Mohon tunggu...
Fara Irdantya Khoirunnisa
Fara Irdantya Khoirunnisa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Fara

HULLAAA

Selanjutnya

Tutup

Money

Pentingnya Kegiatan Produksi dan Memaksimalkan Karunia yang DiberikanNya

24 Februari 2018   19:15 Diperbarui: 24 Februari 2018   19:43 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak manusia dilahirkan, kegiatan produksi juga ada untuk memenuhi kebutuhannya sendiri atau orang lain. Produksi sangat melekat bagi kelangsungan hidup manusia. Produksi tidak saja berarti menciptakan yang tidak ada menjadi ada, tetapi menjadikan sesuatu dari unsur-unsur yang terbengkalai menjadi bermanfaat. Pemahaman produksi dalam islam memiliki arti sebagai bentuk usaha keras dalam pengembangan faktor-faktor sumber produksi. Hadits nabi berikut menganjurkan agar mausia dalam berproduksi selalu mengembangkan sumber daya alam secara efisien, bahkan seandainya tidak mampu mmengembangkannya maka dianjurkan bekerja sama dengan yang lain. Yang artinya :

"Dari Jabir RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: barang siapa mempunyai sebidang tanah, maka hendaklah ia menanaminya. Jika ia tidak bisa atau tidak mampu menanami, maka hendaklah diserahkan kepada orang lain (untuk ditanami) dan janganlah menyewakannya (H.R. Muslim)"

Dari hadits tersebut menunjukkan betapa pentingnya produksi dalam kehidupan manusia. Produksi dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia. Produksi dapat meningkatkan kesejahteraan dimuka bumi. Dalam ilmu ekonomi modern (merujuk pada hadits tersebut) kesejahteraan ekonomi terdiri dari bertambahnya pendapatan yang diakibatkan oleh meningkatnya produksi dan keikutsertaan sejumlah orang dalam proses produksi.

Hadits itu juga menganjurkan bagi seseorang muslim menanami lahan yang tersedia dengan tanaman apa saja yang bermanfaat, sangat tidak dianjurkan membiarkan lahan kosong apalagi menebangi pohon. Karena fungsi pohon sangatlah besar, yaitu disamping dapat memberi keteduhan ternyata pohon dapat menghasilkan oksigen yang dibutuhkan manusia. Karena itu, menebang satu pohon sama dengan menghilangkan nyawa manusia.

Oleh karena itu apabila seseorang mempunyai lahan yang kosong atau terbengkalai (orang tersebut tidak bisa mengelolanya sendiri) maka pemilik tanah tersebut dapat menyuruh orang lain untuk dapat mengelolanya tanpa si pemilik menarik harga sewa. Dengan demikian, disamping tidak menelantarkan tanah, pemiliknya juga telah menolong orang lain dengan memberinya pekerjaan. 

Seseorang yang diberi nikmat oleh Allah SWT berupa tanah misalnya, harus berusaha untuk memanfaatkannya, agar dapat menghasilkan sesuatu untuk bekal ibadah kepadaNya. Jika tidak, ia dapat dikategorikan sebagai orang yang kufur nikmat, dan diancam oleh Allah SWT dengan siksaan yang sangat berat. Sebagaimana Firman-Nya dalam surat Ibrahimaya 7 yang artinya : "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatku), maka sesungguhnya adzabku sangat pedih."Adapun pendapat ulama tentang hadits diatas : Al-Muhallab menyimpulkan bahwa barangsiapa menanam ditanah orang lain, maka tanaman itu untuk orang yang menanam dan dia berhak meminta kepada pemilik tanah untuk memberikan upah bagi pekerjaan seperti itu.

Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam hadits :

  • Dalam hadits disebutkan tentang larangan untuk menelantarkan lahan. Hal tersebut sangat jelas mengajarkan kepada kita bahwasanya kita harus senantiasa bersyukur atas karuniaNya yang berupa tanah dengan cara memanfaatknnya dengan sebaik-baiknya agar dapat menghasilkan sesuatu yang berguna.
  • Dalam hadits diatas juga menyebutkan bahwa, jika s pemilik tidk bisa mengelola tanahnya sendiri dapat di kelola orang lain tanpa menyewakannya. Mengajarkan kita agar mempunyai sikap salin tolong-menolong dengan sesama.

Nabi SAW memberikan perhatian yang besar terhadap proses produksi dengan mengaitkannya terhadap ibadah, sebagaimana dalam hadits berikut yang artinya Nabi bersabda "Tidak ada seseorang yang menanam tanaman kecuali ditulis oleh Allah pahala sebanyak buah yang keluar dri tanamannya."

Dengan demikian, kerja produktif bukan saja dianjurkan tetapi juga sebagai kewajiban religius. Dan hasil dari kerja tersebut mendapat imbalan pahala dari Allah SWT. Bahkan andaikan hasil tanamannya dimakan oleh burung dihitung sedekah, yakni sebagai amal baik yang bermanfaat untuk makhluk Allah SWT.

Tujuan produksi adalah menciptakan kemaslahatan atau kesejahteraan individu (self interest) dan kesejahteraan kolektif (sosial interest). Setiap muslim harus bekerja secara maksimal dan optimal, sehingga tidak hanya dapat mencukupi dirinya sendiri tetapi harus dapat mencukupi kebutuhan anak dan keluarganya. Hasil yang dimakan oleh diriya sendiri dan keluarganya oleh Allah dihitung sebagai sedekah, sekalipun itu sebagai kewajiban. Ini menunjukkan betapa mulianya harga sebuah produksi apalagi jika sampai memperkerjakan karyawan yang banyak sehingga mereka dapat menghidupi keluarganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun