Mohon tunggu...
Farah Nida Aulia
Farah Nida Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis/Travelling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Ketergantungan Gadget Mengurangi Minat Belajar Anak PAUD?

22 Desember 2024   22:51 Diperbarui: 22 Desember 2024   22:51 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi Pribadi)

Di era digital, kemajuan teknologi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia, termasuk dalam dunia anak-anak. Anak usia dini kini lebih cepat terpapar oleh perangkat digital seperti gadget. Berdasarkan data BPS, sekitar 33,44% anak usia dini di Indonesia menggunakan gadget, dengan rincian 25,5% pada usia 0 - 4 tahun dan 52,76% pada usia 5 - 6 tahun. Fakta ini menunjukkan bahwa teknologi yang seharusnya menjadi alat bantu, justru dapat memengaruhi perkembangan anak termasuk minat belajar mereka jika digunakan secara bijak. 

Namun, perkembangan ini memunculkan pertanyaan penting : Apakah penggunaan gadget membantu atau justru menghambat perkembangan anak? Khususnya di lingkup pendidikan, masalah ketergantungan pada gadget dikhawatirkan dapat mengurangi minat belajar anak, seperti yang diteliti pada salah satu PAUD di Jakarta Selatan.

Pengaruh Gadget pada Minat Belajar

Berbagai penelitian menunjukkan dampak negatif dari penggunaan gadget secara berlebihan. Anak-anak yang menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar cenderung mengalami penurunan konsentrasi, malas berpikir, sulit fokus, dan keterbatasan dalam perkembangan kognitif. Bahkan, ada risiko lain seperti gangguan tidur dan keterbatasan dalam interaksi sosial. Kondisi ini diperburuk dengan data yang mengungkapkan bahwa sebanyak 32% anak menggunakan gadget selama 1 - 2 jam per hari, bahkan 5% menggunakan gadget sepanjang hari. Hal tersebut jauh dari rekomendasi para ahli seperti Starburger yang menyarankan anak usia dini hanya boleh berada didepan layar maksimal 1 jam per harinya. Pengabaian terhadap batas waktu ini sering kali disebabkan dengan kurangnya pemahaman dan pengawasan dari orang tua.

Selain durasi penggunaan, kurangnya panduan dalam memilih konten juga menjadi faktor penting. Banyak anak yang sering bermain game atau menonton video daripada memanfaatkan gadget untuk aktivitas edukatif. Hal ini tidak hanya menurunkan minat belajar, tetapi juga membentuk kebiasaan yang sulit diubah.

Studi menunjukkan bahwa gadget tidak hanya memengaruhi kemampuan kognitif, tetapi juga melemahkan minat belajar anak. Guru dan orang tua mengamati bahwa anak-anak lebih mudah tergoda untuk bermain gadget dari pada menyelesaikan tugas belajar. Ketergantungan ini mengurangi semangat mereka untuk menjelajahi dunia nyata, yang menjadi arena penting untuk pembelajaran eksploratif pada usia dini. Namun, tidak semua dampak teknologi bersifat negatif. Jika digunakan dengan bijak, gadget sebenarnya dapat menjadi alat yang membantu perkembangan anak, seperti memperkenalkan aplikasi edukasi yang interaktif dan menyenangkan. Oleh karena itu, pendekatan kolaboratif antara orang tua, guru, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk mengelola penggunaan gadget secara sehat.

Orang tua memainkan peran penting dalam membimbing anak mereka untuk menggunakan gadget secara bijak. Edukasi tentang bahaya kecanduan gadget dan pentingnya membangun rutinitas belajar tanpa interupsi digital menjadi langkah awal yang krusial. Guru juga perlu menyadari dampak ini dan menciptakan metode pembelajaran yang lebih interaktif sehingga dapat bersaing dengan daya tarik gadget.

Solusi untuk masa depan

Ketergantungan gadget pada anak usia dini perlu ditangani dengan strategi terintegrasi antara orang tua, pendidik, dan masyarakat. Penggunaan gadget harus diawasi secara ketat, dan anak-anak perlu diajak untuk lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Dengan demikian, teknologi dapat menjadi alat pendukung, bukan penghalang, dalam proses belajar anak.

Kesimpulannya, sementara gadget menawarkan banyak manfaat, penggunaannya yang tidak terkendali dapat mengancam minat belajar anak usia dini. Oleh karena itu, tanggung jawab bersama diperlukan untuk memastikan bahwa teknologi menjadi alat yang mendukung, bukan merusak, perkembangan anak di masa depan. Namun, jika digunakan dengan bijak teknologi juga dapat menjadi sarana untuk mendukung minat belajar anak. Pendekatan yang seimbang menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun