Dewasa ini industri fashion mengalami perkembangan pesat dengan adanya berbagai inovasi, termasuk penemuan bahan sintesis. Bahan sintesis pertama kali dikembangkan pada awal abad ke-20. Salah satu jenis serat sintesis adalah polyester. Sifatnya yang kuat, tahan lama, mudah diproduksi, serta harganya yang terjangkau membuat polyester menjadi bahan yang paling umum digunakan dalam industri fashion di dunia.
Bagi sebagian orang, istilah “polyester” mungkin masih terdengar asing di telinga mereka. Namun, hampir setiap orang pasti pernah menggunakan produk dengan bahan ini. Selain pada pakaian, polyester juga digunakan sebagai bahan pembuatan sprei, selimut, hingga karpet. Jika kita melihat label pakaian atau alat rumah tangga lainnya, hampir semua komposisi bahannya menggunakan polyester. Dalam proses produksinya, polyester sering kali dicampur dengan bahan alami seperti katun atau wol agar menghasilkan kain dengan kualitas terbaik.
Di balik popularitasnya, polyester juga memiliki dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan. Berdasarkan penelitian, polyester mengandung zat-zat berbahaya baik dalam proses produksinya maupun dari sifat aslinya.
Berikut zat-zat berbahaya dalam polyester.
1. Formaldehida
Kita biasa mengenalnya dengan sebutan formalin. Pada kadar rendah, zat ini dapat memicu iritasi mata, hidung, dan tenggorokan apabila menghirupnya. Paparan dalam jangka panjang dapat menyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Zat ini juga dapat memicu reaksi alergi pada beberapa individu terutama saat polyester pada pakaian terpapar sinar matahari.
2. Ftalat
Polyester dibuat melalui proses produksi yang melibatkan senyawa kimia seperti ftalat. Senyawa ini dapat menyebabkan gangguan pada sistem hormon dalam tubuh manusia, kanker payudara, serta obesitas. Selain itu, senyawa ini juga dapat menyerang organ reproduksi pada pria dan Wanita.
3. Mikroplastik
Penyumbang terbesar mikroplastik adalah kain berbahan sintesis. Saat kita mencuci pakaian dengan bahan sintesis, serat mikroplastik akan terlepas dari kain, kemudian berakhir di Sungai atau laut. Mikroplastik yang berukuran kurang dari 5mm, tidak terlihat oleh mata telanjang, sehingga membuat hewan di laut tanpa sengaja memakannya. Hal ini tentu saja membawa dampak buruk bagi ekosistem karena dapat memutus rantai makanan. Selain itu, hal ini juga berdampak pada Kesehatan apabila kita mengonsumsi hewan-hewan laut yang ternyata telah terkontaminasi oleh mikroplastik. Risiko yang dapat ditimbulkan adalah gangguan pencernaan, hormon, hingga menyebabkan kanker.
Selain karena kandungan berbahaya didalamnya, polyester juga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Hal ini karena polyester sulit terurai, bahkan dibutuhkan waktu hingga ratusan tahun agar dapat terurai secara alami. Akibat dari hal ini adalah limbah pembuangan polyester akan menumpuk yang mana memperburuk permasalahan plastik dunia yang pada akhirnya menyebabkan pencemaran tanah serta sumber air.