Mohon tunggu...
Fardini SalsabilahFitriyah
Fardini SalsabilahFitriyah Mohon Tunggu... Guru - fardini salsabilah fitriyah

bismillah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan dan Stratifikasi Sosial

11 Desember 2021   00:30 Diperbarui: 11 Desember 2021   00:36 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A.Pendidikan

Suatu Pendidikan adalah segala peng seealaman dalam belajar yang berlangsung pada berbagai lingkungan, disepanjang hidup, segala dalam situasi hidup yang sangat mempengaruhi suatu pertumbuhan individu. Pendidikan merupakan fenomena yang sangat fundemental atau asasi di dalam hidup manusia, dimana ada kehidupan disitu pasti ada sebuah pendidikan. Pendidikan sebagai gejala serta upaya untuk memanusiakan manusia sendiri. di dalam sebuah perkembangan terdapat tuntutan adanya pendidikan yang lebih baik, yang sangat teratur untuk mengembangkan potensi pada manusia, sehingga mucul berbagai sebuah pemikiran yang teoritis pada pendidikan.

Pembelajaran berkorelasi positif terhadap ststus sosial seorang. Bagi suatu riset, terdapat korelasi yang besar antara posisi sosial seorang dengan tingkatan pembelajaran yang sudah dituduh, meski sesi sosial seorang tidak bisa diprediksi tergantung kepada pendidikannya. Namun pembelajaran besar terpaut erat dengan standar sosial yang besar. Ini tidak berarti kalau pembelajaran besar dengan sendirinya menjamin posisi sosial yang besar.

Pemahaman di dalam pendidikan Menurut Langeveld, pendidikan merupakan setiap upaya, yang berpengaruh, perlindungan dan bantuan yang selalu diberikan kepada anak-anak  di dalam proses jatuh tempo. Singkatnya, pendiduksi adalah proses membantu anak-anak melaksanakan tugas hidup mereka sendiri. Dalam Undang-Undang Sisdiknas Nasional No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah upaya yang sadar dan terencana untuk mewujudkan pembelajaran Susana dan proses pembelajaran sehingga siswa secara aktif mengembangkan potensi mereka untuk memiliki kepribadian, kecerdasan, karakter dan keterampilan mereka yang dibutuhkan oleh pengemudi mereka dan. masyarakat. Berdasarkan arti bahwa diskusi dapat diperoleh fungsionalitas dan kegunaan.

Mengenai hubungan di antara ststus sosial dengan pendidikan  telah banyak studi penelitian dl lakukan terutama di Amerika Serikat. Pada dasarnya banyak ditemui perbandingan peran dalam pelapisan sosial berkaitan dengan perbandingan anggapan serta sikap-sikap serta cita-cita dan rencana pendidikan, perbedaan ini ada diantara kalangan orang tua dan remaja. Citra diri juga berbeda sesuai status dalam lapisan sosialnya. Hal ini amat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar di sekolahnya. Tentu pada hal ini terdapat dukungan oleh orang tuanya dengan menyediakan fasiitas dan sarana pendidikan yang dbutuhkan, artinya banyak kalangan pemuda dari tingkat sosial tinggi akan melakukan mobilitas secara tinggi pula.Demikian sebaiknaya, pemuda dari desa mobilitas sosial dan persepsi- persepsi hidupnya akan berpengaruh terhadap sikap dan ststus sosialnya.

Dalam sebuah perbedaan kualitas pendidikan juga sangat nampak jelas antara lembaga yang berada di perdesaan dengan yang diperkotaan. Dari fenomena tersebut dapat disimpulkan, bahwa kualitas pada sekolah yang formal akan menentukan sebuah arus urbanisasi yang semakin kuat, karena bagi orang tua yang memiliki suatu kemampuan ekonomi baik akan menyekolahkan anaknya didalam lembaga yang bagus meski harus membayar mahal. Maka dari itu kemungkinan besar bagi orang tua yang secara ekonomi memiliki kebutuhan rendah akan mempengaruhii tingkat mobilitas yang sangat rendah.

Hal lain yang terkait dalam sebuah pelapisan sosial juga terdapat isyu mengenai materi pengaajaran. Materi pengajaran juga termuat dalam kurikulum dan buku pelajaran bahkan dalam sebuah kegiatan ekstrakurikuler sekolah, dan telah melalui seleksi tertentu. Dalam suatu analisis terhadap modul pengajaran serta aktivitas ektrakurikuler sangat bergantung pada strata pada sosial tertentu. Pada sekolah yang mahal pada umumnya akan memiliki suatu kemudahan dalam membedah kualitas kurikulum pembelajarn. Sebab keadaan keuangan sangat membolehkan suatu lembaga mampu membayar ahli dengan harga besar. Penyediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan sekolah juga akan sangat menentukan kualitas pembelajaran. buku-buku, majalah, alat-alat tekhnoogi pembelajaran dll. Belum lagi bayaran ekspedisi riset ke tempat yang mendudkung proses pendidikan berlangsung denan baik dari study banding atar lembaga serta antar daerah.

Tesis Randal Collins daam The Credential Society AnHistorica Sosiology of Education and Stratificatio menunjukkan bahwa, sistem persekolahan formal justru penyumbang terbesar muncunya proses pelapisan sosial. Anak-anak keluarga kaya di Indonesia misalnya, lebih banyak menikmati sarana pembelajaran yang sangat baik. Bahkan mreka sempat menambah pengetahuan menggunakan les privat, Bimbel, aneka buku, majalah, personal komputer , internet dan sebagainya. dan juga sebaliknya, bagi anak-anak keluarga miskin memasuki sekolah yang faslitasnya kurang memadahi, maupun sistem pembelajarannya. Ujung-ujungnya lingkungan sekolah jelek sebagai akibatnya poly memunculkan budaya kekerasan.. sebagian dari anak-anak dari keluarga miskin akan mudah emosi, cemburu, agresif dan frustrasi. bisa juga dikenal dengan kata lain, pembelajaran yang resmi banyak membagikan sebuah sumangsik terhadap timbulnya stratifikasi sosial dan memperkuat kesenjangan. contohnya, mahalnya buku sekolah, justru diikuti oleh kemerosotan dunia ekonomi. Pengangguran kian besar, ketidak adilan, keresahan sosial, serta memuncukan bermacam konflik di situ mari.

B. Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial dalam pendidikan adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari sebagai sebuah kenyataan dan terdapat dalam masyarakat. Selanjutnya, persepsi mengenai pendidikan, kebutuhan terhadapap pendidikan, mahanya pendidikan serta cita-cita terhadap kualitas pendidikan kesemuanya tidaklah luput dari adanya stratifikasi sosial atau pelapisan sosial dalam warga. Masalah alokasi anggaran, distribusi, seleksi hingga ke tingkat kualitas pendidikan semua berakibat pada terbentuknya stratifikasi sosial. Jadi, secara langsung atau tidak langsung, sistem pendidikan serta faktor-faktor, faktor-faktor tersebut telah mengkarakterisasi stratifikasi sosial atau pelapisan sosial. Dalam kehidupan lain seperti ekonomi, politik, sosial, agama dan lain-lain juga ada upaya-upaya untuk meminimalisir adanya stratifikasi sosial dengan memberlakukan wajar 9 tahun, sekolah gratis dll.

Warga bisa dikelompokkan ke dalam bermacam jenis, mulai dari susunan yang sangat atas hingga yang sangat dasar. Dengan demikian terjadilah stratifikasi sosial. Terdapat warga yang memiliki stratifikasi sosial yang sangat ketat. Anak yang lahir dari kalangan tertentu tidak hendak bertambah ke kalangan yang lebih besar. Keanggotaannya ke dalam satu jenis ialah aspek utama yang memastikan besar pembelajaran yang bisa ditempuhnya, jabatan yang bisa didudukinya, orang yang bisa dinikahinya, serta sebagainya. Kalangan yang sangat ketat semacam ini diucap kasta. Pada warga tertentu, semacam di Bali, misalnya, masih memberlakukan stratifikasi semacam itu. Tetapi biasanya warga penggolongan sosial tidak seketat itu hendak namun fleksibel dengan batas- batas yang agak kabur serta tetap hadapi pergantian.

C.Pendidikan sebagai Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial pendidikan diatur sebagai jalur menggapai peran yang lebih baik dalam masyarakat. Kian besar pembelajaran yang diperoleh kian besar pembelajaran yang diperoleh kian besar harapan buat menggapai tujuan itu. Pada era dulu keturunanlah yang memastikan status sosial seorang yang sukar ditembus sebab sistem kalangan yang ketat, tetapi saat ini tanpa generasi yang baikpun seseorang bisa melakukan mobilitas sosial yang antara lain adlah lewat pendidikan anggapan dalam mobilitas sosial tentang meningkat tingginya taraf pembelajaran hingga terus menjadi besar mungkin mobilitas untuk kanak-kanak kalangan rendah dan menengah. Pembelajaran besar dikala ini masih sangat selektif, dengan memakakai komputer buat memperhitungkan uji seleksi jadi obyektif maksudnya tidak lagi dipengaruhi kedudukan orang tua ataupun orang yang membagikan saran. Metode itu membuka peluang yang lebih luas untuk anak-anak golonga rendah serta menengah buat merambah akademi besar atas dasar prestasinya uji masuk itu. Walaupun tidak semua orang tua sanggup membiayai riset anaknya di akademi yang tinggi.

-Konsep Stratifikasi Dan Penyebabnya

A.Konsep Stratifikasi

Seorang ilmuan mengatakan bahwa masyarakat itu terdiri dari kelompok- kelompok yang tersusun secara bertingkat, ada yang kaya, ada yang miskin dan ada yang ditengah tengah. Perbedaan itu didasarkan bahwa sebenarnya dalam kehidupan masyarakat terdapat penghargaan-penghargaan tetertentu bagi masyarakat yang lainnya. Penghargaan yang di dapat khusus akan diberikan lebih tinggi terhadap suatu masyarakat yang memilliki kedudukan tertentu. Sepertihalnya kedudukan dipandang dari sudut kekayaan, pendidikan dan lain sebagainya.

-Sebagian kriteria yang menimbulkan terbentuknya stratifikasi sosial.

a.Ukuran kekayaan. Seorang yang mempunyai kekayaan sangat banyak tercantum dalam susunan paling atas. Kekayaan sangat banyak tercantum dalam susunan paling atas. Kekayaan tersebut bisa dilihat lewat dimensi rumah, kendaraan individu, luas kepemilikan tanah, metode berpakain dan sebagainya.

b.Ukuran kekuasaan seseorang yang maaempunyai wewenang terbanyak menempati sususnan sangat atas, misalnya saja seseorang presiden, menteri, Gubernur Bupati/Walikota atau sangat rendah ketua Rukun Tetangga(RT).

c.Ukuran kehormatan seorang yang sangat di hormati dan segani secara sosial dalam warga biasanya menduduki tempat sangat besar dalam suatu warga, paling utama dalam warga yang masih tradisional umumnya mereka maerupakan k elompok ulama/kyai, ustadz, tokoh/ kepala suku, orang tua ataupun seseorang yang memiliki jasa terhadap warga dalam perihal ini seseorang pahlawan.

d.Ukuran ilmu pengetahuan biasanya seseorang atau kelompok yang mempunyai derajat pembelajaran yang tinggi umumnya menduduki posisi paling tinggi dalam warga. Misalnya seorang sarjana lebih besar letaknya ketimbang seseorang lulusan Sekolah Menengah Atas ataupun SLTA/SLTP. Tetapi ukuran ini terkadang menimbulkan terjalin dampak negatif sebab dalam realitas warga saat ini kalau kualitas ataupun kualitas ilmu pengetahuanya tidak lagi jadi dimensi ini bersifat limitatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun