Mohon tunggu...
Farchan Noor Rachman
Farchan Noor Rachman Mohon Tunggu... pegawai negeri -

PNS, Backpacker, Punker, Penikmat Musik, Pembaca Buku, Pemain Futsal, Penulis, Pemain Game, Penggila Film dan Pendukung Manchester United.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menelusuri Jejak Pati Unus di Malaka

25 Agustus 2014   15:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:37 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="553" caption="Tampilan Benteng A Famosa "][/caption]

Nun, lima abad lalu dalam hembus angin dan deru kencang ombak Selat Malaka, Pati Unus sedang menatap garang ke depan, seluruh armada dan pasukannya dalam keadaan siaga menunggu aba-aba. Ribuan pasukan dari Jawa ini tegak menguatkan hati, dalam hati mereka hanya ada satu kata, Syahid. Sementara di balik kabut tipis tampak garis pantai, lamat-lamat tampak garis benteng pelindung kota tegak di puncak dan ombak pun makin bergejolak seiring detak jantung ribuan pasukan yang makin menghebat. Ribuan pasukan dan ratusan kapal ini hendak menerjang satu kota, Malaka.

Di seberang kabut, dalam kukuhnya benteng, jika kabut tersingkap tampak Mayor Kota Melaka sedang berhitung nyali. Serdadu-serdadu Portugis sama juga, mereka bersiap menerima gempuran maha dahsyat dari arah laut. “Pate Unus  – Pate Unus – Pate Unus” begitu gumam si Mayor. Dinding benteng gemeretak, begitupun hati para pasukan Portugis yang hatinya sudah penuh rosario.

Tak berapa lama perang meletus, deru mesiu meriam menggelegar. Tiga ratus kapal perang diadu dengan segaris benteng kukuh di puncak bukit Malaka. Lalu langit senada api, laut biru berubah jadi merah darah dan desau angin menjelma menjadi teriakan penuh putus asa dan kesakitan. Malaka menjadi samudera api dan darah.

Menelusur Jejak Perang Besar Malaka

Saya mendadak teringat relik sejarah perang besar ini ketika tiba di Malaka. Kisah-kisah di atas tadi erus terngiang di kepala ketika menginjakkan kaki di Malaka. Walau kelak sejarah mencatat, Pati Unus gugur dalam pertempuran Selat Malaka ini, sementara walau Malaka tak mampu ditaklukkan tapi menderita kerugian besar-besaran. Dari ingatan tentang perang besar yang oleh Pati Unus ditahbiskan sebagai Ekspedisi Jihad tiba-tiba menggelayut selama di Malaka dan akhirnya berujung pada pencarian sisa-sisa perang besar yang masih tertingal.

Malaka adalah kota besar yang dipengaruhi banyak bangsa, pertumbuhan kotanya selaras dengan siapa yang dulu menduduki Malaka di era kolonial. Tapi ketika perang besar itu pecah, Portugis-lah yang memerintah. Sejak tahun 1511 ketika rombongan penakluk dari Goa yang dimpimpin oleh penakluk agung bangsa Portugis, Alfonso d’Alburqueque datang dan menduduki Malaka maka sejak itu pula Portugis tak bisa dilepaskan dari kisah muasal Malaka menjadi kota yang yang besar.

Penelusuran tentang jejak perang besar ini menuntun saya ke reruntuhan benteng A Famosa, tak jauh dari kompleks Stadhuis dan bangunan merah Melaka. Tak banyak turis yang tahu bahwa bangunan tua yang sekarang tinggal reruntuhan itu adalah saksi dari salah satu perang besar lima abad silam. Sementara turis lain berlarian di lorong-lorong A Famosa yang ramai, saya justru menatap dalam-dalam ornamen-ornamen khas Eropa di Abad Pertengahan yang terukir di tembok rapuh sisa-sisa benteng A Famosa.

A Famosa berarti kemasyhuran, benteng kukuh ini dibangun segera setelah okupansi Alfonso d’Alburqueque pada 1511. Segera setelah Malaka tunduk pada Portugis, benteng ini kemudian dibangun dan membentengi Malaka. Kelak dari dalam benteng inilah kemudian  Portugis mengontrol penuh Malaka dan mengamankan jalur rempah-rempah Portugis yang membentang dari timur Indonesia, Jawa, Cina, Jepang sampai Goa, India.

[caption id="" align="aligncenter" width="518" caption="Porta de Santiago"]

Porta de Santiago
Porta de Santiago
[/caption]

Layaknya benteng Eropa di abad pertengahan, benteng ini dibangun mengeilingi kota. Dengan bastion-bastion besar, benteng ini adalah benteng terbesar di Semenanjung Malaya kala itu. Portugis memang membangun benteng ini dengan agung, mereka tahu Malaka tak akan lepas dari serangan dari waktu-waktu. Dan itu benar, tak hanya peperangan besar antara Pati Unus dengan Portugis lima abad lampau yang tercatat sejarah, Malaka dalam alur sejarahnya berkali-kali digempur baik oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara ataupun bangsa Eropa imperialis lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun