Mohon tunggu...
Fara Putri
Fara Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hi saya Fara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Nyadran di Sidoarjo

24 Oktober 2023   19:30 Diperbarui: 24 Oktober 2023   19:37 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara yang mempunyai kebudayaan yang beragam. Setiap Kebudayaan memiliki ciri khas tersendiri di setiap daerahnya, yang seringkali disebut kearifan lokal. Namun terkadang banyak yang kurang tahu mengenai kearifan lokal yang ada di daerahnya sendiri.

Banyak yang belum tahu, bahwa Sidoarjo memiliki banyak kearifan lokal, yakni lelang bandeng, nyadran, jaran kepang, tari ujung dan lain sebagainya. Nyadran merupakan salah satu kearifan lokal yang dilakukan setiap tahunnya oleh masyarakat daerah Balongdowo Sidoarjo. Pada bulan ruwah, (kalender Jawa) nyadran ini dilakukan oleh masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan Kupang. Tradisi ini merupakan sebagai salah satu bentuk ungkapan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa. Nyadran juga salah satu upaya menghormati dan memperingati roh leluhur, karena di dalam upacara tersebut ada doa bersama dan Ziaroh ke makam leluhur. 

Tradisi nyadran pernah terhambat pelaksanaannya disaat wabah covid19 melanda di Indonesia , yang dimana pada saat itu pemerintah menerapkan social distancing. Sehingga kegiatan nyadran ini diganti dengan berdoa di rumahnya masing masing. Namun setelah wabah covid19 telah usai, masyarakat kembali melaksanakan tradisi nyadran ini.

Selain di desa Balongdowo, ternyata tradisi nyadran juga dilakukan oleh masyarakat Bluru kidul, desa Sawohan. Namun keduanya memiliki perbedaan waktu dalam pelaksanaannya, desa Balongdowo dowo melaksanakan nyadran menjelang puasa (ruwah) dan masyarakat desa Bluru kidul melakukan nyadran pada bulan Maulud.

Namun sayangnya, tradisi ini mayoritas dilakukan oleh golongan tua. Golongan muda kurang tertarik mengikuti kegiatan ini karena di era modern saat ini anak muda lebih memilih meniru kebudayaan asing ketimbang kebudayaan yang ada disekitarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun