Mohon tunggu...
Farah Ramadlani
Farah Ramadlani Mohon Tunggu... -

manusia biasa yang suka menulis fiksi...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pembantukah Aku?

24 November 2010   05:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:21 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

pagi-pagi nan indah...sunyi, sepi, hening ku cium udara segar sampai merasuk di kalbuku...hmmmm, segernya..

pagi itu hari minggu, seperti biasa aku menyapu halaman depan rumahku. saking sederhananya aku, aku mengenakan celana pendek dan kaos oblong layaknya sebagai cleaning service rumahan. di rumahku memang ada kios untuk usaha fotocopy kepunyaan orang. berhubung ini hari minggu, kios tersebut libur. akhirnya aku sapu halamannya biar tambah oke...

alunan langkahku dengan sapu yang bergoyang-goyang di atas jobin penuh debu itu, terdengarlah suara lirih di belakangku.. aku menoleh ke arah belakang. Ternyata ada seorang ibu dengan membawa kertas lipat di tangan kanannya berada di belakangku. Mulailah kita bercakap.

Ibu  :  " permisi Dek..? " sapanya.

Aku  : " iya Bu, ada yang bisa saya bantu Bu..? " jawabku.

Ibu   : " kios ini tutup ya, Dek..? " tanyanya.

Aku  : " iya Bu, betul memang tutup Bu.." jawabku lagi.

Ibu   : " hmm, bukanya kapan ya? jam berapa? " tanyanya lagi.

Aku  : " Waduh,,gini Bu. Kebetulan hari ini hari minggu, dan seperti biasanya setiap hari minggu memang tutup Bu.." jawabku lagi.

Ibu   : " Oooo, gitu ya Dek. Hmm, sampean pembantu sini ya Dek..? " komentarnya lagi.

Aku  : "........" ( dalam hatiku, Sialan !!!! aku dikirain pembantu..Hufft..!!! ). " Eeeh, bukan Bu. Saya tinggal di sini, dan saya anak yang punya rumah ini, Bu." jawabku dengan tegas.

Ibu   : " Ooooo, begitu ya Dek. " komentarnya dengan nada tak merasa bersalah.

Ibu itu langsung pergi meninggalkanku, dan aku mulai bingung... Hmm, kok jahat banget sih aku dikatain sebagai pembantu???? Hiks..Hiks... Padahal ibu tadi kan tetangga aku sendiri? Masak dia tidak mengenalku sebagai anak yang punya rumah tersebut. hufft, mentang-mentang dia orang kaya jadi kelihatan agak sombong dech.

Aku melihat ujung kakiku sampai ke pakaian yang aku kenakan. Dan aku bertanya pada diri aku sendiri, benarkah aku berkostum seperti pembantu? apakah wajah aku layaknya seorang pembantu..? Hmm, gak tau dech. Yang jelas aku tak merasa begitu, tapi seorang pembantu memang harus patut dihargai.

Aku kembali melanjutkan goyangan sapuku tadi sampai benar-benar jobin itu bersih dari debu..Selesai kerjaanku.

*********

Pertanyaanku butuh jawaban :


  1. Dosakah jika aku marah/kecewa sama ibu tadi?
  2. Siapa yang salah? Aku atau ibu tadi? sehingga timbul kekecewaan di hatiku.
  3. Pesan dan kesan apa setelah baca cerita ini?

NB : cerita ini diambil dari pengalaman pribadi penulis ketika masih duduk di bangku SMP...semoga cerita ini menjadi pelajaran hidup bagi pembaca semua..Amiin. okeh...jangan lupa komennya yah...salam kompasiana...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun