Formula 1 telah menjadi olahraga balapan paling prestisius di dunia, semua pembalap yang terjun pada ajang balap mobil pasti memiliki hasrat untuk tampil di Formula 1. Dari Indonesia sendiri pernah ada 2 pembalap yang mendapat kesempatan mengendarai mobil F1 yaitu Rio Haryanto dan Sean Gelael.Â
Rio Haryanto sendiri pernah merasakan berkompetisi di F1 sebagai pembalap F1 pertama asal Indonesia bersama tim papan bawah Manor Racing pada tahun 2016, meskipun perjalanannya harus terhenti di tengah jalan karena kurangnya sponsor untuk membayar nominal kesepakatannya. Sedangkan, Sean Gelael sendiri pernah menjadi pembalap tes dari tim kedua Red Bull yaitu Scuderia Toro Rosso.
Beberapa tahun belakangan Liberty Media dan Stefano Domenicali, selaku pemiliki dan CEO Â dari F1 tengah gencar-gencarnya melakukan ekspansi seri balapan untuk menjangkau fans dari berbagai belahan dunia terutama di Amerika Serikat, yang terbaru dalam 2 tahun terakhir F1 sukses melakukan ekspansi seri balapnya di negeri paman sam dengan bergabungnya seri balap Miami Grand PrixÂ
yang sukses pada tahun ini, dan Las Vegas Grand Prix yang akan diselenggarakan pada tahun depan, dari yang sebelumnya hanya ada satu seri balap di Amerika yaitu di Austin Texas.
Dilansir dari Planet F1, Pihak F1 melalui CEOnya Stefano Domenicali  memiliki target untuk menyelenggarakan 23-25 seri balapan dalam satu musim F1. Pada tahun 2022 sendiri F1 memiliki jadwal sebanyak 24 seri balapan yang membuat jadwalnya sangat padat. Pihak F1 pun juga tengah memikirkan berbagai cara untuk tetap mengundang berbagai negara baru untuk menyelenggarakan F1. Salah satu cara yang bisa dibilang radikal adalah dengan menghapus beberapa seri dengan sirkuit legendaris seperti Monaco yang dianggap sudah tidak relevan karena dianggap banyak pihak lebih mengedepankan nilai prestisius dan sejarah ketimbang nilai dari balapan itu sendiri.
Kemudian bagaimana melihat peluang Indonesia dalam menyelenggarakan F1 itu sendiri?, Pastinya jika ingin menyelenggarakan ajang bergensi seperti F1 ada banyak hal yang harus dipersiapkan seperi biaya, infrastruktur dan sumber daya manusia itu sendiri. Infrastruktur dapat berupa sirkuit bertaraf internasional dan memenuhi standard grade dari FIA, kemudian sumber daya manusia yang maju sebagai promotor dan marshall di sirkuit.
 Biaya untuk menyelenggarakan F1 pun tidak bisa dibilang murah karena pada tiap tahun balapan pihak promotor seri balap rata-rata mengeluarkan uang bisa mencapai 1 triliun rupiah dalam satu kesepakatan kasar, jumlah yang sangat besar pastinya.Â
Selain itu, harga tiket penonton F1 pun bisa dibilang sangat mahal bagi negara dengan status berkembang seperti Indonesia jika dibanding dengan ajang lain seperti Moto GP. Hal ini lah yang membuat beberapa negara memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak kerja untuk meneruskan F1 karena menurunnya animo penonton, hal itu bisa kita lihat dari Malaysia yang memutuskan untuk berhenti menyelenggarakan F1 sejak 2017 lalu.
Namun, bukan tidak mungkin bagi Indonesia untuk mampu menyelenggarakan ajang sebergengsi F1. Berkaca dari suksesnya ajang Moto GP di Sirkuit Mandalika, Indonesia pastinya memiliki peluang yang besar di masa yang akan datang, hal itu bisa nampak akan dibangunnya Sirkuit Internasional Bintan yang digadang-gadang akan digunakan untuk menyelenggarakan F1.Â
Selain itu, dalam beberapa tahun belakangan terakhir animo fans F1 di Indonesia juga tengah meningkat dengan sangat pesat itu dapat terlihat dari munculnya banyak komunitas fans F1 di media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter.Â
Maka dari itu, bukan tidak mungkin jika Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menyelenggarakan F1. Namun, berbagai indikator lain pastinya juga harus dipenuhi untuk memaksimalkannya seperti fasilitas sirkuit bertaraf internasional, kemudahan akses untuk menjangkau sirkuit, kesiapan promotor, serta kesiapan marshall di sirkuit balap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H