Mohon tunggu...
farah karsetia
farah karsetia Mohon Tunggu... Jurnalis - Berbagi informasi dan sudut pandang

Belajar Menulis. Jadi kritikan dan komentar anda sangat berguna untuk saya. Terimakasih :D

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja dalam Kelabu

7 Juni 2018   06:17 Diperbarui: 7 Juni 2018   07:11 1441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Zoya...." Adrian memanggilku pelan. "Aku bertemu dengannya di caf kemarin siang. Ia menceritakan segalanya tentang kuliahnya, termasuk kamu" sambil mengalihkan wajahku yang pucat. "Adrian, ini mungkin sangat berat bagiku. Tapi aku tidak ingin menikahi seorang lelaki yang masih terbayang oleh masa lalunya, apalagi dia sahabatku sendiri. Entahlah, apa yang membuatmu tidak cerita soal pernikahan kita. 

Mungkin kamu masih berharap dengannya" mataku memanas. "Orang -- orang berkata bahwa yang istimewa akan kalah dengan orang yang datang lagi. Tapi aku percaya, yang terbaiklah yang akan menang" aku menjatuhkan butiran demi butiran air mata. "Aku jatuh cinta padamu 5 tahun yang lalu, aku tidak berambisi untuk membuatmu jatuh cinta kepadaku. 

Seperti mimpi saat kamu menyatakan kamu jatuh cinta kepadaku dan seakan keajaiban saat kamu mengajakku menikah. Tapi aku tidak mau hidup dalam dongeng, Adrian". Aku menatap bola matanya yang sudah merah. "Waktu akan menjawab semuanya bukan? Seperti pelangi yang bias karena waktu. Namun, ketika aku sudah menikah, aku tidak ingin dibiaskan waktu". Adrian menangis, "Maafkan aku Zoya.. aku mengecewakanmu". Aku mengusap pundaknya yang rapuh itu

"Kamu tahu tidak apa arti dalam namaku?" aku bertanya dalam rintih di hati. "Bahasa Persia yang artinya senja". Aku tersenyum mendengar jawabannya. "Kamu indah, Senja" ucapannya membuatku semakin teriris. "Namun tak mampu membuatmu bertahan" aku tertawa kecil. "Aku tak menginginkan semua ini, namun izinkan aku memastikan perasaan ini" pinta dari Adrian. "Dengan senang hati" lagi -- lagi ku jawab dengan jawaban yang sama saat dia melamarku. Ironis. "Kamu harus tahu, kemana kamu harus pulang kan?"

Senja, menenggelamkan matahari yang sedang riang. Senja tercipta saat pertemuan terang dan gelap, namun kenapa diriku dalam kelabu? Cinta bukan ambisius dan sebuah penasaran, itulah yang aku pikirkan. Aku melepaskan Adrian yang sedang mencari cinta sejati sesungguhnya. Dan aku yang hanya menunggu cinta sejatinya pulang.

Karangan : Farah Karsetia Sabillah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun