Mohon tunggu...
Fardan Mubtasir
Fardan Mubtasir Mohon Tunggu... Guru - Human, Culture, and Society

Seseorang yang sedang belajar menjadi manusia dan belajar berbagi coretan-coretan sederhana yang bisa berdampak positif terhadap sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ragam Rasa

7 Oktober 2024   07:30 Diperbarui: 7 Oktober 2024   07:31 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku, Surya, Roha, dan Pra sudah berada di dalam bus yang akan mengantar kami ke tempat tujuan kami, yaitu pasar induk. Kami menikmati perjalanan dengan melemparkan candaan dan lelucon ringan. Tak lama, kami sampai di pasar induk, kami dengan cepat membeli bahan-bahan yang diperlukan. Setelah selesai membeli, kami berkumpul di rumahku untuk menaruh barang-barang lalu bergegas pulang menuju rumah masing-masing. 

Teman-temanku sudah beranjak pergi dan aku segera masuk kedalam rumah, disambut oleh ibu. Setelah selesai bersih-bersih, aku langsung menuju dapur untuk membuat eksperimen makanan yang mau aku buat dibantu dengan ibu. Satu jam kemudian, aku telah selesai membuat eksperimen makanan yang akan aku jual di bazar nanti. 

Hari H, pelaksanaan bazar.  

Sekolah telah ramai oleh para siswa yang sibuk mendekor stan kelasnya, begitu pula denganku yang sibuk menata makanan yang sudah kubuat pagi tadi ditemani dengan ibu. Pukul 08.00 pagi acara bazar dibuka, dimulai dengan sambutan oleh kepala sekolah kami dan ketua pelaksana acara bazar ini. Satu hal yang kami tidak tahu, bahwa akan ada walikota yang datang dan mencicipi makanan di bazar kami. Kami baru diberi tahu ketika walikota itu menyampaikan sambutannya. 

"Selamat pagi, anak-anak calon penerus bangsa! Suatu kehormatan bagi saya diundang ke acara bazar di SMA ini dan saya akan mencicipi makanan yang ada di bazar sekolah ini. Saya harap, dengan adanya bazar ini seluruh siswa-siswi menjadi termotivasi untuk membuat makanan yang unik dan dapat membuka peluang usaha. Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan, terima kasih." Sambutan dari walikota.

Suara riuh tepuk tangan terdengar seantero sekolah. Walikota itu turun dari mimbar dan mulai berkeliling. Tibalah walikota itu di stan bazar kelasku dan berbicara kepadaku.

"Dadar gulung isi es krim? Pisang spicy? Unik sekali makanannya. Saya mau pesan masing-masing satu ya." ujar Pak walikota. Pesanan kami terima dan tanpa berlama-lama, kami segera menyiapkannya.

"Ini ya pak, selamat menikmati," ucapku seraya memberikan makanan yang sudah dipesan. 

Pak walikota menerimanya dan langsung mencicipi makanan yang sudah kami buat. Beliau berkomentar bahwa makanan yang kami buat memiliki rasa yang unik dan menanyakan siapa yang membuatnya. Teman-teman sekelasku langsung menyebut namaku dan menunjuk ke arahku. Pak walikota menjelaskan bahwa pekan depan akan ada acara festival makanan yang akan diadakan di balai kota. Bak tertiban durian runtuh, aku masih mencerna kalimat Pak walikota. 

"Nasha mau, Pak. Mau banget. Ya, kan, Sha?" Tiba-tiba Roha berkata.

"Eee...iya, Pak. Saya tertarik, saya mau ikut festival di balai kota." Jawabku dengan sedikit terbata-bata karena gugup.

"Bagus, ajudan saya yang akan mengurusnya ya, sukses untuk kamu ya, nak Nasha." Ucap pak walikota sambil berlanjut ke stan kelas lain dan aku mengucapkan terima kasih.

Kalian sudah bisa membayangkan bagaimana perasaanku, kan? Ya, aku senang bukan main. Aku tidak menyangka akan seperti ini. Berawal dari sebuah kesalahan, aku justru menemukan jalan untuk lebih menjelajah dunia luar. Teman-teman sekelasku bersuka cita atas berita itu. Mereka beramai-ramai mengucapkan selamat kepadaku, dan dengan ini perjalananku akan dimulai.

Cr: Lurry Puspa Kinasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun