Akhir yang Manis
Bulan demi bulan berlalu, dan akhirnya buku kumpulan cerpen itu selesai. Ketika diterbitkan, buku tersebut mendapat sambutan hangat dari pembaca. Banyak yang memuji tulisan Raka sebagai sesuatu yang segar dan relevan dengan kehidupan modern. Juna bahkan mengundangnya untuk acara peluncuran buku di Jakarta, di mana dia berkesempatan bertemu dengan penulis-penulis terkenal lainnya.
"Kamu membuktikan aku salah, Ra. Aku senang kamu nggak pernah menyerah." Dito, yang sebelumnya meragukan Raka, kini menjadi orang pertama yang bangga padanya.
Raka hanya tersenyum. Dia tahu, perjalanan ini tidak mudah. Namun, dia juga sadar bahwa pohon cendana itu bukan sekadar simbol keberuntungan. Pohon itu adalah tempat di mana dia bisa merenung, bermimpi, dan mengumpulkan kekuatan untuk terus maju.
Kini, Raka tidak lagi hanya menulis untuk dirinya sendiri. Dia menulis untuk menginspirasi orang lain, membuktikan bahwa mimpi bisa menjadi nyata jika kita percaya dan bekerja keras. Dan setiap kali dia melewati pohon cendana di depan rumahnya, dia tersenyum, mengenang semua yang telah dia lalui. Keberuntungan memang bisa datang dari mana saja, bahkan dari hal-hal yang kita anggap kecil dan tidak penting.
Namun, keberuntungan sejati adalah hasil dari kombinasi kerja keras, ketekunan, dan keyakinan pada diri sendiri. Raka telah membuktikan itu, dan pohon cendana di halaman rumahnya tetap menjadi saksi bisu perjalanan hidupnya yang penuh makna.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI