Mohon tunggu...
Fardi Kallang
Fardi Kallang Mohon Tunggu... Nelayan - Tulisan adalah Bukti Sejarah

Pemula yang selalu mencari jalan untuk setitik asa

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ribuan Ikan Mati di Danau Toga Tolitoli, Entah Apa yang Merasukinya?

29 November 2019   22:34 Diperbarui: 30 November 2019   12:08 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ribuan bangkai ikan tampak memutih diatas permukaan air dan ditepi danau Toga, kematian ikan secara massal yang terjadi di danau tersebut diperkirakan pada hari sabtu tanggal 23 November 2019 lalu, Danau Toga terletak Di Desa Betengon Kecamatan Dondo Kabupaten Tolitoli. 

Berdasarkan penyampaiaan kepala Desa Betengon bahwa luas danau berkisar delapan hektar, danau tersebut telah ada ratusan tahun lalu dan merupakan warisan atau peninggalan dari leluhur mereka, tutur pak kades Betengon. (wawancara saya dengan Pak Kades sore itu tanggal 25 November 2019).

Kematian ikan terjadi setelah daerah tersebut diguyur hujan deras, nah pasca hujan tersebutlah warga banyak mendapatkan ikan mati dan mengapung di permukaan danau.

Belum diketahui pasti apa penyebab dari kematian ikan tersebut, Namun kuat dugaan bahwa kematian tersebut terjadi akibat perubahan lingkungan perairan yang sudah tidak bisa ditolirir oleh organisme didanau tersebut utamanya ikan.

Jenis ikan yang banyak ditemukan mati didanau tersebut didominasi oleh ikan nila (Oreochromis niloticus) dan puluhan ikan sidat (Anguilla sp). Ikan nila tersebut berasal dari program restoking yang dilakukan oleh Dinas perikanan Tolitoli selama Tiga tahun terakhir sedangkan ikan sidat merupakan ikan asli danau atau ikan yang berasal dari alam.

Berdasakan data yang disampaikan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Tolitoli dan Kantor karantina ikan Wilayah Kerja Tolitoli setelah melakukan survey di danau tersebut bahwa data survei terhadap parameter kualitas air danau toga adalah sebagai berikut suhu air berkisar dari 35 -- 50 C sedangkan kisaran normalnya menurut kordi K (2009) bahwa suhu optimal untuk pertumbuhan ikan nila adalah 24C - 30 C hal ini tidak jauh berbeda dengan BSNI (2009) bahwa suhu yang baik untuk pertumbuhan ikan nila adalah 25C - 32 C.

Parameter lain yag diukur didanau toga adalah oksigen terlarut atau DO dengan nilai yang diperoleh adalah 1-3 mg/l sedangkan kisaran normalnya untuk pemeliharaan ikan nila Menurut Apriliza (2012) bahwa kisaran oksigen terlarut yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan nila sebesar 5 mg/l, Menurut BSNI (2009) nilai oksigen terlarut untuk produksi ikan nila pada kolam air tenang adalah 3mg/l.

Menurut BSNI (2009), nilai pH untuk produksi ikan nila pada kolam air tenang berkisar 6,5-8,5. Sedangkan Kordi K (2009), nilai pH air yang cocok untuk ikan nila adalah 6-8,5 berdasarakan pengukuran yang didapat dilapangan dibeberapa titik nilai pH danau Toga 4-5.

Berdasarakan pemeriksaan dan pengukuran kualitas air tersebut Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Perikanan Tolitoli mengatakan bahwa untuk dugaan awal kematian ikan yang terjadi secara massal di danau Toga adalah karena kualitas air di danau tersebut sudah melebihi ambang batas atau tidak sesuai lagi dengan pertumbuhan ikan nila.

Selain itu Kasie Kesling Dinas perikanan Tolitoli juga menyampaikan bahwa di danau tersebut terdapat sumber air panas yang juga memberikan pengaruh terhadap tingginya suhu perairan di danau tersebut.

Kantor Karantina Ikan Wilker Tolitoli telah melakukan pengambilan sampel terhadap ikan nila (Oreochromis niloticus) di danau Toga untuk kemudian dilakukan pemeriksaan secara laboratoris, untuk mengetahui apakah kematian tersebut juga disebabkan oleh adanya serangan penyakit yang mewabah di danau tersebut.

Saat ini di beberapa negara penghasil nila di dunia sedang menghadapi adanya wabah penyakit Tilapia lake virus (TiLV) yang disebabkan oleh serangan Orthomyxo-lake virus, genus baru dari family Orthomyxoviridae.

Biologi dari virus ini belum banyak diketahui. Jenis virus ini sangat mematikan dan menyebabkan kematian pada populasi ikan nila seperti kematian masal yang terjadi pada ikan nila liar di Danau Kinneret, Sea of Galilee Israel pada tahun 2009, kemudian terjadi wabah TiLV pada ikan nila di Ekuador dan Kolombia (Amerika Latin) tahun 2012, di Thailand tahun 2015-2016 dan di Mesir tahun 2017 serangan terjadi pada musim panas dimana suhu air relatif tinggi.

Taksonomi TiLV menurut OIE (2017) belum ditetapkan, namun menurut Eyngor et al. (2014) masuk ke dalam family Orthomyxoviridae. Virus ini menyerang ikan nila. Terdapat 4 (empat) spesies yang telah dilaporkan terpapar penyakit TiLV yaitu Sarotherodon galilaeus, Tilapia zilli, Oreochromis auratus, Tristamella simonis intermedia, persilangan Orechromis niloticus X Oreochromis auratus hybrid (Eyngor et al., 2014).

Gejala klinis infeksi TiLV pada kasus di Israel menunjukan gejala berupa letargi, tubuh menghitam, endopthalmis, erosi kulit, kongesti pada ginjal, degenerasi ocular dan encephalitis (Bacharach et al., 2016). Sedangkan pada kasus infeksi TiLV di Thailand gejala klinis yang terlihat adalah menurunnya nafsu makan, kondisi ikan lemah dan berenang di permukaan, anemia, kongesti pada kulit dan kongesti pada otak, insang dan hati berwarna pucat (Dong et al., 2017).

Virus ini sangat ganas dan penularanya sangat cepat bahkan dapat mencapai angka kematian 85% sebagimana yang terjadidi Ekuador. wabah yang terjadi di Israel terjadi pada musim panas (Mei sampai Oktober; suhu 22-32 C), hal tersebut menunjukan bahwa penyakit ini musiman dan faktor suhu berperan penting dalam terjadinya wabah (Sunarto dan Mc.Coll, 2016).

Faktor pemicu timbulnya wabah penyakit TiLV adalah suhu air dan kepadatan tinggi. Suhu air yang menyebabkan wabah terjadi di atas 25 C, dan puncak kematian masal terjadi pada suhu 30 C (Tsofack et al., 2016).

Melihat dari gejala dan tanda-tanda klinis dari penyakit TiLV tentunya kita sangat berharap bahwa semoga kematian massal yang terjadi di danau Toga Desa Betengon Kecamatan Dondo Kabupaten Tolitoli bukanlah merupakan keganasan dari Tilapia lake virus (TiLV).

Dinas perikanan Tolitoli bersama Karantina Ikan Wilker Tolitoli menyarankan kepada pemerintah desa untuk melakukan pembersihan bangkai-bangkai ikan yang terdapat di danau Toga agar supaya ikan yang masih tersisa dapat diselamatkan karena apabila ikan mati tersebut dibiarkan didalam danau akan menjadi amonik atau racun dalam perairan yang berdampak semakin banyak organisme danau yang mati terutama pada ikan nila yang merupakan salah satu sumber protein dan pendapatan bagi masyarakat Desa Betengon Kecamatan Dondo Kabupaten Tolitoli.

Penulis : Fardi Kallang
Fungsional PHPI Pada Kantor Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Palu Wilayah Kerja Toli-toli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun