahami akibat yang akan timbul dari segala sesuatu yang kita perbuat, jika kamu merasa khawatir bahwa perkataanmu mungkin akan menyinggung orang lain, maka diam akan menjadi keputusan terbaik yang kamu ambil. Menghargai orang lain adalah etika tak tertulis yang wajib dan berhak dilakukan juga diterima semua orang.
Untuk itu, sebagai mahasiswa yang terpelajar, sudahkah kita sepenuhnya sadar akan pengaruh yang kita bawa kepada orang-orang disekeliling kita?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H