Mohon tunggu...
Farel Arza Nurrahman
Farel Arza Nurrahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

Mahasiswa semester akhir prodi Pendidikan Sejarah FISIP UNNES. Hobi menulis fiksi dan dokumentasi kegiatan, baik kegiatan skala kecil maupun besar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Manfaatkan Limbah Sekam Padi, Mahasiswa KKN UNNES GIAT 9 Lakukan Sosialisasi dan Pelatihan Pembuatan Arang Briket

5 Agustus 2024   19:47 Diperbarui: 6 Agustus 2024   18:37 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PEMALANG – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UNNES GIAT 9 Universitas Negeri Semarang (Unnes) di Desa Beluk, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, mengadakan sosialisasi dan pelatihan pembuatan briket arang dari limbah sekam padi sebagai upaya peningkatan ekonomi dan peralihan menuju bahan bakar yang ramah lingkungan. Pelatihan yang dilakukan dalam rangka membangun Indonesia dari desa ini dilaksanakan pada Sabtu, 20 Juli 2024, di rumah Ibu Marniti dan melibatkan ibu-ibu jamiyah Nurul Huda Desa Beluk.

Pelatihan dipimpin oleh Ira Rahmawati, mahasiswi KKN UNNES GIAT Desa Beluk dari program studi Pendidikan IPA FMIPA. Dalam pembuatan briket, limbah sekam (kulit) padi dan lem tapioka menjadi bahan. Tidak ketinggalan juga alat-alat yang membantu proses tersebut: wadah, sendok, pipa PVC, dan penampan. Dengan antusias, peserta pelatihan yang merupakan ibu-ibu jamiyah bersama-sama membuat arang itu dengan dibantu oleh mahasiswa UNNES GIAT 9.

“Sebelum membuat arang briket, kita mengumpulkan limbah sekam padi yang sudah kering. Kemudian, dilakukan pengarangan dengan teknik karbonasi (pyrolisis),” kata Ira, yang menjadi penanggung jawab sosialisasi dan pelatihan pembuatan arang briket.

Proses berikutnya, lanjutnya, adalah membuat perekat yang terbuat dari lem tapioka, yang nantinya dicampur dengan arang sekam. Proses terakhir adalah pencetakan dan pengeringan briket.

Arang briket dari limbah sekam padi ini akan dikeringkan selama tiga hari kalau cuacanya cerah. Namun, kalau mendung atau hujan, bisa seminggu,” ujar Ira sambil menjelaskan waktu pengeringan arang briket yang sudah dicetak.

Foto kolase pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan pembuatan arang briket (sumber: Instagram UNNES GIAT 9 Desa Beluk)
Foto kolase pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan pembuatan arang briket (sumber: Instagram UNNES GIAT 9 Desa Beluk)

Salah satu peserta sosialisasi dan pelatihan, Bu Mini, mengungkapkan bahwa pembuatan arang briket dari limbah sekam padi tidak terlalu sulit. Bahkan, beliau merasa terbantu dengan kehadiran mahasiswa KKN UNNES GIAT 9 Desa Beluk yang membantu ibu-ibu peserta pelatihan tersebut.

“Pembuatan arang briket ini tidak terlalu sulit. Bahkan, mahasiswa KKN membantu kami,” katanya.

Selain itu, menurut beliau, bahan utama dalam pembuatan arang briket yaitu limbah sekam padi mudah ditemui. Hal ini dikarenakan wilayah pedesaan Beluk memiliki sawah yang luas.

“Bahannya gampang ditemui. Jadi, tidak perlu mencarinya ke mana-mana. Tinggal mengambil dari sawah sini,” lanjutnya.

Foto bersama setelah sosialisasi dan pembuatan arang briket (sumber: dokumentasi pribadi)
Foto bersama setelah sosialisasi dan pembuatan arang briket (sumber: dokumentasi pribadi)

Bu Mini menyampaikan harapannya untuk memproduksi arang briket dengan jumlah yang lebih banyak. Selain itu, arang ini bisa menggantikan kayu yang selama ini menjadi bahan bakar untuk memasak air.

“Harapan saya, arang briket ini bisa dibuat dengan jumlah yang lebih banyak. Juga, bisa menggantikan kayu. Kalau lagi jarang atau pas sering hujan susah untuk mendapatkannya,” katanya.

Tidak hanya Bu Mini, penanggung jawab kegiatan itu, Ira, berharap dengan pelatihan dan sosialisasi, masyarakat desa Beluk dapat memanfaatkan briket arang dan mengembangkannya dalam skala yang lebih luas.

“Saya mengharapkan semoga dengan kegiatan sosialisasi dan pelatihan arang briket dari limbah sekam padi ini, ibu-ibu jamiyah pada khususnya dan masyarakat Desa Beluk pada umumnya bisa memanfaatkannya dengna baik. Kalau bisa dan memungkinkan, dikembangkan dengan skala yang lebih luas,” katanya.

Pelatihan ini merupakan langkah kolaboratif antara universitas dan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penggunaan bahan bahan yang ramah lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun