Mohon tunggu...
Fareh Hariyanto
Fareh Hariyanto Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Klasik

Sedang menempa kanuragan di Jurusan Ahwalusasyhiah IAI Ibrahimy Genteng Bumi Blambangan Banyuwangi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kewaspadaan Tanpa Kemanusiaan

9 Mei 2020   22:00 Diperbarui: 9 Mei 2020   21:54 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harusnya hal Ini menjadi pembelajaran bersama agar masyarakat lebih bijaksana dalam menyikapi informasi yang beredar. Mengingat saat ini perihal aksi kejahatan jalanan menjadi perhatian bersama. Oleh sebab itu, upaya main hakim sendiri yang dilakukan oleh masyarakat saat melihat orang asing yang mencurigakan justru merugikan.

Merugikan baik bagi masyarakat itu sendiri maupun korban yang menjadi bulan-bulanan warga. Waspada memang di perlukan menghadapi pandemu saat ini, dimana aksi kriminalitas yang meningkat serta minimnya lapangan kerja tentu menjadi dilema ditengah upaya pemutusan mata rantai Covid 19.

Bangun Sinergitas

Memang tidak dipungkiri jika di tengah pandemi saat ini segala sesuatu tindak kejahatan rentan terjadi. Bahkan tidak hanya saat pandemi, warga seperti mahfum jika saat akan lebaran tiba selalu ada saja peningkatan angka kejahatan itu. Baik yang menyasar pengendara di jalan raya ataupun rumah-rumah yang ditinggalkan penghuninya.

Oleh karenannya disinilah warga perlu membangun sinergitas seluruh pihak guna memiminimalisir potensi-potensi kejahatan tersebut. Salah satu langkah dan upaya nyata di masyarakat ialah dengan mengaktifkan kembali pos pengamanan setingkat desa yang sebelumnya mati suri. 

Poskamling yang notabene merupakan ciri masyarakat kita memang saat ini mulai jarang ditemukan. Mulai dari alasan klise kesibukan akibat pekerjaan hingga yang paling radikal memang keengganan warga yang saat ini cendrung merubah asosiasi sosialisasi dengan medium yang berbeda.

Jika dulu sosialisasi selaku diidentikan dengan pertemuan langsung tatap muka dengan menggelar pelbagai agenda kerukunan warga. Kini dengan perkembangan teknologi sosialisasi itu sudah memiliki ruang nyaman dalam bentuk genggaman tangan. Tentu ini tidak salah, selama porposinya seimbang dan tepat.

Nahasnya yang menjadikan hal diatas semacam bomerang ialah memudarnya sosialisasi di ranah nyata dengan menafikan pertemuan-pertemuan yang harusnya bisa menjaga keamanan sekitar rumah warga. Meski penulis tidak menafikan upaya social distancing hingga physical distancing terus digiatkan.

Namun jangan sampai hal tersebut justru semakin membuat jurang yang semakin lebar guna meniadakan sosialisasi antar warga utamanya yang berkaitan dengan keamanan warga yang ada disekitar kita. Sementara itu, upaya-upaya kongkrit dari pemangku kepentingan juga dibutuhkan.

Utamanya upaya untuk memberikan edukasi kepada warga agar tidak mudah terhasut oleh berita bohong yang beredar di tengah masyarakat. Selain itu, sikap tegas juga perlu di tegakan dari pihak keamanan guna meminimalisir tindakan kekerasan yang dilakukan warga.

Tidak hanya itu, bagi masyarakat juga perlu di sadarkan agar tetap waspada namun tetap mengedepankan aspek kemanusiaan. Sebab di tengah pandemi seperti saat ini tentu kebutuhan ekonomi terdampak simultan namun jangan sampai mengabaikan akal fikiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun