Tempo hari saya mengalami kejadian pahit. Akibat terlena bujuk rayuan seseorang yang menawarkan jasa. Berupa satu set instalasi kasir yang selama ini saya idam-idamkan.
Satu minggu menjelang selesai proses rehabilitasi toko, datanglah seorang laki-laki. Ia mengaku sebagai seorang tenaga pengajar di salah satu perguruan tinggi di daerahku. Sebut saja pak Aep. Bertubuh tambun dan seutas senyum yang dipaksakan mengembang. Ia seorang bapak dari dua putrinya.
Sudah sejak lama saya akrab dengan pelangan saya satu ini. yang tiap kali membeli telur seperempat kilo beserta popok untuk anak bayinya. Tak jarang pula membeli jajanan kecil seperti wafer dan susu. Sungguh sosok bapak yang baik.
Siang itu, ketika keadaan toko sepi. Ia datang seorang diri. Berawal dari menanyakan harga telur. Dan barang lainnya. Perlahan obrolan ini merembet kepada keluh kesah saya tentang satu set alat kasir. Dan pada ujung obrolan, ia menawarkan diri untuk memakai jasanya.
Jasa instalasi kasir beserta satu set lengkap dengan bonus satu buah cctv.  Tanpa pikir panjang saya langsung menyetujui tawaran tersebut. Pikir saya, kapan lagi  mendapatkan penawaran dari seorang tenaga ahli.Â
Pelanggan saya satu ini selain sebagai tenaga pengajar, kemampuannya sebagai teknisi komputer-pun sangat mumpuni. Tak perlu berpikir dua kali untuk sepakat dalam penawaran ini.Â
Selang beberapa hari menjelang pindahan toko, ia datang dengan satu set lengkap alat kasir tapi tanpa bonus. Sebuah cpu dengan casing mengkilap. Berikut layar monitor berukuran 16 inchi lengkap dengan keyboard dan mouse wireles. Ditambah lagi printer thermal auto cut yang secara keseluruhan masih terlihat baru.
Setelah semuanya selesai dipasang, ia meminta upah sebagian dari kesepakatan yang telah berjalan. 2000k saya berikan. Ia berpesan kalau terjadi sesuatu atau masalah  harap menghubunginya.
Baru tiga hari, pasca pemasangan alat. Terjadi masalah dengan sistem aplikasi yang baru kali saya pelajari. Permasalahan input database barang, Â mencakup pemberian barcode dan cara mengubah harga. Dengan segera ia memenuhi panggilan saya untuk datang ke toko. Dan membenahi semua masalah tersebut.
 Responnya pada awal-awal setelah pembayaran, sangat sigap dan tangkas. Dalam kurun waktu satu minggu sudah berkali-kali saya mengalami kesulitan dan berkali-kali pula ia datang untuk membantu.
Dan pada minggu minggu berikutnya...
Saat komputer tiba-tiba mati tanpa sebab. Ia mendadak susah untuk dihubungi. Beralasan sedang dinas ke luar kota dan semacamnya. Saya memaklumi hal itu, dan mulai timbul rasa curiga. "Jangan-jangan semua alat yang mengkilap ini hanya bagus luarnya saja".
 Dan kecurigaan saya perlahan terkuak. Saat ia datang dan mengeceknya langsung. Hardisk dalam komputer yang saya gunakan bermasalah. Terbukti saat menyalakan komputer, layar monitor hanya menampilkan warna biru beserta tulisan memory on progresing.
Akhirnya ia berusaha untuk membenahi lagi. Dengan cara  merefund kembali hardisk tersebut dan meminta retur kepada toko yang bersangkutan. Satu pertanyaan muncul dari benak saya "alat baru kok cepet rusak?".
Setelah hardisk yang bermasalah. Sekarang keyboard yang suka mengetik dan menghapus sendiri. Hal ini terjadi selang satu bulan setelah hardisk baru datang. Saat melakukan transaksi tiba-tiba tampilan layar menu yang saya ketikan ngawur. Tidak sesuai dengan perintah yang saya jalankan. Dan lagi .. pet layar monitor berwarna hitam.
Iseng saya menanyakan kepada teman yang mengerti  soal komputer. Setelah itu banyak informasi yang tidak saya ketahui dari satu set alat kasir ini.
Teman saya menuturkan bahwa semua alat dari mulai cpu, layar monitor, keyboard, mouse dan printer. Hanya ada dua yang benar-benar baru. Yaitu monitor dan printernya saja. Adapun selebihnya memang barang bekas yang dipoles mengkilat. Seolah terlihat baru.
Saya tercengang mendengar penuturanya. Ini bertolak belakang dari penuturan pak Aep tempo hari. Yang berujar semua alatnya baru dan berfungsi normal.
Keisengan saya terus berlanjut, hingga menanyakan berapa ongkos yang seharusnya saya bayarkan untuk membeli semua alat ini. "sekitar 3000k saja". Tuturnya. Lagi-lagi harga ini bertolak jauh dengan ongkos perjanjian yang saya sepakati "5000k plus bonus".
Setelah tahu harga sebenarnya, saya mencoba melakukan negosiasi lagi guna meminimalisir harga yang telah di tentukan. Namun pucuk belum dicinta akhirnya negosiasi kandas. Ia tetap bersikukuh dengan nomimal jumlah pembayaran awal.
Tempo hari ia datang beserta istrinya. Saat hari menjelang petang, dan keadaan toko yang lenggang. Sang istri mengutarakan kedatangannya. Guna menagih separuh bayaran yang belum lunas.
Dalam obrolan yang sedang berjalan, saya mencoba menyinggung keadaan alat-alat yang tidak berjalan dengan normal. Keduanya hanya diam tak menanggapi. Justru menyinggung balik, kapan saya akan membayar lunas semua pembayaran sesuai kesepakatan.
Dengan berat hati saya mengambil keputusan tempo beberapa hari. Sambil membatin dalam hati. sungguh menjadi bodoh itu mahal!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H