Mohon tunggu...
Muhamad Farda Setiawan
Muhamad Farda Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - 22107030043 Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Menaruh minat pada ilmu-ilmu sosial, agama, serta sains dan teknologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membela Islam, Membela Alam

19 Mei 2023   20:59 Diperbarui: 19 Mei 2023   21:14 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Freepik.com

Kalimat Abduh itu mendapat legitimasi dari sebuah data survey oleh islamicity-index.org pada 2018 lalu tentang indeks negara ter-islamatau paling islami. Ironisnya, tidak ada satu pun negara Islam yang masuk 10 besar. New Zealand mendapat peringkat pertama sebagai negara paling “islami”. Uni Emirat Arab sebagai negara mayoritas Islam dengan urutan teratas berada posisi 45. Indonesia? Indonesia ada di posisi 64. Hasil tersebut diukur berdasarkan beberapa variabel yang termasuk dalam ajaran Islam, termasuk kebersihan.

Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Janganlah berbuat kerusakan di bumi!" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan." Al-Baqarah ayat 11.

Allah Swt telah berulang kali menyinggung masalah kerusakan di muka bumi ini dalam ayat-ayatnya yang agung. Bahkan dikisahkan dalam Al-Baqarah ayat 30 tentang pertanyaan Jibril pada sang pencipta tentang alasan penciptaan manusia sebagai khalifah di bumi, padahal diketahui bahwa manusia pada akhirnya akan membuat kerusakan dan pertumpahan darah. Membuktikan bahwa perbuatan manusia terhadap bumi adalah masalah yang telah diketahui sejak awal.

Belum mencapai kata selesai hingga hari ini membicarakan problematika iklim dan lingkungan. Industri disebut-sebut sebagai salah satu penyebab utama yang sering dianggap bertanggung jawab atas perubahan iklim dan kondisi ekologis dunia. Namun masalahnya adalah sebuah industri, perusahaan, atau institusi apapun lahir dari kumpulan para manusia. Inti utamanya adalah terletak pada kesadaran para manusia itu sendiri. Humanisme kuno menganggap supremasi manusia atas segala makhluk lainnya di muka bumi. Manusia dengan sombongnya menganggap seluruh sumber daya dapat ia eksploitasi sesuai keinginannya tanpa bertanggung jawab atas hal itu.

Dalam kepedulian terhadap laut saja, masih sangat kurang sekali kesadaraan masyarakat atas hal ini. Indonesia berada pada peringkat kedua, setelah Tiongkok sebagai pengotor laut terbesar di dunia. Laut dianggap hanya sebagai tempat pembuangan saja. Padahal kenyataannya, oksigen terbesar dihasilkan dari laut, bukan pohon. Oksigen 70% dihasilkan dari lautan. Fitoplankton, Kelp, hingga Alga adalah penghasil utama oksigen di bumi. Namun banyak manusia masih tidak menyadari ini.

Etika lingkungan, environmental ethics, environmentalisme, kepedulian terhadap alam seharusnya menjadi bahasa baru hari ini. Seluruh dunia telah menyuarakan bagaimana cara mereka menjaga bumi tetap sehat seperti seharusnya. Umat Muslim, dan manusia Indonesia secara umum harusnya tidak boleh tertinggal atas isu yang sekarang telah menjadi grammar baru global ini sebagai isu bersama. Islam, sebagai agama rahmatan lil ‘alamin telah diperintahkan oleh tuhannya untuk setiap muslim melakukan penjagaan terhadap alam. Ini perlu menjadi perhatian bagi kita bahwa manusia adalah bagian dari alam itu sendiri, merusaknya berarti merusak apa yang menjadi satu bagian dari kita.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun