Mohon tunggu...
Muhamad Farda Setiawan
Muhamad Farda Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - 22107030043 Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Menaruh minat pada ilmu-ilmu sosial, agama, serta sains dan teknologi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Inovasi dan Invensi, dari Akademi hingga Industri

24 Februari 2023   20:13 Diperbarui: 24 Februari 2023   20:18 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: whatfix.com

Ketajaman resolusi, peningkatan framerate video, hingga teknologi AI yang tersemat dalam ISP (Image Signal Processor) telah dirasakan para pengguna secara massal hari ini. Dengan mudah kita menemukan sebuah ponsel yang memiliki resolusi kamera 108MP. Suatu hal yang jelas tak akan terbayangkan jika kita hidup di masa lalu.

Namun apakah yang membuat inovasi tersebut terjadi sangat cepat? INDUSTRI.

Sejak revolusi industri pertama pada 1760-1850, ditandai dengan penemuan mesin uap yang kemudian diterapkan dalam berbagai sektor dari manufaktur hingga transportasi, kehidupan masyarakat terutama di eropa pada saat itu berubah drastis dimana produksi dan perdagangan mengalami peningkatan secara eksponensial. 

Dari peristiwa ini pula lahir paham kapitalisme dimana seperti yang Adam Smith tulis dalam karya fenomenalnya, The Wealth of Nations, yang mana mengungkapkan bahwa kapital atau modal memegang peranan terbesar dalam ekonomi.

Kapital juga tak luput ambil bagian dalam produksi produk-produk teknologi. Kita tak akan dapat membeli dan menggunakan lampu dengan mudah jika kapital tak ikut berperan disitu. Thomas Alva Edison, yang dikenal sebagai penemu (ataupun pengembang) lampu adalah seorang pengusaha yang memiliki perusahaan elektronik besar bernama General Electric. 

Jelas sulit membayangkan jika lampu temuannya hanya menjadi hasil penelitian di lab universitas dan tak pernah masuk ke industri. Begitupun sulit membayangkan suatu teknologi canggih yang ditemukan seorang profesor namun dirinya tidak memiliki modal untuk memproduksinya secara massal.

Di era Industri 4.0 ini disrupsi inovasi menjadi sangat cepat. Hukum moore sudah jelas tak akan berlaku lagi. Teknologi sebuah smartphone 2-3 tahun lalu yang kita rasa sudah sangat canggih, ternyata masih bisa berkembang lagi hingga saat ini dan seterusnya. 

Sebuah televisi berwarna yang dulu umum dengan ukuran 14 inch berteknologi CRT kini ber-evolusi menjadi smart tv OLED beresolusi hingga 8K bahkan ukurannya mencapai 50 hingga 80 inch, dan itu menjadi hal biasa di rumah-rumah kita saat ini. Industri dan kapital telah mendorong inovasi hingga titik terjauhnya. 

Sebuah inovasi sebaik apapun kualitasnya jika penjualan dan modal kurang dari yang diharapkan, maka akan sendirinya menjadi kegagalan dan terdisrupsi oleh yang lain. Itu yang terjadi pada produk-produk elektronik lokal kita.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun