Mohon tunggu...
Farana Khalisfa
Farana Khalisfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Airlangga

INFP

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Psikolog, Palu, Bayi: Jangan Coba-coba!

4 Juni 2023   18:30 Diperbarui: 4 Juni 2023   18:44 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Seorang mahasiswi pascasarjana sedang menggendong bayi laki-laki, di sisi lain, seorang psikolog terkemuka dan terhormat sedang memegang palu. beliau mengayunkan tangannya yang memegang palu ke udara secara perlahan guna untuk menarik perhatian sang bayi. hal tersebut dilakukan untuk memfokuskan pandangan si bayi pada palu dan tidak menoleh kearah lain. karena perhatian si bayi teralihkan, si bayi tidak memperhatikan batangan besi yang panjangnya empat kaki dan tebal tiga perempat inci, yang sedang menggantung di langit-langit ruangan. si bayi tidak melihat sang psikolog saat mengangkat palu lalu menghantamkannya dengan keras ke batangan besi itu.

Prosa garing yang mereka buat menyatakan,"Bayi itu sangat kaget, nafasnya tersengal, dan lengannya terangkat." ketika sang psikolog menghantamkan palu itu lagi, bibir sang bayi "mulai mencibir dan bergetar" serta dengan hantaman ketiga "dia langsung menangis keras" (Watson & Rayner, 1920, hal. 2)

Tahukah kalian siapa orang-orang ini serta apa yang sedang mereka lakukan? 

Subyek dari eksperimen ini kemudian dikenal dengan "Little Albert," bayi paling terkenal dalam sejarah psikologi. Psikolog yang terhormat berusia 42 tahun itu adalah John B. Watson, pendiri aliran pemikiran yang disebut "Behaviorisme." Serta asistennya yang berusia 24 tahun itu adalah Rosalie Rayner, seorang mahasiswa pascasarjana yang ketika berangkat ke kampusnya di Universitas John Hopkins, dengan mengendarai Stutz Bearcat, mobil sport paling mahal di masa itu. Mereka berdua telah berkontribusi dalam mengubah psikologi, serta dalam prosesnya, Watson mengakhiri karir akademisnya yang sukses itu. 

Albert (nama keluarganya tidak diketahui) adalah seorang bayi berjenis kelamin laki-laki berusia 8 bulan 26 hari pada saat eksperimen itu dilakukan, Seorang bayi laki-laki yang sehat dan ceria, dia dipilih langsung oleh Watson untuk menjadi subjek penelitiannya karena menurut Watson, Albert terlihat begitu stabil secara emosional serta tidak mudah terstimulasi.

Dua bulan sebelum hari di mana eksperimen hantaman palu tersebut dilakukan, Albert telah terlebih dahulu dihadapkan pada stimuli yaitu seekor tikus putih, kelinci, anjing, monyet, koran yang dibakar, serta berbagai macam topeng. Dia tidak menunjukkan rasa takut dalam merespon semua stimulus tersebut. Bahkan, ibu Albert, keluarga dekat atau siapapun tidak pernah Albert menunjukkan rasa takut pada berbagai situasi sampai dimana hari eksperimen hantaman palu di laboratorium itu tiba. 

Setelah Watson menghantamkan batangan besi untuk pertama kalinya, Albert menunjukan reaksi sangat ketakutan yang begitu jelas untuk pertama kali dalam hidupnya. Ini memberi Watson respon emosional tak terkondisi yang kemudian menjadi objek kajiannya. 

Watson ingin mengetahui apakah dia dapat menciptakan respon emosional terkondisi pada albert, seperti rasa takut pada tikus putih yang sebelumnya gagal membuat Albert merasa takut, dengan memadukan situasi melihat tikus dan mendengar suara yang mengagetkan. Tidak lebih dari tujuh kali memadukan situasi melihat tikus putih dan suara bising, Albert menunjukkan rasa takutnya setiap kali dia melihat tikus, meskipun batangan besi tidak dipukulkan di belakang kepalanya.

Dengan cara itulah Watson dan Rayner menciptakan sebuah respon rasa takut pada objek yang sebelumnya di respon netral dan mereka melakukannya dengan mudah dan efektif. Watson dan Rayner kemudian menunjukkan bahwa respon takut Albert dapat dibangkitkan dengan makhluk-makhluk berbulu seperti anjing, kelinci, topeng santa claus, dan jaket bulu.

Watson menyimpulkan bahwa keresahan, ketakutan, serta fobia kita pada masa dewasa sebenarnya adalah respon emosional terkondisi yang terbentuk pada masa bayi serta kanak-kanak, hal tersebut akan selalu ada bersama kita seumur hidup.

Bagaimana dengan Albert? Apakah dia masih bersembunyi ketika melihat benda-benda yang berbulu putih? Apakah Albert harus menjalani psikoterapi? jawabannya adalah tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengannya. Mungkin saja Albert menjadi seorang psikolog. Tetapi tidak ada yang menyangkal berharganya kontribusi Albert terhadap sejarah psikologi serta perannya dalam perkembangan paham Behaviorisme John B.Watson.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun