Sekitar sebulan yang lalu, aku pergi ke salah satu tempat wisata di Jakarta yaitu Taman Mini Indonesia Indah atau biasanya dikenal dengan sebutan TMII. Disana aku melihat berbagai orang yang datang membawa keluarga untuk bertamasya. Awal masuk di tempat wisata itu memang tertib ketika membeli tiket masuk untuk kendaraan bermotor. Aku bersama salah satu teman kampusku pergi kesana yang kebetulan juga di tempat itu sedang ada acara memperingati ulang tahun TMII, tentunya sangat ramai dan dipadati pengunjung.
pengunjung TMII
Kami memarkirkan motor dilahan parkiran yang ada disana, cukup luas dan tempatnya juga mudah dijangkau karena parkirannya ada didekat danau TMII.
Tempat demi tempat aku dan temanku kunjungi, pertunjukkan kebudayaan masing-masih daerah pun ada disana. Oh ya, ngomong-ngomong soal kebudayaan, banyak kebudayaan di Negeri ini, bukan hanya kebudayaan daerah tetapi juga kebudayaan moral dan perilaku manusia.
Ketika aku sedang berjalan-jalan dengan temanku, banyak sekali yang kami liat dari yang tertib sampai yang menurut kami janggal. Seperti awal yang tadi aku bilang, pertama aku memasuki tempat wisata ini sih masih tertib dengan ‘budaya antri’-nya tetapi makin memasuki aku menemukan ketidak-tertiban tapi ini banyak sekali dilakukan pada saat itu oleh orang-orang yang berkunjung. Padahal waktu aku memarkirkan kendaraanku dilahan parkir, disana memang luas dan masih cukup lenggang untuk banyak kendaraan. Kenapa tidak memarkirkannya disana? Pasti jawabannya ‘karena biar tidak jauh’. Loh? Mana budaya antri dan tertib yang sebelumnya kulihat ketika aku masuk?
Belum lagi yang aku lihat ketika sore menjelang, ketika pengunjung sudah ingin pulang. Banyaknya yang tidak enak dipandang mata. Aku sempat kaget karena  taman bahkan danau TMII ini menjadi lautan sampah, mungkin pengunjung beranggapan bahwa ada yang membersihkan tempat ini, tapi kesadaran dalam diri masing-masing kan juga dibutuhkan untuk menanamkan budaya moral kita.
Lagi-lagi aku berfikir, jadi apa ini budaya moral yang ditanamkan tiap orang? Budaya antri, budaya tertib peraturan sepertinya kalau ada acara-acara seperti ini lebih banyak diabaikan ketimbang ditaati. Sungguh miris jika ini ditanamkan dijiwa masing-masing orang dan kejadian ini akan terus berulang tanpa kesadaran.
Salam UG,
Farah Fadhilah
52412758
Manusia dan Kebudayaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H