Mohon tunggu...
Farah Rizky Farhanah
Farah Rizky Farhanah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Mahasiswi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Daerah Istimewa Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gertakan Diplomatik Indonesia di Tengah Konflik Rusia-Ukraina

5 Juni 2023   21:56 Diperbarui: 5 Juni 2023   22:55 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

G20 atau Group of Twenty merupakan forum kerja sama multilateral yang mencakup 19 negara besar dan Uni Eropa dari kalangan menengah ke atas, negara berkembang hingga negara maju. KTT Presiden G20 telah memasuki pertemuan ke-17. Pada pertemuan ke-17 tersebut, Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah KTT Presidensi G20.

Presidensi G20 Indonesia pada tahun 2022 mengusung tema "Recover Together, Recover Stronger" yang mengajak seluruh peserta untuk saling bahu membahu, saling mendukung untuk pulih bersama, serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan dalam menghadapi akibat dari dampak yang dirasakan masing-masing negara anggota G20 di masa pandemi Covid-19, khususnya tekanan yang dirasakan dalam hal ekonomi oleh masing-masing negara.

G20 bertujuan tidak hanya berdiskusi akan hal-hal yang berkaitan dengan keuangan, tetapi juga dalam hal pembangunan dan pemberdayaan. Seperti dalam beberapa implementasi yang telah dilakukan tidak diharuskan untuk selalu bersifat acara resmi internasional.

Hal ini tentu bukan menjadi suatu pengecualian dari masa Presidensi G20 Indonesia yang baru, dimana berbagai tantangan termasuk mengenai masalah geopolitik yang diperburuk oleh perang antara Ukraina dan Rusia, rendahnya tingkat partisipasi ekonomi Indonesia dengan negara-negara G20 lainnya, bahkan sampai pada tantangan energi terbarukan.

Implementasi pada KTT G20 termasuk cukup menantang dan masih mengalami kesulitan karena Indonesia yang memegang kedudukan Presidensi 2022 mempunyai peran penting yang juga diperlukan untuk mengubah diskusi atau menemukan celah dalam membahas resolusi konflik antara Rusia dan Ukraina ditengah konflik kedua negara tersebut.

Akan tetapi, hal tersebut dijadikan Indonesia sebagai salah satu kesempatan untuk menggertakkan upaya diplomasinya dengan menegaskan pengaruhnya dan menjadi fasilitator resolusi konflik untuk konflik Rusia-Ukraina.

Perkembangan konflik antara Ukraina dan Rusia yang diketahui publik tidak kian membaik telah menempatkan Presidensi G20 Indonesia berada pada masa-masa sulit.

Bahkan, pada tahun sebelumnya yaitu 2021, pemerintah Indonesia berupaya dengan telah menyiapkan rencana yang mempunyai titik fokus akurat pada pemulihan yang adil dan merata pasca terjadinya pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia.

Harapan Indonesia hal ini harus memberikan pengaruh positif untuk mendorong negara-negara lain sehingga lebih diterima dan menerima kehadiran Rusia di KTT G20 mendatang.

Seperti negara lainnya, Indonesia awalnya cukup khawatir dan tidak cukup yakin akan pertemuan KTT G20 tahun 2022 memiliki peluang besar dapat berhasil dan menganggap hal tersebut cukup mustahil dapat terjadi apabila diadakan di masa ketegangan geopolitik yang menempatkan keterlibatan banyak pihak negara lainnya dari negara-negara anggota G20.

Beberapa negara G20 menanggapi keinginan Indonesia untuk tetap menghadirkan Rusia di tengah pertemuan puncak Presidensi G20 Indonesia, dan hal tersebut telah mengundang banyak seruan dari negara-negara Barat untuk mengeluarkan Rusia dari G20 dan tidak mengundang Presiden Rusia Vladimir Purin ke pertemuan puncak G20 yang diselenggarakan di Bali.

Hal tersebut dibuktikan dengan pernyataan Bendahara Australia Josh Frydenberg, yang menyatakan dukungannya untuk mengusir Rusia dari G20.

Pernyataan Australia menyebabkan beberapa negara lainnya juga mempunyai keinginan sama dengan Australia yakni tidak setuju Rusia bergabung G20, negara-negara tersebut yaitu Lithuania, Polandia, Amerika Serikat, dan Kanada.

Menurut negara-negara tersebut, penolakan yang mereka lakukan bukan tanpa alasan, namun karena invasi Rusia yang tidak dapat dibenarkan telah terjadi ke Ukraina.

Namun, tidak hanya negara-negara yang kontra terhadap diundangnya Rusia beberapa negara seperti China, India, dan Afrika Selatan dengan tegas menolak rencana tersebut dengan alasan bahwa Rusia merupakan negara yang penting dalam perekonomian dunia sehingga tidak bisa dicampakkan begitu saja kehadirannya.

Selain mengetahui adanya fakta bahwa Indonesia mempunyai peran penuh sebagai penggerak gertakan diplomatik di situasi tersebut, gertakan diplomatik merupakan kondisi dalam melakukan perundingan dan terkadang para pihak yang bernegosiasi sangat sulit untuk mencapai kesepakatan seperti di situasi tersebut.

Hal ini disebabkan sikap keras kepala aktor yang kuat dan tidak mau menerima aspirasi dari aktor lainnya karena menurutnya dianggap lebih lemah sehingga ini berdampak oleh pihak yang lebih rendah yang kemudian menggertak dengan tidak mau melanjutkan perjanjian.

Kritik yang terus bermunculan membuat Indonesia mengelak untuk menerima berbagai kritikan, dimana akhirnya Indonesia tetap mengundang Presiden Vladimir Putin untuk menghadiri pertemuan Presidensi G20, yang berlangsung pada November 2022 di Bali.

Hal tersebut berdasarkan pada keinginan Indonesia karena tidak memiliki alasan khusus yang dapat diberikan untuk tidak mengundang Rusia dalam KTT G20 tahun 2022 sehingga apabila menolak atau melarang Rusia berpartisipasi dalam Presidensi G20 cukup rentan untuk direalisasikan.

Tidak hanya itu, adanya fakta bahwa Rusia juga menjadi salah satu anggota berpengaruh dari KTT G20 tidak dapat diabaikan begitu saja.

Indonesia yang juga merupakan bagian dari negara anggota organisasi GNB (Gerakan Non-Blok), harus bersikap netral terhadap boikot dan ancaman berupa gertakan diplomatik yang diberikan oleh negara-negara barat.

Sehingga keputusan dan posisi Indonesia dianggap sudah tepat dan menjadi peluang untuk menegaskan pengaruhnya guna mengurangi ketegangan antara kedua negara yang bertikai dengan negara-negara anggota G20 yang menentang kehadiran Rusia di KTT.

Kemampuan diplomasi Indonesia yang kuat dalam menggertakkan dan untuk mewakili suara negara-negara berkembang di luar dan di dalam G20 akan menjadi perhatian khusus selama masa kepresidenannya. KTT G20 di Bali pada November 2022 yang berhasil terlaksana, telah memberikan tolok ukur kinerja Indonesia selama masa Presidensi G20 hingga saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun