Mohon tunggu...
Cut Farhani Rizky
Cut Farhani Rizky Mohon Tunggu... -

saya adalah diri saya, karena saya tidak mau melebur menjadi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Diperkosa oleh "Uang"?

13 Oktober 2011   10:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:00 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang pertama kali terpikirkan dibenak kita ketika mendengar kataUANG????? rumah mewah??? mobil yang banyak??? harta yang berlimpah??? kolam renang yang luas??? Ya… pastinya bagi kebanyakan orang bakal berpikir seperti itu. tetapi bagaimana dengan sedikit orang yang menjadi sisanya? jangankan untuk memilikinya, memimpikannya saja bahkan tidak sempat.  mereka terlalu terpuruk untuk menyelamatkan kehidupan diri mereka dan keluarganya untuk hari ini, namun bagaimana dengan esok? entahlah, hanya berharap limpahan kepingan yang turun dari sang pencipta untuk menyelamatkan kehidupan mereka di hari selanjutnya. Kenapa uang menjadi begitu penting bagi kehidupan? bahkan bisa menjadi “Dewa” bagi segelintir orang yang memang kesehariannya digenangi oleh keberadaan uang tersebut. menurut mereka uang adalah segala-galanya. bahkan demi mendapatkan uang tersebut harga diri pun menjadi hal yang tidak diperhitungkan lagi, bahkan menjadi sangat tidak berharga. keluarga menjadi musuh, teman menjadi lawan, haram menjadi halal.

Sehebat itukah uang tersebut??? sehingga dapat mengacak-acak sistem saraf yang waras berubah menjadi monster yang sewaktu-waktu dapat membunuh karakter yang telah ada sebelumnya. Membuat orang yang tadinya bisa berpikir secara sederhana, menjadi “pemikir sempit” Esensi apa yang terdapat di dalam uang tersebut sehingga dia dapat menjadi pemenang dalam setiap pertarungan untuk meraih prestise, kebanggaan, kejayaan atau apalah namanya.
Lalu, bagaimana dengan ketika kita mempunyai segudang uang namun dihadapkan pada situasi konflik yang memaksa untuk tidak pernah meninggalkan rumah, atau tempat persembunyian, atau bahkan ketika kebutuhan-kebutuhan penyokong hidup kita tidak dapat didistribusikan karena jalur transportasi yang terputus, apakah uang yang menjadi “Dewa” tersebut masih berharga??? mari kita coba untuk menarik sebuah benang merah terhadap keberadaan uang dan sejenak menjelajah mencari jejak dari mana uang tersebut dibuat. Uang yang terbuat dari kertas misalnya, mungkin saja terbuat dari serat kayu, yang berasal dari alam, atau untuk kasus pembuatan uang logam yang terbuat dari bahan logam bumi dan berasal dari alam. Atau kita ambil kasus di atas, ketika mempunyai banyak uang tapi tidak dapat digunakan, kita bisa mengambil alternatif untuk membuat kebun kecil di sekitar tempat tinggal yang hasilnya juga bisa langsung dinikmati. Jadi apa yang mempunyai peran penting bagi kehidupan??? uang yang menjadi “Dewa” penyelamat, atau alam yang selama ini kita rusak untuk mendapatkan uang. Ayo dong berpikir cerdas…. Alam selalu setia menyediakan kebutuhan sehari-hari, namun kita sia-siakan hanya untuk mendapatkan beberapa lembar kesenangan yang padahal tidak lebih bernilai bila dibandingkan dengan alam sebagai penyokong hidup. Lalu mengapa kita harus menyerahkan diri agar DIPERKOSA oleh UANG??? CUT FARHANI RIZKY, SP Alue Billie,  10 November 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun