Mohon tunggu...
Fardal Rasudin
Fardal Rasudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seni kehidupan, membaca, menulis, jalan-jalan dan petualangan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refleksi Hari Pahlawan Nasional, Menguak Pahlawan Maluku Utara Hj Salahuddin Bin Talabudin

10 November 2024   22:27 Diperbarui: 10 November 2024   23:20 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prawacana

Tulisan ini sebuah refleksi hari Pahlawan Nasional yang bertepatan pada setiap tanggal 10 November. Atas sebuah penghormatan besar Negara kepada para Pahlawan Bangsa yang gugur dalam perang melawan penjajah dan pahlawan yang telah mendedikasikan dirinya kepada Bangsa Indonesia, perang 10 November 1945 pasukan Indonesia melawan sekutu dijadikan simbol hari yang sakral bagi Pahlawan Nasional

Dikala itu Inggris dan Amerika sebagai tentara sekutu ingin kembali merebut Indonesia dari tentara Jepang. Secara militer Jepang kalah telak dihadapan Amerika Serikat, hal itu ditandai dengan jatuhnya Bom Atom Di Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, Peristiwa ini mengakibatkan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Amerika Serikat.

Singkatnya negara-negara Imperialis seperti Amerika Serikat dan Inggris sebagai sekutunya ingin merebut Indonesia sebagai daerah jajahan yang telah ditaklukkan di tangan Jepang. Namun niat Negara Imperialis ini berhadapan langsung dengan para pahlawan Indonesia yang telah lebih dulu memproklamirkan lndonesia pada 17 Agustus 1945,  dimana negara sekutu masih sibuk berhadapan dengan penjajah Jepang, Indonesia telah mencuri star terlebih dahulu dengan memproklamirkan kemerdekaan Indonesia yang dipimpin langsung oleh Ir. Soekarno dan M Hatta

Gencar negara-negara Imperlialis terutama Inggris sebagai sekutu Amerika yang datang pada tanggal 25 Oktober melancarkan aksi mereka kepada Indonesia dengan maksud supaya Indonesia menyerah dan takluk,  justru sikap Inggris ini membangkitkan semangat perlawanan pahlawan Nasional. Terutama sekali Hadratussyaikh K.H Hasyim Asy'ari yang telah mempelopori Resulusi Jihad 22 Oktober 1945 melawan tentara Penjajah.

Tidak bisa dipungkiri bahwa perang 10 November 1945 adalah bagian dari kelanjutan Resolusi Jihad Santri dan Ulama 22 Oktober 1945. Atas tewasnya Jenderal Mallaby dari tangan kaum santri pada 30 Oktober 1945, diketahui Jenderal Mallaby tewas ditangan santri yang bernama "Harun", keadaan ini memicu eskalase kemarahan Inggris. sehingga itupula Inggris tetap bersikukuh dengan selebarannya (Pamflet) memerintahkan supaya pejuang Indonesia menyerah dan memberikan semua senjata-senjata rampasan dari tangan jepang, jika ultimatum itu tidak di indahkan oleh pejuang Indonesia maka Surabaya akan dibumi hanguskan dengan Bedil dan Meriam.

10 November 1945, Bung Tomo naik diatas Podium dan berpiado membakar semangat pejuang Indonesia, pidato itu disiarkan langsung oleh Radio Repoblik Indonesia. Pidato Bung Tomo ini menggerakkan para pejuang Indonesia yang terdiri dari berbagai serikat, perhimpunan, pemuda desa hingga para santri, semuanya bergerak menuju titik " api" peperang yaitu Surabaya dan sekitarnya.

Mengenal Pejuang Heroik Hj Salahuddin Bin Talabudin

Hj Salahuddin lahir pada tahun 1874 di Gemia, Patani Halmahera Tengah dan wafat Pada Tahun 1948 di Skep Ternate.

Haji Salahuddin Bin Talabudin, hidup dimasa-masa sulit Bangsa Indonesia melawan penjajah Kolonialisme dan Imperialisme, sehingga tidak diragukan lagi Jiwa Nasionalisme dan patriotismenya.

Jika di Pulau Jawa kita kenal dengan sosok Hadratussyaikh K.H Hasyim Asy'ari, maka di Maluku Utara ada Hj Salahuddin Bin Talabudin, kedua tokoh ini memiliki sepakterjang pemahaman yang sama tentang Nasionalisme, dimana Cinta tanah air dipandang sebagai bagian dari iman kepada Allah SWT dan kaum penjajah dalam arah yang sesungguhnya adalah orang-orang kafir laknatullah, pandangan ini begitu khas bagi Hj Salahuddin maupun Hadratussyaikh K.H Hasyim Asy'ari . Kalimat yang masyhur ditulis dalam Makalah para ulama "Hublum Wathan Minal Iman" (Cinta Tanah air bagian dari iman) adalah dalil yang paling asasi dalam penyatuan Islam dan Nasionalisme.

Tidaklah mengherankan karena Hj Salahuddin sekitar tahun 1928 pernah bergabung dengan SI-Merah di Jakarta yang secara politik memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan landasan ajaran Islam revolusioner.

Pada Tahun 1946 Hj Salahuddin turut mempbersamai perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan mengibarkan bendera merah putih di tanjung Ngolopopo Patani, melalui organisasi Sarekat Jamiatul Iman Wal Islam yang dibentuk Hj Salahuddin di Patani Pulau Halmahera, Hj Salahuddin membangun gerakan revolusioner melawan Penjajah. Tegas Hj Salahuddin Proklamasi yang dibacakan oleh Presiden Ir. Soekarno adalah sah dan kaum penjajah harus di tentang.

Dengan prinsip keislaman berbasis Tassawuf yang dianut, Hj Salahuddin yakin melawan penjajah adalah Jihad fisabilillah, bahkan setiap kali melancarkan agenda perlawanan selalu diawali dengan pekikan takbir.

Tahun 1947, Hj Salahuddin Bin Talabudin melakukan gerakan perlawanan terhadap Belanda yang dikala itu ingin menguasai Patani. Bahkan Hj Salahuddin mengorganisir Kaum perempuan (Ibu-ibu) dan dengan ibu-ibu ini pihak Belanda kewalahan menghadapi sikap dan tindakan heroik mereka.

Belanda kemudian kembali keresidenan Ternate, dan menyampaikan perihal ini kepada sultan Muhammad Jabir Syah yang masih bersama dengan barisan Belanda dikala itu. Hj Salahuddin Bin Talabudin dinilai sebagai pelanggar Hukum Belanda dan diminta datang di Ternate oleh Sultan Muhammad Jabir Syah melalui surat resmi dari kesultanan Ternate.

Tahun 1948, Hj Salahuddin di dakwah oleh pengadilan Negri Ternate sebagai penentang Belanda dan dijatuhi hukuman mati.

Dengan pekikan Takbir Hj Salahuddin kembali ke hariban Allah SWT sebagai seorang Syuhadah yang memperjuangkan nilai-nilai Islam dan Nasionalisme.

Penutup

Umumnya pahlawan Nasional di Maluk Utara kita lebih Familiar dengan nama Sultan Babullah Datuk Sjah atau Sultan Nuku Jou' Barakati dari Tidore. Pahlawan seperti Hj Salahuddin Bin Talabudin dari Patani rasanya masih sangat asing di telinga kita.

Atas usaha kerja keras dari pemerintah Halmahera Tengah dan para peneliti dan orang-orang terkait dalam mengajukan Hj Salahuddin Bin Talabudin sebagai Pahlawan Nasional. Alhamdulillah pada tanggal 07 November 2022 di Istana Negara, Pemerintah menetapkan Hj Salahuddin Bin Talabudin sebagai Pahlawan Nasional di Maluku Utara; memberikan penghormatan tertinggi atas perjuangannya Hj Salahuddin Bin Talabudin.

Sebenarnya Pahlawan Heroik di Maluku Utara masih banyak, seperti Sultan Banau, Sultan Muhammad Arif Billah, dari kalangan perempuan Rainha Boki, Boki Nukila, dan lain-lain sebagainya.

Seharusnya Sejarah Pahlawan Nasional Maluku Utara maupun yang belum mendapat gelar Pahlawan Nasional harus dapat dimasukkan kedalam sistem pendidikan di Maluku Utara terutama di mata pelajaran Sejarah, di tengah-tengah perubahan Regulasi Kurikulum dari KTSP ke K-13 kemudian Kurikulum Merdeka atau merdeka belajar. Maka ini menjadi tantangan lembaga pendidikan maupun Guru yang ada disekolah.

Terlebih kurikulum saat ini yang terlalu terikat dalam regulasi dan terlalu "Pusat-sentris" justru membuat para pendidik ataupun dinas pendidikan daerah semakin sulit melakukan terobosan-terobosan pelajaran yang berbasis daerah, seperti sejarah pahlawan daerah, bahasa daerah dan budaya lokal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun