Mohon tunggu...
Fareh Hariyanto
Fareh Hariyanto Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Klasik

Sedang menempa kanuragan di Jurusan Ahwalusasyhiah IAI Ibrahimy Genteng Bumi Blambangan Banyuwangi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ibadah Jamaah di Tengah Wabah

5 Mei 2020   22:51 Diperbarui: 5 Mei 2020   23:42 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto. Kegiatan Sholat Jum'at di tengah Pandemi Covid-19. (Foto. Fareh Hariyanto)

Alasan Logis 

Melansir Radar Banyuwangi yang menuliskan terkait "Fatwa MUI Kurang Manjur, Banyak Masjid Tetap Gelar Salat Jum'at" tentu bukan tanpa alasan. Beberapa Masjid Besar seperti Masjid Baiturahman di Kota Banyuwangi atau Masjid Besar Genteng juga melakukan hal yang sama. 

Sabtu lalu, saat penulis mengikuti kegiatan pengajian di Masjid Jami' Baiturahman Genteng ada hal yang cukup menarik disampaikan ketua takmir masjid itu. Tidak dipungkiri sebelum menggelar kegiatan sholat jum'at pada tanggal 10 April 2020, beliau sudah di hubungi pihak pemangku kebijakan baik Kecamatan, Polsek dan Koramil.

Apalagi baru-baru ini salah satu Pasien dalam Pengawasan (PDP) berasal dari Kembiritan yang baru berkunjung ke Jember dan Lumajang dikabarkan meninggal dunia. Hingga akhirnya seluruh pihak utamanya di Genteng Banyuwangi membeei atensi serius agar meniadakan kegiatan yang melibatkan banyak orang.

Salutnya dengan ketua takmir masjid, bisa memberikan argumen yang baik saat pihak kepolisian meminta takmir masjid meniadakan kegiatan pengajian rutinan malam ahad. Alasan beliau cukup logis, Pasar Genteng yang berdekatan dengan Masjid saja tetap buka dan cukup banyak didatangi orang.

Masak masjid yang setiap orang beribadah harus berwudhu harus dicegah. Hingga akhirnya pihak masjid memberikan pengetatan bagi jamaah yang akan menggunakan masjid. Mulai wajib cuci tangan sebelum masuk masjid serta tempat shafnya sudah menrapkan social distancing hingga physical distancing. Ada jarak antara jamaah satu dengan yang lainnya.

Tidak hanya itu, kultur masjid Jami' Baiturahman Genteng yang biasanya setiap jamaahnya akan berjabat tangan pasca sholat selesai, beberapa minggu terahir juga dihilangkan. Semua itu semata-mata hanya untuk mematuhi anjuran dari pemerintah tanpa meninggalkan ibadah jamaah. 

Fakta dilapangan dampak Covid-19 bukan hanya pada aspek sosiologi masyarakatnya saja. Namun dampak sosial ekonomi juga menjadi hal lazim yang kita temui saat ini. Ikhtiar pencegahan tentunya terus bisa dilakukan tanpa menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat.

Akhirukalam meminjam ungkapan ibnu sina yang paling sering penulis dengar akhir akhir ini tentu tidak ada salahnya. "Kepanikan adalah separuh penyakit, Ketenangan merupakan separuh obat dan Awal dari kesembuhan ialah kesabaran" Tetap tenang dan sabar ditengah wabah tentu dengan jalan menambah mahabbah kepada sang pencipta.

Tulisan ini juga pernah di Muat di Times Indonesia dengan Judul yang sama.

Tangkapan layar tulisan di  Times Indonesia. (Foto. Dokumen Pribadi Penulis)
Tangkapan layar tulisan di  Times Indonesia. (Foto. Dokumen Pribadi Penulis)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun