Mohon tunggu...
Farel Ihsan
Farel Ihsan Mohon Tunggu... Lainnya - SMAN 28 Jakarta

XI MIPA-2 (14)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Buku "Negeri 5 Menara"

9 Maret 2021   16:23 Diperbarui: 9 Maret 2021   17:28 3067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kominfosandi.bulelengkab.go.id/artikel/resensi-buku-inilah-hebatnya-novel-negeri-5-menara-41

Judul Buku      : Negeri 5 Menara
Pengarang      : Ahmad Fuadi
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit  : 2009
Tebal Buku      : 423 halaman

Negeri 5 Menara adalah salah satu novel karya dari Ahmad Fuadi yang diterbitkan oleh Gramedia pada tahun 2009. Novel ini telah diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama pada tahun 2012. Novel negeri 5 Menara ini mengisahkan tentang 5 orang sahabat yang bersama-sama mondok di sebuah pesantren. Ketika beranjak dewasa mereka pun bertemu kembali dengan keadaan yang sama seperti yang mereka bayangkan pada saat mereka menunggu adzan magrib di pesantren.

Alif sebagai tokoh utama yaitu seorang anak yang lahir di Desa Buyur, Maninjum, Sumatera Barat. Ia adalah pemuda yang diharapkan bisa menjadi ahli agama ketika beranjak dewasa oleh kedua orangtuanya. Keinginan orangtuanya tentu saja memiliki tujuan baik, yaitu mereka ingin sekali anaknya menjadi orang yang bernama sehingga dihormati di desanya.

Namun di sisi lain, Alif tak ingin dirinya hanya terus di kampungnya. Ia sangat ingin pergi merantau ke kota untuk menggapai cita-citanya. Banyak orang sukses diluar sana sehingga membuat ia termotivasi untuk merantau ke kota.
Tetapi hal tersebut tidaklah mudah. Emak (ibunya) selalu bergeming kepada Alif bahwa menetap di desa dan menjadi seorang ahli agama merupakan keputusan terbaik untuknya.

Berkat saran dari pamannya yang sedang kuliah di Kairo, akhirnya Alif bisa merantau ke Pondok Madani, Gontor, Jawa Timur. Disana Alif berkenalan dengan Raja alias Adnin Amas, Atang alias Kuswandani, Baso alias Ikhlas Budiman, Said Alias Abdul Qodir, dan Dulmajid alias Monib. Kelima bocah tersebut memiliki kebiasaan unik memandang langit di bawah masjid ketika menunggu adzan maghrib. Dengan membayangkan awan yang berbentuk seperti Benua Amerika, Eropa, dan Afrika yang ingin mereka kunjungi setelah lulus nanti. Itulah mereka lakukan untuk menggambarkan mimpinya masing-masing.

Di pesantren mental para santri diasah oleh para ustadz untuk menjadi orang yang pantang menyerah dan memiliki mental baja. Alif sangat terkesan dengan kalimat yang selalu ia ucapkan sebelum masuk kelas yaitu "man jadda wa jadda" yang berarti siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan dapat. Siapa yang mengira jika seorang anak dari desa kini berhasil melanjutkan pendidikan dan bekerja di Amerika Serikat. Oleh sebab itu, jangan takut untuk bermimpi setinggi-tingginya karena barang siapa yang bersungguh-sungguh dan bekerja keras, pasti keberhasilan akan datang kepada kita.

Novel sangatlah menginspirasi untuk para pembacanya. Dari cerita tersebut, dapat kita sadari bahwa bahwa kesuksesan seseorang bukan dari latar belakang pribadi orang tersebut, melainkan usaha, kegigihan, dan kerja keras yang nantinya akan membuahkan keberhasilan. Setelah membaca novel Negeri 5 Menara ini, timbul rasa untuk lebih memperdalam ilmu, baik dari segi agama maupun umum. Dari sini saya menyimpulkan bahwa, apa yang kita fikirkan belum tentu akan baik di masa yang akan datang, karena Tuhan telah mengatur takdir kita. Di sisi lain, kerja keras dan ketekunan juga merupakan kunci utama kesuksesan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun