Mohon tunggu...
Fardique Rudiyanto
Fardique Rudiyanto Mohon Tunggu... Petani - Petani dan peternak

Peminat literatur dan kini aktif sebagai petani di Dusun Ngambon, Desa Girimoyo, Kecamatan karangploso,Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Selanjutnya

Tutup

Money

Pasar Bebas

11 Januari 2010   04:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:31 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Banyak yang gerah dengan diperlakukannya pasar bebas China dan asia Tenggara. Kita kuatir dengan membanjirnya produk Cina yang murah-meriah sehingga akan menghancurkan produksi dalam negeri. Itu benar. Pengalaman saya, suatu kali saya membeli alat musik keyboard merek Yang-Yang, penampilan dan ukurannya mirip dengan produk standart alat musik keyboard lainnya namun harganya jauh dibawah. Kenyataannya, alat musik tersebut tidak bisa dipakai sebagai alat pendidikan musik karena nada-nada tutsnya tidak karuan.

Kalau barang seperti itu yang laku di pasaran kita, lebih baik kita bikin yang sama. Otomatis kita bisa bersaing karena tidak memerlukan ongkos kirim. Maka untuk itu, aparat pemerintah harus apresiatif dengan masyarakat yang hendak produksi barang-barang seperi itu. Jangan buru-buru dituduh pembajakan, produk liar, diintimidasi dengan masalah hukum  sebab hal ini akan melemahkan masyarakat untuk bersaing dalam pasa bebas ini.

Lain ceritanya kalau aparat pemerintah Indonesia tidak lain dan tidak bukan ternyata adalah polisi dari pemerintah China. Ya, kalau seperti itu jangan berbusa-busa mendorong masyarakat untuk kreatif, mandiri, berdedikasi, atau punya budaya unggul.

Di sisi lain, kita harus jeli dengan produk China yang sebenarnya adalah bikinan pengusaha Indonesia yang mendirikan pabrik atau usaha di China karena memanfaatkan kemudahan usaha di China. Sebagai contoh,ternyata ada baju batik murah dengan yang cuma Rp 15.000, ternyata bikinan China. Nah, bagaimana mungkin hal ini terjadi. Hal ini tidak lepas dari nasionalisme yang sebenarnya sulit kita tuntut, tetapi secara prakmatis, aparat pemerintah harus luwes dan apresiatif kepada masyarakt yang kreatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun